Pagi ini, Hinata benar-benar melakukan apa yang diinginkan suaminya. Naruto terlihat lincah dengan peralatan dapur, memakai apron, ya meski ia yakin dapur itu akan menjadi kapal pecah.
Sedangkan Hinata, dia membereskan apartement, meski tidak berat dan tidak ada sampah setitik pun, ia tetap membersihkannya.Naruto bisa melihat kegiatan istrinya yang menggunakan kemoceng untuk membersihkan beberapa benda yang terletak dekat ruang tamu. Dimata Naruto, ia benar-benar terlihat seksi. Padahal hanya menggunakan kaos putih miliknya yang besar dan celana hotpants. Rambut di ikat berbentuk bun, apalagi ada setitik keringat yang membasahi lehernya.
Naruto meneguk ludahnya kasar. Cepat-cepat ia mengalihkam pandangannya, jika tidak hal sehabis bangun tidur akan terjadi lagi.
"Apa sudah selesai?" Hinata mengahmpiri suaminya dan memilih duduk pada kursi yang tersedia di kitchen bar. Ia mengisi gelas dengan air mineral dan meneguknya tuntas.
"Sudah." Kemudian lelaki pirang itu manata pasta yang ia buat. Dan memberikannya pada Hinata.
"Maaf hanya ini yang bisa aku buat. Bagaimana rasanya?" Sejujurnya ia sedikit meringis saat pasta itu berada dalam mulut Hinata. Takut istrinya itu tidak suka.
"Enak. Kau pandai sekali membuat ini. Kemari ayo makan bersama." Hinata menyuapkan satu sendok pasta ke dalam mulutnya dan juga mulut Naruto.
Naruto tersenyum senang saat hasil karyanya memang cukup enak. Mereka menikmati makan tersebut dengan tenang. Untuk mengusir keheningan, Hinata memulai pembicaraan.
"Bagaiama dengan kelompok senimu, lancar?"
"Ya begitulah." Jawabnya acuh. Sambil terus mengunyah pastanya.
"Kenapa kau tidak semangat? Satu minggu lagi kan ujian praktik itu?" Anak ini masih sulit bergaul dengan yang lain. Ia baru bisa dekat karena memiliki teman dalam tim basket.
"Aku hanya malas sensei."
"Tidak boleh! Kau harus tampilkan yang terbaik, beri kesan baik di akhir ujian ini." Ucapnya tegas. Mau tidak mau Naruto harus mengangguk.
"Kelompokmu menampilkan apa?"
"Sejenis drama musikal. Aku memang tidak terlalu penting dalam berperan hanya menari dan berpasangan. Tapi itu justru membuatku jengah." Hinata hanya tertawa ringan mendengar keluhan suaminya. Ia tidak bisa membayangkan Naruto menari di atas panggung.
"Drama musikal ya.. siapa yang punya ide itu?"
"Tentu saja para wanita. Siapa lagi?"
"Tetap saja kau harus profesional. Memang siapa pasangan menarimu?"
"Shion."
Hinata hampir saja tersedak pastanya. Dia benar-benar tak menyangka Naruto menjadi pasangannya dalam drama tersebut.
Jadi ini yang membuat Shion jatuh cinta dengan Naruto. Jika mereka dekat dalam adegan drama, kenapa Shion tidak usaha sendiri?
"Kau tidak apa-apa? Apa pastanya terlalu pedas?" Ada raut khawatir di wajahnya, ia mengira Hinata diam karena rasa pasta yang lama-lama memiliki sensasi pedas.
"Ti-tidak, oh ya kau harus lakukan yang terbaik untuk ujian praktik kali ini. Ingat ini demi nilaimu juga." Ada perasaan sakit saat ia mengatakan itu, ia merasa akan seperti apa dirinya dan Shion di atas panggung. Hal yang di takutkan adalah bagaimana jika ada adegan berciuman?
Hinata menggelengkan kepalanya cepat. Tidak mungkin. Tapi bagaimana jika karena harus profesional?
"Baiklah, nanti kan aku sensei. "
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE BRONDONG [✓]
General FictionBisakah Hinata mencintai seseorang yang usianya terpaut jauh dengan dia? Dengan pria seumuran saja dia selalu di khianati. Lalu bagaimana jika sama brondong? . . Ini hanya cerita anti mainstream. Kisah tentang Naruto dan Hinata yang ringan berasa m...