Hidup denganmu

1.3K 131 2
                                    

Sejak malam itu di apartement Naruto, kedekatan keduanya semakin intens. Tentu, mereka tidak akan menampilkannya pada publik. Cukup mereka saja yang tahu. Bahkan jika di kelas pun, sesekali Hinata mencuri pandang. Tidak seperti biasanya, jika Hinata mengajar, kali ini ada perasaan gugup luar biasa. Padahal sebelumnya biasa saja, seluruh siswa pasti akan memperhatikan dirinya, termasuk Naruto.

Hari ini, hari yang paling bersejarah bagi keduanya. Hinata memandang dirinya di cermin, terkadang ia menangis haru. Tidak menyangka ia akan mengakhiri masa lajangnya dengan seseorang yang tidak pernah ia duga. Ia berharap semoga pernikahannya akan sesuai dengan yang di harapkan dan juga rasa cinta terhadap suaminya nanti akan selalu tumbuh.

"Hinata, ayo acara akan segera di mulai." Sang ayah menatap lembut putrinya sulungnya. Matanya terlihat berkaca-kaca, ia tak menyangka akan melepas putrinya untuk orang lain.

"Kau jangan menangis, nanti kecantikan putriku luntur." Hiashi sengaja menghangatkan suasana. Sang ayah menggandeng putrinya yang sedari tadi tersenyum sambil menangis.

Sedangkan di depan sana sudah menunggu sosok lelaki tampan, yang sedari tadi tak henti-hentinya menepis air mata yang akan jatuh dengan tisu. Minato, sang ayah menepuk pelan pundak sang putra. Rasa haru dan bahagia menyeruak di dada lelaki itu.

"Sebentar lagi, kau akan memiliki seorang istri Nak. Semoga kau bahagia." Meski ia membenci ayahnya, namun tak dapat menampik perassan haru saat Minato mengatakannya. Naruto membalas dengan tersenyum tipis. Matanya kini beralih menatap seorang guru muda yang akan menjadi istrinya. Dia terlihat sangat cantik dengan balutan gaun putih yang pas di tubuhnya. Rambut yang di tata cantik sedemikan rupa.

Acara sakral itu berlangsung khidmat. Tak banyak orang yang datang, hanya kerabat dekat dari masing-masing orang tua tersebut. Tak ada satupun teman Hinata maupun Naruto yang di undang, bukan tanpa alasan mereka melakukan hal demikian. Tapi kedua orang tersebut sama sekali tak keberatan, setidaknya ini hanya untuk sementara. Suatu saat mungkin mereka tidak akan selamanya menyembunyikan pernikahan ini.

"Sensei, jika kau merasa tidak nyaman, pakai saja kamarku, biar aku yang tidur di kamar tamu." Naruto tahu, sejak acara resepsi selesai mereka memutuskan untuk tinggal di apartemen Naruto. Hal ini sudah di bicarakan sebelum pernikahan. Sebetulnya Hinata tidak keberatan, Ia merasa sudah seharusnya mengikuti jejak suami, tapi tetap saja rasa gugup masih mendera jantungnya. Jadi, Naruto memutuskan untuk berpisah kamar sementara waktu, sampai Hinata benar-benar terbiasa dan nyaman.

Hinata menoleh dan mendapati muridnya yang sekarang menjadi suami tersenyum lembut padanya. Ada perasaan haru saat Naruto mengatakannya. Dia benar-benar di mengerti oleh Naruto.

"Aku akan membersihkan diriku. Kau juga sensei, setelah itu istirahatlah." Naruto menundukkan wajahnya, ia mengecup singkat kening Hinata dan berbalik untuk memasuki kamar tamu. Namun langkahnya terhenti saat tangan mungil Hinata memegang ujung jasnya.

Kembali berbalik mata birunya menatap wajah yang sudah di penuhi rona merah. Sungguh menggemaskan, rasanya Naruto ingin menerkamnya sekarang juga, tapi ia harus menahannya.

"Bi-biarkan aku yang menyiapkan keperluanmu. Sekarang, a-aku ini istrimu." Dengan rasa gugup dan malu-malu, Hinata berlari kecil meninggalkan Naruto yang terkekeh geli di buatnya. Lalu ia segera memasuki kamar tamu, menanggalkan semua pakaiannya dan memasuki kamar mandi.

Sedangkan di kamar sebelah, jantung Hinata berdebar kencang. "Ya ampun, apa-apaan tadi sungguh memalukan. Eh tapi aku ini harus terbiasa, hey Hinata kau bukan anak abege lagi. Jadi biasakan dirimu!" Hinata menyemangati dirinya sendiri, ia hanya masih tak percaya sudah menjadi istri dari muridnya.

Setelah menyiapkan pakaian ganti suaminya, Hinata berniat untuk ke kamar tamu dan menaruhnya disana. Ia yakin, Naruto pasti belum selesai dengan ritual mandinya.

I LOVE BRONDONG [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang