A Gift? ( SVT - Mingyu)

12 2 0
                                    

annyeong? Makasi udah baca sampai sini. Yu tinggal jejak

Happy Reading

.

.

.

.

.

Seseorang dengan agak tergesa gesa menuju ke ruang kerjanya. Lalu mendapati Suster Ra sedang mengobrol dengan teman dekatnya, Jung Jaehyun.

"Wah, dokter Kim sepertinya mempunyai penggemar." Suster Rha mendengus geli. "Noona, aku saja heran. Apakah ada yang mau dengan si dingin Kim?" 

plak. "Auh!" pekik si tampan Jung. "Lain kali ucapanmu yang betul betul saja, Jung." Suster Rha menggeleng kecil, lalu berdiri. Menghampiri dokter dengan bername tag Kim Mingyu tsb dan menepuk lengannya pelan. "Jangan melamun. Sudah, sana unboxing hadiah mu."

Mingyu sedikit tersentak. Ia menatap lurus ke arah suster Rha yang kini menyeringai, menggoda nya. "Noona, apaan sih" elak Mingyu. "Dasar, sudah sana. Noona pamit ya, Jae? Ming?"

"Okay, Noona" serempak keduanya. Suster Rha tersenyum dan segera pergi. 

Sepeninggalnya Suster Rha, kedua dokter yang berbeda bidang itu lantas mendekati hadiah kecil dari seseorang yang mereka tidak tahu. Mungkin seorang pasien? seorang resident? dokter magang? atau seorang penggemar seperti apa yang dibilang oleh suster Rha. 

"Sejak kapan benda ini ada di sini, Jung?"

"Aku saja tidak tahu, Kim. Aku kesini tadinya ingin beristirahat, tapi tiba tiba saja ada disini."

"Lalu, Noona Rha kenapa bisa ada disini tadi?"

"Dia tadi memberikan data beberapa pasien yang ingin berkonsultasi padaku. Dan yah, begitulah hingga kau datang."

Mereka terdiam. Benda yang diberikan pada seorang dokter bedah Kim Mingyu ini berbungkuskan kertas kado berwarna gradasi antara warna pink dan biru yang menyatu dengan indah. Juga ada sticky note yang bertuliskan untuk dirinya.

 Karna penasaran, akhirnya Mingu mengangkat benda berbentuk mini balok itu dengan telunjuk dan ibu jarinya. Menggoyangkannya, hingga mengeluarkan bunyi duk duk pelan dari sana. Mingyu menatap kearah Jaehyun yang juga tengah menatapnya. "Parfume?" "Bisa jadi"

Jadilah Mingyu membukanya. Dan sesuai dengan pemikirannya, kalau hadiah itu memanglah berisi parfume. Minyu lalu menyemprotkan parfume itu sedikit, lalu mengendusnya. "Baunya... seperti bau favorite ku, Jae."

****

Mingyu akhirnya membawa pulang botol parfume itu ke apartemen miliknya yang tidak jauh dari rumah sakit tempat ia bekerja. Ia sedikit menelengkan kepalanya, karena seingatnya hanya beberapa orang terdekatnya yang tau jenis bau parfume kesukaannya. 

Pria tampan dengan warna kulit tan itu berjalan kearah pintu apartemennya dengan satu kantong kresek yang sedikit berat dan juga dengan tas yang dibawa di tangan kirinya. 

"Hahh" hela Mingyu begitu ia masuk kedalam apartemennya. Dibenaknya, terlintas beberapa kali mengenai siapa orang yang memberinya parfume. "Sudahlah, mandi saja."

Sepertinya hal itu membuatnya sedikit terusik. Saat mandi, mencuci piring, bahkan saat menjemur baju, Mingyu melamun. "Hey," hingga sebuah suara menyadarkan si dokter. 

Mingyu menoleh, mendapati tetangganya sedang bersandar pada kursi balkon miliknya. "Melamun," gadis itu menunjuk Mingyu menggunakan cangkir yang ada di tangan kanan. Sementara ia tangan kiri memegang majalah fashion.

Si pria hanya menatap ke arah gadis dengan rambut tercepol sedikit berantakan itu. "Ada masalah, Dokter Kim?" 

"Cih. Jangan memanggilku dengan embel embel dokter, Designer Cho" balas Mingyu. Sementara si gadis hanya tertawa. Cho (nama mu), sang designer itu hanya nyengir sambil menyeruput minuman matcha miliknya. 

"Kau sedang dalam masalah?" Mingyu menggeleng. "Hanya... Hanya memikirkan sesuatu." Alis sang designer terangkat, namun tak lama alisnya turun lagi. "Pasien? Operasi?" "Bukan. Kali ini tidak ada urusannya dengan itu."

Tetangga dokter tampan itu hanya beroh ria. "Ngomong ngomong, bau mu sedikit tercium. Sepertinya hari ini kau memakai parfum?" Gadis itu mengernyit. "Karena ini wangi favorite ku. Enak kan?" Tadi setelah mandi, tentunya setelah berganti baju, dokter bedah saraf tersebut menyemprotkan parfume favorite nya ke badan. 

Tetangga cantik Mingyu hanya berdeham sebagai jawaban. "Apa kau sudah makan?" Mingyu menggeleng. "Kebetulan aku sedang berbaik hati. Mau mampir?" 

Karena tidak ingin menyia nyiakan kesempatan yang ada, jadilah Mingyu ngacir ke tetangganya. Dia capek kerja tau, males masak juga. Nah kan tetangganya nawarin. 

"Masak apa?" tanya si dokter begitu sudah masuk ke apartemen milik si gadis. "Sapi lada hitam" singkatnya sambil menaruh nasi pada mangkuk Mingyu dan dirinya sendiri. "Baiklah" jawab Mingyu, lalu duduk manis sambil mengambil sumpit yang ada di meja makan.

Tangan lentik itu membawa masakannya ke tengah tengah meja kayu. Hening sejenak, karena dua insan yang bertetangga itu sedang berdoa. Setelah berdoa, Mingyu pun melahap ganas makanan yang ada didepannya. 

"Berapa bulan kau tidak makan sih?" Dengan mulut penuh makanan, Mingyu hanya cengar cengir. "Baru 2 bulan," "Gila saja" sela si cantik. "Becanda. Sangat tidak ramah bintang" kata Mingyu sambil menyuap sesendok nasi kembali kedalam mulutnya. 

"Pelan pelan. Ck, kau siapa sih sebenarnya. Sepertinya tadi aku mengajak Dokter Tampan Kim. Kenapa yang datang kesini beruang lapar begini sih?"

Uhuk! "Astaga, nih minum" kata desainer manis itu. Mingyu menegak air yang ada digelas miliknya. "Hah, kau sangat perhitungan, kucing."

(nama mu) hanya terkekeh. 

Hingga pada akhirnya mangkok Mingyu tandas. Sementara milik tetangganya masih tersisa setengah. "Sudah mau pergi?" tanya yang dihadapan Mingyu itu.  Si dokter menggeleng. "Sedang menunggu kucing selesai makan." "Sialan," Kini giliran Mingyu terkekeh. Tidak tahu saja dia sedang membuat seseorang tersemu. 

Beberapa menit kemudian, mangkok milik (nama mu) kosong juga. "Terimakasih makanannya. Lain kali akan ku traktir, okay?"

"Aku menagihnya nanti, Dokter Kim"

"Baik, Desainer Cho. Aku pulang."

Sepulangnya Mingyu dari kamar tetangganya itu, gadis berambut setengah gelombang itu loncat loncat tidak jelas. Memegang perutnya yang terisi kupu  kupu. "Akh, sialan. Perutku menjadi sakit" ringisnya. Namun tidak dapat melunturkan senyum manisnya. 

"Setelah parfume, selanjutnya apa lagi ya? Baju kali ya? Apa stetoskop? Entahlah aku bingung"

Menurut kalian apa selanjutnya?

.

.

.

.

.

Nb:

Haii. Maaf telat update. udah lama yo wkwk. Maaf cuman 8k doang ngahahaha. Selanjutnya mau siapa? VOMENT yuk!

Next?


-o0o-

Random PovTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang