Chapter 17

833 100 3
                                    

Melangkahkan kaki menuju ruangan kantor pagi ini sangat berat bagi Irene. Irene harus kembali menjalani rutinitasnya setelah kembali dari liburan bersama kekasihnya.

Irene mengernyit ketika melihat ruangannya sedikit terbuka. Yeri terlihat bingung sambil membungkukkan badan tanda hormat.
"Selamat pagi Miss Bae. Mr. Bae sudah menunggu di dalam. Mr. Bae ingin berbicara berdua denganmu."

Irene memasuki ruangannya dan melihat Mr. Bae duduk di sofa ruangannya itu sambil membaca koran.

"Puas liburannya?"

Langkah Irene terhenti dan memperhatikan Papa nya itu.

"Papa tidak mengerti kenapa kamu bisa seceroboh ini." Kata Papa sambil mengeluarkan amplop di atas meja.

Irene mengernyitkan dahinya lalu duduk di depan Mr. Bae dan membuka amplop tersebut. Isi amplopnya penuh dengan foto-foto Irene dan Wendy di Bali.

Irene menghela napasnya kasar. Dia memang melonggarkan penjagaan disana.

"Papa sepertinya butuh bicara dengan Wendy. Berdua saja."

"Untuk apa?"

"Papa mau tau dia pantas sama kamu atau cuma mau manfaatin kamu seperti mantan kamu itu."

"Seungwan beda, Pa. Dan yang bisa menilai siapa yang pantas sama aku, cuma aku. Bukan Papa."

Irene kembali memperhatikan foto-foto tersebut. Sebagian besar wajah mereka masih tertutup karena topi dan masker.

"Papa tau kamu sudah mengeluarkan banyak uang untuk menutupi hubungan kalian. Tapi kamu tau sendiri cepat atau lambat kamu tidak bisa terus menutupi berita kalian dengan uang kamu itu. Rencana kedepan kamu apa?"

Irene menghela napasnya dengan panjang dan menatap Mr. Bae dengan yakin. "Aku akan menikah dengan Seungwan. Aku akan mengajaknya ke acara kantor dan memperkenalkan Seungwan sebagai calon istri aku."

Irene dapat melihat Papa nya mengangkat alisnya terkejut sebelum menutup koran yang dipegangnya lalu berdiri.
"Papa tetap mau bicara berdua saja sama Wendy."

💙

Irene berjalan menuju apartmentnya. Dia masih memikirkan kata-kata Mr. Bae tadi. Irene bukannya tidak percaya dengan Wendy. Tapi dia tau sebagai orang bisnis Papa nya itu pandai bernegosiasi. Irene tidak bisa memikirkan skenario apa yang akan dilakukan Papa nya itu.

"Hyun? Udah pulang?" Tanya Wendy. Irene lalu memperhatikan Wendy yang sepertinya habis dari dapur. "Aku masakin makanan kesukaan kamu. Kamu mandi dulu bersih-bersih." Kata Wendy sambil mengambil tas dan membuka blazer yang digunakan Irene.

Irene memikirkan bagaimana cara dia memberi tahu Wendy soal Papa.

💖

"Pelayan kamu aku suruh pulang aja. Besok siang kesini lagi."

Irene mengangguk dan melanjutkan memakan makanan yang dimasak Wendy.

"Barang-barang aku semuanya besok baru diantar kesini, Hyun."

Irene tersenyum melihat Wendy. Dia memang langsung meminta Wendy pindah ke apartmentnya sepulang dari Bali.

Irene pun lanjut menyantap masakan Wendy dan tidak sadar kalau Wendy daritadi memperhatikan gerak-geriknya.

💙

"Kamu lagi banyak pikiran hm?" Tanya Wendy sambil terus membelai rambut Irene. Kini Irene sedang memeluk Wendy sambil menyembunyikan wajahnya di ceruk leher wanita kesayangannya itu. Wendy mengajaknya menonton di kamar sambil membawakan brownies favorite Irene.

"Kalau mau cerita, cerita aja Joohyun. Jangan dipendem sendiri."

Irene menghela napasnya dengan panjang dan mengeratkan pelukannya.

"Papa mau bicara sama kamu."

Tangan Wendy yang daritadi membelai rambut Irene kini terhenti. Hal itu membuat Irene menjauhkan dirinya dari leher Wendy ingin memperhatikan wajah wanitanya itu.

Wendy tersenyum, "That's good, right? Papa kamu mau bicara sama aku berarti Papa kamu mulai memikirkan kita dengan serius, Hyun."

Irene mengernyitkan dahinya. Wendy tertawa lalu mengecup dahi Irene. "Kamu daritadi mikirin ini?"

Irene mengangguk, "Papa mau bicara berdua saja sama kamu."

Wendy diam sebentar lalu mengambil tangan Irene dan memainkan jari-jemarinya. "Cepat atau lambat aku memang harus bicara dengan Papa kamu. Sebenarnya aku udah lama mikirin ini. Aku ada ide bagaimana ngeyakinin Papa kamu."

"How?"

Wendy hanya tersenyum dan mencium bibir Joohyun dengan lembut. Hal itu membuatnya tidak begitu khawatir dengan masalah yang terus membuatnya kepikiran sehari ini.

"Just trust me."

💖

Irene kembali membaca buku mencoba menghilangkan rasa gugupnya. Hari ini Wendy datang ke gedung kantornya untuk menemui Mr. Bae. 4 hari setelah Mr. Bae bilang ingin bertemu dengan Wendy, mereka langsung mencari jadwal yang pas.

Irene tidak tau apa yang dipersiapkan kekasihnya itu, tapi Wendy beberapa kali meminjam ruang kerjanya dan dia datang ke kantor dengan membawa laptopnya sendiri.

Irene kembali menghela napasnya dengan kasar. Waktu seperti berjalan dengan sangat lambat hari ini.

Tidak lama pintu kantornya diketuk dan menampilkan sosok Wendy yang tersenyum padanya. Irene langsung menghampiri kekasihnya itu dan langsung memeluknya.

"Gimana?"

"I think I did well." Kata Wendy sambil terkekeh.

"Kamu habis ngapain sih? Aku gak tau kamu persiapin apa."

"Aku habis presentasi depan Papa kamu."

Mendengar itu Irene langsung melepas pelukannya dan menatap Wendy dengan raut wajah yang sangat bingung. "Hah?"

"It's like a business proposal, you know? Aku mikir kayaknya Papa kamu bakal lebih merhatiin aku dan menganggapku serius, and yes, aku benar."

Irene hanya menatap Wendy dengan tidak percaya. Bagaimana bisa kekasihnya itu sampai memikirkan hal itu.

"Papa kamu minta aku untuk temenin kamu datang ke acara anniversary perusahaan. That's good, right?"

Irene merasakan matanya sudah mulai berkaca-kaca dan langsung memeluk Wendy. Menyembunyikan wajahnya di pundak wanita favoritnya itu.

"I love you, Joohyun. Waktu kamu bilang kamu bakal selalu jagain aku, perjuangin aku, aku juga mau melakukan itu. Aku bersyukur banget bisa ketemu sama kamu."

Air mata Irene semakin terus mengalir. Wendy pasti sadar akan hal itu tapi tidak memberikan komentar apapun dan terus membelai lembut punggung Irene.

"Babe, let's go home?"

among the darkness, there is you.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang