Hari ini kedai cukup ramai. Mengharuskan Naruto pulang sedikit terlambat dari biasanya. Tapi ia tak mempermasalahkan, besok adalah akhir pekan. Bisa di pakai untuk belajar dan bermanja dengan istrinya. Lelaki itu hanya bisa tersenyum tipis saat membayangkan sang istri. Astaga, setiap hari terkadang tidur satu ranjang membuat dirinya hampir lepas kendali. Hinata itu, jika bersama Naruto, berapakaian serba minim katanya, "Tidak masalah. Kau kan suamiku. Tak usah khawatir. Di hadapan Ayah juga tentu saja aku tidak berani" Entah itu memang kode dari istrinya atau memang hal yang perlu di biasakan antara suami dan istri, entahlah.
Meski begitu, Naruto senang karena hanya dirinya yang boleh melihat seluk beluk tubuh sang istri tapi baru lima puluh persen saja. Tak apa, permulaan itu cukup. Tapi mau bagaimanapun, dia itu anak abege normal kan? Ia tidak mau terburu-buru. Sebelum Hinata yakin akan perasaannya. Yah, jadi pada akhirnya Naruto hanya bermain solo saja. Sungguh nasib.
Naruto telah selesai dengan pekerjaannya. Ia sudah mengganti pakaian pelayan dengan miliknya. Beberapa karyawan juga sudah tidak terlihat, hanya penjaga saja yang masih ada.
Ketika hendak menuju parkiran, seseorang menepuk pundaknya. Alhasilnya ia mengurungkan niatnya dan memilih berbalik."Naruto, bagaimana kabarmu?"
Yang di tanya hanya diam tanpa ekspresei saat tahu siapa yang menyapanya.
Pria itu masih menampilkan senyum di bibirnya."Kakak rindu denganmu, kau tidak rindu?"
"Mau apa Kakak kembali? Jika untuk merebut Hinata, maaf itu tak akan terjadi." Dia mengabaikan pertanyaan Menma dan hendak memakai mantel juga helmnya. Namun hal itu di tahan oleh Menma.
Menma hanya terkekeh." Kau sudah dewasa ya adik kecil." Dengan gemas Menma mengacak surai pirang Naruto.
"Hentikan! Aku bukan anak kecil lagi." Ia menepis kasar tangan Menma.
"Iya iya, kau sudah dewasa. Sudah punya istri juga." Ejek Menma. Sejak kecil, ia memang senang sekali menggoda, mengejek adiknya ini. Meski bukan adik kandung, tetap saja kasih sayangnya benar-benar tulus.
"Sebaiknya, kita berbicara sebentar. Sungguh aku rindu denganmu Naruto." Pinta Menma serius. Memang beberapa bulan ini ia jarang bertemu dengan adiknya.
"Baiklah."
"Ah berhubung ini hampir larut, kita bicara di kafe saja. Ada beberapa kafe yang non stop. Kau mau ikut dengan kakak?" Menma menunjuk mobilnya yang terparkir tidak jauh.
"Tidak perlu. Beritahu saja alamatnya." Mereka mengendarai kendaraan yang berbeda tapi dengan tujuan yang sama.
Tak butuh waktu lama, Menma dan Naruto sudah sampai di tujuan. Menma memesan satu gelas minuman beralkohol sedangkan Naruto hanya jus. Tak lupa ia mengirim pesan pada Hinata karena pulang terlambat.
"Apa yang ingin kakak bicarakan?" Naruto meletakkan kembali ponselnya kedalam mantel.
"Santailah dulu." Menma mulai menyesap perlahan minuman yang telah di bawakan seoarang bartender.
Naruto hanya mendengus kasar. Entahlah rasanya masih kesal dengan apa yang ia lakukan pada Hinata beberapa waktu lalu.
"Jadi sekarang kau sudah menikah dengan wanita itu?"
Menma hanya diam. Ia menatap minuman yang menimbulkan gelombang soda kecil tersebut. Naruto pasti mengetahui hal itu dari Hinata.
"Kau sudah tahu rupanya."
"Tidak usah mengalihkan pembicaraan."
Menma hanya tersenyum. Ia melanjutkan lagi minumnya kali ini hampir setengah gelas itu tersisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE BRONDONG [✓]
General FictionBisakah Hinata mencintai seseorang yang usianya terpaut jauh dengan dia? Dengan pria seumuran saja dia selalu di khianati. Lalu bagaimana jika sama brondong? . . Ini hanya cerita anti mainstream. Kisah tentang Naruto dan Hinata yang ringan berasa m...