Selama perjalanan, Naruto hanya diam. Hinata jadi serba salah dengan suaminya ini. Bahkan mereka sudah di pastikan terlambat hanya karena drama pemilihan baju untuk Hinata.
***
"Sensei, apa tidak ada pakaian lain yang lebih tertutup? Bagaimana jika kau gunakan saja pakaian biasa kau mengajar? "Naruto memandang tidak suka dengan dress yang Hinata kenakan.
"Mana mungkin aku menggunakan pakaian seperti itu Naruto-kun, sekali-kali aku ingin memakai ini. Bagaimana cantik kan?" Saat itu Hinata mengenakan dress berwarna ungu muda tanpa lengan, bahkan sangat tipis pada bagian tali juga dengan belahan dada yang rendah. Serta yang paling membuat Naruto naik darah adalah belahan pada paha yang teramat pendek.
"Aku tidak mau sensei! Jika kau tetap menggunakan pakaian itu, sebaiknya tidak usah pergi." Naruto sangat keras kepala. Jika dia tidak suka, maka tidak bisa di bantah.
"Lagi pula aku akan tetap menggunakan blezer panjang itu." Menurutnya pakaian ini cukup normal. Namun, melihat reaksi Naruto yang seperti itu membuat Hinata harus mengalah. Jika di fikir lagi, ia kan sudah bersuami memang tidak pantas memamerkan lekukan tubuh.
"Baiklah. Kalau begitu, pakaian mana yang harus aku gunakan?" Ia terpaksa meminta Naruto saja yang memilih. Karena jika dia yang pilih, hasilnya akan sama.
"Yang ini saja. Oh tidak! Yang ini " dia menunjuk salah satu pakaian yang menurutnya cukup tertutup. Meski panjangnya sebatas lutut, tapi karena tubuh Hinata yang tak terlalu tinggi jadi dia fikir tidak akan terlihat sexy.
"Baiklah." Menurutnya selera Naruto bagus juga.
"Rambutmu, gerai saja sensei."
Belum sempat menanggapi, Naruto sudah memerintah kembali.
"Tetap gunakan jas itu!"
"Blezer"
Hinata hanya bisa mengangguk.
"Ya ya apalah. Kalau begitu aku menunggu di mobil." Naruto terlihat sudah rapi dengan pakaiannya. Ia sangat suka dengan penampilan Naruto pada saat melamarnya. Meski ada rasa khawatir karena suaminya itu meningkat tampan. Tapi tak apalah. Momen ini tidak datang dua kali.
***
Begitulah perdebatan yang akhirnya usai. Tapi anehnya, wajah Naruto masih terlihat menekuk. Ia jadi semakin serba salah menghadapi suami brondongnya ini. Jika tidak punya stok kesabaran yang banyak, maka sudah di pastikan tidak akan ada yang mau mengalah di antara mereka.
"Naruto-kun, ada apa?" Hinata berusaha bertanya setenang mungkin. Ia sedikit menghadapkam tubuhnya pada lelaki yang sedang menyetir.
"Sebaiknya kita ke butik dulu." Ujarnya tanpa memandang Hinata.
Ametisnya melotot tak percaya. Pasti ini soal pakaian lagi. Ya ampun, waktu itu Gaara yang di bahas. Sekarang pakaian. Nanti apa lagi? Hinata menggeram kesal dalam hati.
"Memangnya, pakaianku kenapa? Kau kan yang memilihnya untukku? Lagi pula sebentar lagi acaranya di mulai." Hinata masih mencoba membujuk.
Mata biru itu, kini menatap horor pada bagian paha Hinata. "Lihatlah! Ketika kau duduk, dress itu tersingkap sensei. Aku tidak suka!"
Tak habis fikir, Hinata memegang kepalanya yang tiba-tiba pening karena alasan Naruto. "Tenang saja SAYANG. Aku tidak akan pernah duduk. Lihat saja nanti." Ucapnya dengan sebal. Lantas guru muda itu memilih mengalihkan pandangannya pada jendela mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE BRONDONG [✓]
General FictionBisakah Hinata mencintai seseorang yang usianya terpaut jauh dengan dia? Dengan pria seumuran saja dia selalu di khianati. Lalu bagaimana jika sama brondong? . . Ini hanya cerita anti mainstream. Kisah tentang Naruto dan Hinata yang ringan berasa m...