Uzumaki Naruto

1.6K 166 5
                                    

Cinta pertama, pengalaman pertama mengenal cinta tapi gagal. Kata orang cinta pertama itu sulit dilupakan dan akan membekas. Iya membekas, hanya saja yang Hinata rasakan adalah bekas luka atas pengkhianatan. Jadi mudah saja cinta pertamanya itu di depak dari hati. Cih, tidak sudi untuk di kenang.

Sejak saat itu, Hinata menutup hatinya rapat-rapat. Cukup satu kali gagal. Tapi kendati demikian ia masih percaya, akan ada lelaki di luar sana yang akan mencintainya dengan tulus. Hanya saja Tuhan memang belum memberinya. Namun saat pertemuan pertama kali dengan Namikaze Menma, pertahanan Hinata seakan runtuh kembali. Awalnya memang dia tak percaya, namun seiring berjalannya waktu dia mulai membuka hati untuk Menma meski belum sepenuhnya. Perkenalannya memang singkat, sekitar 6 bulan. 

"Hinata, tak apa kau tak ingin memiliki hubungan denganku. Tapi kali ini aku akan memperjelas semuanya, aku tidak ingin membuang waktu. Jadi... Menikahlah denganku."

Satu bulan yang lalu ia mengatakan demikian, Hinata sempat ragu. Namun karena kesabaran Menma, dan perhatian kecil yang ia berikan membuatnya luluh. Lelaki itu tidak banyak menuntut, bahkan ia cenderung menuruti kemauan Hinata. Dia tidak memaksa jika memang Hinata tidak ingin.

Hinata memang belum mengenalkan Menma pada ayahnya, ia hanya takut itu akan gagal kembali. Wajar bukan jika masih takut? Jadi hinata memutuskan mengenalkan Menma pada saat pertunangan saja. Dan dia sama sekali tak keberatan, ah type idaman sekali bukan?

"Hinata sensei, kenapa melamum?" Tanya Gaara. Dia rekan sesama guru disini.

"Ah tidak apa-apa Gaara sensei, aku hanya sedang memikirkan, betapa aku bersyukur bisa menjadi guru." Jawabnya dengan senyuman yang lembut. Ia memang berbohong, saat ini biarlah urusan pribadinya tidak boleh ada yang tahu.

"Kau benar, terkadang kita harus mensyukuri dengan apa yang kita kerjakan. Selama itu baik tentunya"

"Begitulah, sepertinya ini sudah masuk jam pelajaran kembali. Kau juga ada jam mengajar kan?" Hinata kini sudah siap untuk memulai pelajaran berikutnya.

"Oh tentu saja. Kalau begitu ayo kita ke kelas bersama. Kita searah kan?"

"Hm, baiklah."

Mereka berjalan berdampingan sambil membicarakan persiapan ujian kelas XII. Namun langkah Hinata terhenti saat melihat sosok di depannya.

"Kau.. Uzumaki Naruto kan? Ayo segera ke kelas, masih ada waktu lima menit lagi sebelum saya masuk." Gaara memang ada jadwal mengajar di kelas Naruto.

Tapi siswa pirang itu hanya diam. Tatapannya tak beralih dari Hinata. Hinata bisa melihat, siswa tersebut mengeraskan rahangnya, dan wajahnya yang semakin dingin. Bahkan Hinata tak menyadari kedua tangan Naruto mengepal kuat.

Ada apa dengannya?

Namun Hinata segera menepisnya, dan menampilkan senyuman manis. "Naruto-kun, apa ada sesuatu yang ingin kau bicarakan dengan saya?" Ya mungkin saja Naruto berubah fikiran tentang tawaran yang di berikan Hinata untuk menemuinya.

"Tidak ada. Aku permisi." Dia berujar begitu dingin dan berlalu dari hadapan mereka berdua.

Hinata hanya menghela nafas pelan. "Gaara sensei, kelasku sudah dekat. Kalau begitu aku permisi." Ucapnya dengan sopan.

Gaara hanya mengangguk, ia sedikit aneh dengan ekspresi Naruto saat memandang Hinata. Namun ia segera menepisnya.
.
.
.

"Bagaimana ini Pa, Menma sama sekali tidak memberi kabar lagi." Seorang wanita dewasa tampak gelisah saat tahu, putra sulungnya membatalkan pertunangan ini. Ia memutuskannya secara sepihak bahkan calon tunangannya pun tidak mengetahui hal itu.

I LOVE BRONDONG [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang