Raga menarik nafasnya berusaha untuk mengontrol emosinya "keluar" ucap Raga pelan membuat Ica menatapnya dengan tatapan bertanya.
"nanti Ica pulang naik apa?"
"terserah lo"
Ica menggigit bibir bawahnya berusaha menahan air mata yg ingin keluar. Dengan berat hati Ica keluar dari mobil Raga.
Raga langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh.
"aaarrgghhhh! Kontol!" teriak Raga seraya meninju stir mobilnya.
Tujuan Raga hanya satu, yaitu melampiaskan emosinya ke seseorang.
Tangannya membuka laci dashboard dan mengambil beberapa obat lalu meminumnya sebanyak empat butir lalu Raga menepikan mobilnya di pinggir jalan.
Ia meremas rambutnya kencang, bahkan wajahnya sudah memerah "goblok! goblok! penyakit tolol!" teriak Raga seraya memukul kepalanya.Butuh beberapa menit untuk Raga bisa pulih dari emosinya, ia menyandarkan punggungnya di bangku mobil lalu mengusap wajahnya.
Otaknya memutar nama seseorang, ia merasa menyesal karena telah meninggalkan istrinya di pinggir jalan.
Tanpa banyak waktu, Raga langsung pergi ke tampat dimana ia menurunkan Ica.
Tapi nihil, tidak ada sosok yg ia cari, bahkan telponnya tidak di angkat.
Apa mungkin Ica sudah pulang?
Sesampainya di rumah, Raga langsung masuk kedalam kamar dan bernafas lega saat melihat Ica sudah berbaring di atas ranjang dengan mata terpejam.
Raga berjalan ke arah lemari dan mengambil kaos oblongnya karna kaos yg saat ini dia kenakan sudah basah dengan keringat.
Setelahnya ia membaringkan tubuhnya di samping Ica dan memeluk pinggang ramping itu "maafin gue Ca, maafin gue, buat kesekian kalinya gue udah buat lo sakit hati" bisik Raga tepat di depan telinga Ica.
Ica membuka matanya lalu memiringkan badannya agar bisa menatap Raga "kenapa kak Raga gak pernah jujur sama Ica selama ini?" tanya Ica membuat Raga yg sedang menutup matanya kembali membukanya.
Raga menatap mata coklat muda itu yg berkaca kaca "jujur apa?" tanya Raga.
Ica mengerjapkan matanya agar airmatanya tidak jatuh "tentang--tentang penyakit kakak"
Raga sempat terkejut karna Ica tahu tentang itu, tapi sebisa mungkin ia mengontrol wajahnya tetap datar "tau dari mana?"
"kak Raga gak perlu tau" ucap Ica pelan.
Raga memejamkan matanya seraya menarik nafas pelan "karna gue gak mau bikin lo khawatir"
"tapi tetep aja Ica khawatir" jawab Ica cepat.
Raga mengusap pipi tembam itu lembut "jangan nangis" bisiknya lalu membawa kepala Ica ke dada nya dan memeluknya.
Tangan Raga yg lain pun menepuk pelan bokong Ica "dari kecil gue udah ngerasain penyakit ini, berawal dari papa yg selalu sayang dan pilih kasih sama gue sama bang Jovan, gue dulu masih kecil, masih belum ngerti banyak hal, yg ada di hati gue cuma iri dan iri, pernah dulu gue dorong bang Jovan sampe dia jatuh ke jurang, karna gue gak bisa lawan rasa emosi itu apalagi dulu gue masih umur tujuh tahun, apasi yg anak umur tujuh tahun tahu selain kebahagiaan sendiri? ternyata sampe sekarang pun gue gak bisa nahan emosi gue, gue marah, gue sedih, gue kecewa sama diri gue sendiri."
"lo tau alesan utama gue masuk geng Victor itu apa? Karna gue butuh musuh buat lampiasin emosi gue, karna gak mungkin gue lampiasinnya itu ke orang rumah. Semenjak gue jadi salah satu anggota Victor gue seneng, gue bahagia banget, karna gue ngerasa ini hidup gue, gak jarang juga gue gak pulang ke rumah dan milih tidur di basecamp"

KAMU SEDANG MEMBACA
MY NERD WIFE
JugendliteraturCLARISSA ADZELIA seorang gadis berumur 19 tahun, yg saat ini sedang kuliah jurusan farmasi. Gadis yg kerap di panggil dengan sebutan ICA itu sudah di tinggal oleh ibunya saat ia masih bayi. Di balik sifatnya yg terlihat polos, Ica banyak memendam se...