Hinata mencari sosok Naruto di sepanjang koridor sekolah. Beberapa kali ia berpapasan dengan rekan gurunya. Sangat tidak etis jika guru mengejarbsang murid seperti ini. Namun karena dia adalah status suaminya dan ada rasa khawatir setelah apa yang terjadi, mau tidak mau Hinata harus melakukannya.
Beruntung suasana sekolah cukup sepi karena hampir seluruh siswa berkumpul di aula.
Beberapa kali ia menghubunginya lewat ponsel tapi tidak di angkat."Naruto-kun, kau dimana?" Guru muda itu nenyenderkan punggungnya ke dinding yang ia ketahui ini bangunan belakang perpustakaan. Ia berharap bertemu Naruto di setiap sudut sekolah ini. Tapi sepertinya harapan Hinata terkabul.
Dengan gerakan cepat, seseorang meraih tangan Hinata dan membawanya masuk ke dalam gudang. "Naruto! Apa yang kau lakukan?! Kita bisa ketahuan jika seperti ini!" Gadis itu panik, beberapa kali ia melihat sekitar takut seseorang ada yang memergoki ketika Naruto menariknya masuk ke dalam gudang.
"Hm, tenang sensei. Aku hanya ingin seperti ini." Ucapnya dengan suara baritone rendah. Naruto memeluk tubuh mungil Hinata, ia sedikit mendorongnya ke dinding dan menyamankan wajahnya pada pundak Hinata.
Hinata benar-benar kaget dengan sikap Naruto seperti ini, tidak lama setelah itu diapun membalas pelukan Naruto disertai elusan pada punggung tegap lelaki itu. Benar-benar seperti seoramg anak kucing yang butuh induk.
"Lelaki yang sangar di hadapan teman-temannya, kenapa jadi manja seperti ini?" Ucapnya sambil tersenyum mengejek. Naruto yang mendengar itu menarik kepalanya mengharuskan Hinata mendongak, karena perbedaan tinggi yang cukup jauh.
"Apa aku salah manja pada istri sendiri?" Mata birunya menelisik setiap inchi wajah cantik Hinata.
Hinata hanya terkekeh, ia mengelus pipi tan tersebut. "Tidak sama sekali. Tapi jika kau kabur seperti tadi itu membuat teman-temanmu khawatir."
"Biarkan saja. Aku benar-benar kesal." Naruto memejamkan matanya menikmati sentuhan lembut dari tangan mungil tersebut.
"Ya apa boleh buat. Apa kau sekarang jauh lebih tenang?"
"Tidak." Perlahan Naruro mendekatkan dirinya lebih rapat pada Hinata. Kedua tangannya ia tangkupkan pada pipi mulus sang istri.
"Aku rasa ini yang membuatku jauh lebih tenang." Ucapnya sangat pelan, terdengar seperti bisikan. Ia mulai melumat lembut bibir peach tersebut. Rasanya tidak ada hal yang lebih menenangkan dari sebuah ciuman dengan Hinata. Ia meraih kedua tangan Hinata dan mengalungkan pada lehernya. Keduanya untuk beberapa lama menikmati momen seperti ini pertama kali di sekolah. Sungguh membahayakan.
Hinata mendorong pelan dada bidang suaminya. Ia butuh pasokan oksigen sekarang. Naruto seakan paham, ia menarik perlahan pagutannya. Membersihkan sisa saliva pada bibirnya. Nafas Hinata terengah, bahkan ada peluh keringat yang menetes dari pelipis. Wajah yang merona hebat, bibir bengkak karena ulahnya apalagi dada yang naik turun sesuai irama nafasnya. Hal itu membuat Hinata benar-benar sexy. Siapapun yang melihat di pastikan langsung menyerangnnya.
Karena tidak ingin melihat Hinata yang seperti ini, Naruto segera merapikan rambut panjang yang berantakan karena ulahnya, ia juga membenahi apapun dalam tubuh Hinata agar tak terlihat sexy.
"Naruto-kun, hentikan. Kenapa kau seperti ini?" Ia hanya sedikit risih saat tangan Naruto benar-benar merapikan rambut, pakaian dan juga roknya padahal tidak berantakan sama sekali.
"Ini sudah cukup. Kau tahu sensei, kau terlihat sexy. Itu akan sangat berbahaya jika orang lain melihat." Naruto bahkan mengusap bibir bengkak istrinya.
Gadis itu hanya menggelengkan kepalanya pelan. "Kau itu berlebihan! Siapa suruh kau yang nenyerangku tiba-tiba?!" Hinata berpura-pura kesal, padahal dia juga senang dengan kegiatan tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE BRONDONG [✓]
General FictionBisakah Hinata mencintai seseorang yang usianya terpaut jauh dengan dia? Dengan pria seumuran saja dia selalu di khianati. Lalu bagaimana jika sama brondong? . . Ini hanya cerita anti mainstream. Kisah tentang Naruto dan Hinata yang ringan berasa m...