"Naruto, sekarang kau gunakan akseseoris ini."
Shion menyerahkan sebuah dasi pita pada Naruto. Saat Naruto hendak meraihnya Shion malah memasangkannya. Naruto sedikit jengah dengan tingkah Shion akhir-akhir ini yang menurutnya aneh. Tapi lelaki itu sungguh tak peduli.
"Biar aku saja! Aku bisa sendiri."
"Tidak, jika kau yang pasangkan akan lama Naruto, sebentar lagi akan di mulai. Biar aku saja." Shion begitu keras kepala, tapi Naruto tak bisa melawannya ia hanya ingin cepat selesai ujian praktik ini. Kemudian Naruto sibuk mengancingkan lengan kemeja yang sudah di lapisi rompi tersebut, Shion semakin mendekat dan memperlambat memasangkan dasi terssebut pada leher Naruto.
Hinata, yang saat itu ingin memberikan nasihat untuk mereka karena ia adalah wali kelasnya tak sengaja melihat pemandangan intim tersebut.
Dadanya terasa ngilu. Meski Naruto sama sekali tak merespon dan dia sibuk dengan kancing lengannya, itu membuat Shion semakin gencar matanya memuja sang suami. Bahkan dengan lancang, ia meraba dada bidang Naruto.
Hinata tak tahan lagi. Tapi ia bisa apa? Dia menyadari posisinya, meski status mereka suami istri. Tapi hanya mereka yang tahu.
Hinata memejamkan matanya dan ia memegang dadanya yang terasa sesak.
Jika di lihat, Naruto-kun memang pantas dengan perempuan seusianya. Aku dan dia tampak seperti adik dan kakak.
"Sensei, sedang apa disini?" Shikamaru datang dengan membawa properti tambahan.
"Ti-tidak, sensei hanya ingin melihat persiapan kalian."
"Kalau begitu masuklah sensei. Mereka pasti akan lebih bersemangat jika sensei datang" Shikamaru melihat gerak gerik aneh dari gelagat Hinata.
"Ah tidak perlu, sepertinya akan segera di mulai. Kalau begitu lakukan yang terbaik, oke? Sensei akan menonton dari sana. " Ia menunjuk kursi penonton disana.
"Oh begitu, baiklah."
"Kalau begitu sensei permisi ya, Shika." Guru muda itu beranjak pergi dari belakang panggung tersebut.
Shikamaru, menautkan alisnya lalu dia segera bergabung dengan yang lainnya. Atensinya tak sengaja mendengar bentakan Naruto pada Shion.
"Lama sekali hanya memasang dasi?! Kau ini bisa tidak?!" Dia menepis kasar tangan Shion.
Shion tampak tersenyum, ia sama sekali tidak takut dengan bentakan Naruto.
"Baru kali ini kau seperti ini Naru, kau tampan tampan sekali." Naruto memutar bola matanya jengah, jika bukan partner dalam drama, ia sudah menyingkirkan wajah yang menurutnya sok cantik itu.
Naruto tak peduli dengan apa yang di katakan wanita itu padanya. Ia pergi meninggalkan Shion dengan melonggkarkan dasi pitanya, tak peduli rapi atau tidak. Rasanya seperti mencekik.
"Sama sekali tak menghargai usahaku!" Shion menghentakkan kakinya kesal.
Shikamaru yang melihat itu hanya bisa menggelangkan kepalanya. "Dia sama sekali tak menyerah rupanya."
"Oy Shikamaru! Lama sekali mana properti itu?" Gadis berambut merah muda itu tampak kesal karena teman malasnya ini sungguh lambat.
"Hah merepotkan. Ini."
Sakura segera meraih kantung yang di bawa Shikamaru dan ia membagikan isinya berupa properti yang di butuhkan untuk menari. Termasuk Naruto juga bergabung.
"Tadi aku melihat Hinata sensei. Sedang apa dia?" Sasuke tiba-tiba bertanya pasalnya ia tadi melihat wali kelasnya itu berdiri di luar pintu.
Satu nama itu yang mampu menarik atensi Naruto.
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE BRONDONG [✓]
General FictionBisakah Hinata mencintai seseorang yang usianya terpaut jauh dengan dia? Dengan pria seumuran saja dia selalu di khianati. Lalu bagaimana jika sama brondong? . . Ini hanya cerita anti mainstream. Kisah tentang Naruto dan Hinata yang ringan berasa m...