Should i let him go? <En- Heeseung>

48 4 0
                                    

Hai? Makasi udah nyempetin baca, inget tinggalin jejak

Sedih aku tuh ga ada yang voment huhu, nunggu voment kalian

.

.

.

Anw, happy reading!

-o0o-

Heeseung akhir akhir ini sepertinya sedang menjauhiku. Aku mengiriminya pesan, namun tidak dibalas. Bahkan saat mencari nya dikelas ia tidak ada. Selalu menghilang bak ditelan bumi. Ah sepertinya aku harus meminta bantuan Hendry.

"Hallo?"

Syukurlah Hendry menjawabnya. "Hallo, Hendry. Ini aku pacar Heeseung. Akhir akhir ini aku merasa Heeseung sedang menjauhi ku. Apa dia ada masalah?"tanyaku. Hendry sepertinya sedang berpikir karena belum menjawab pertanyaanku.

"Ternyata kau juga merasakannya ya? Ah, aku juga merasa Heeseung menjauh. Sepertinya Heeseung sedang ada masalah. Maaf, itu sudah masuk ranah privasi. Aku sendiri bahkan tidak tau" jawabnya.

Aku mengangguk, walau tau Hendry tak mungkin melihatnya. Setelah mengatakan terimakasih, aku menuju taman belakang gedung jurusan falkutas ku. Yah, disana memang tempat yang pas untuk menyegar kan pikiran atau sekedar melamun.

Di taman, ternyata cukup sepi. Hanya ada beberapa orang yang sedang menggelar piknik bersama dan menyantap makan siang mereka bersama temannya. Aku memilih salah satu bangku yang cukup jauh dari orang orang falkutas.

Memejamkan mataku menikmati angin sepoi sepoi ringan dan menghela napas pelan. Apa aku punya kesalahan ya? Sampai sampai Heeseung menjauhiku. Tidak, minggu lalu terakhir kamu kencan dia masih ceria saja tuh? Kenapa ya?

Lalu kudengar derap langkah kaki seseorang yang berlari. Itu Heeseung! Kemana dia? "Heeseung!" teriak ku tapi ia tak menoleh. Hmm? Dia sekarang menjadi cuek.

Akhirnya aku memutuskan untuk menyusul Heeseung. Di belakang pohon beringin yang ada di lapangan falkutas ekonomi. Ketika aku ingin memanggilnya, detik itu juga tenggorokan ku tercekat. Dada ku bergemuruh hebat.

Dapat kulihat ia memeluk seseorang dengan mesra. Perempuan itu Adeline, salah satu primadona di kampusku. K-Kenapa? Apa alasan dia menjauhiku karena ini? Tangan ku bergetar. Ponselku jatuh begitu saja.

Wastafel! Dimana wastafel didekat sini? A-Aku harus segera mencuci tangan kotorku. H-Hahah, tidak apa apa. M-Mari lupakan dia. But first, just let me wash my hand.

Aku berlari sambil menahan tangisku. Ah ya! Ponselku! Aku hanya kembali lalu mengambilnya dan tidak meperdulikan sekitaran. Yang kubutuhkan adalah kamar mandi didekat sini. Tidak, aku ingin bolos ke perpustakaan saja. Aku ingin meluapkan kesedihanku.

Akhirnya aku sampai ditoilet terdekat. Aku mencuci tanganku sekuat tenaga, menghilangkan rasa gelisahku dan membasuh muka. Ah malangnya diriku. Sepertinya aku dan Heeseung memang bukan takdir yang bersatu. Justru takdir yang menjauhi aku dengan dia.

Kemudian aku duduk di kursi khusus untuk mengantri kamar mandi. Menyalakan ponselku, dan dapat ku lihat pesan dari temanku yang menanyakan keberadaan ku.

Eunhaa: Kau dimana? (4 pesan tak terbaca)

Ning2 ku: Unnie ya, eodisseo? ..... (4 pesan tak terbaca)

Ning2 ku

|Unnie

|Unnie yaa, kata Eunha Unnie.. Unnie bolos matkul dosen Nam ya?

|Gwenchana yo?
|Unnie eodisseo? Apa terjadi sesuatu?

Ningning ah|

Maaf aku pulang duluan , aku mendadak tidak enak badan|

Aku pulang ke apartemen, tak perlu menjenguk. Aku baik baik saja. Titip absen pada Eunha ya|

Ningning-ah, maafkan aku sungguh. Sepertinya akan lebih baik aku pergi ke apartemen. Tapi aku harus membeli cake dulu untuk sekedar meringankan pikiran dulu. Lalu aku membuka pesan yang dikirim Eunha.

Eunhaa

|(nama mu)- ya

|Eodisseo? Jangan lupa hari ini ada matkul dosen Nam

|Heiii, sepertinya kamu lupa. Perlu aku jemput hmm?

|Kamu dimana?

Eunha ya|

Aku titip absen saja ya. Tiba tiba badanku tidak enak|

Maaf ya, dan tolong jangan menjenguk oke?|

Semua, maafkan aku. Aku memesan taxi lalu pulang ke apartemenku. Bukan kerumah, jika aku kesana maka aku yang repot karena akan ditanya ini itu oleh Ayah dan Ibu.

Aku berjalan gontai begitu memasuki lift apartemen ku. Ku sandarkan kepalaku di dinding lift itu ketika pintunya tertutup. Sambil mengingat kenanganku dengan Heeseung yang seluruhnya berisikan kenangan yang manis. Ah, sudahlah lupakan. Takdir memang tidak mempersatukan ku dengan dia.

Ting! Pintu lift terbuka. Aku keluar kemudian melangkah kan kakiku ke apartemenku. Membersihkan diri lalu menyeduh cokelat hangat. Cokelat bagus untuk memperbaiki mood, toh juga aku tidak seharusnya berlama lama untuk bersedih.

Kemudian aku memilih untuk duduk dibalkon yang menghadap langsung ke jalan raya. Menyesap cokelatku dan menikmati semilir angin. Sudah saat nya ya untuk melepaskan? Berat juga. Well, mau tak mau kan?

-o0o-

Lee heeseung

"Maaf, aku terpaksa melakukan ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Maaf, aku terpaksa melakukan ini. Aku sayang kamu, (nama mu)- ya"

-o0o-

HAI! jiakh ai apdettt, mau kelanjutan nya ngga? klo mau, voment dulu deh huhu. 

Mingdep kalau aku liat vote nya ga nambah, mungkin aku ga apdet dulu. sedih aku, banyak siders rupanya hiks. Senin esok sudah pts rupanya, huhu. makin ga smangat aku.

yuk lah semangatin, vomentt yuk

Request->


Next?

Random PovTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang