Sepulang dari kampus mereka langsung pulang ke rumah. Raga masih tidak habis fikir dengan apa yang di ceritakan oleh istrinya itu, ternyata banyak sekali hal-hal yang Raga belum tau dari kehidupan Ica. Kalau saja Raga tau sejak awal, mungkin Raga tidak akan menyiksa Ica sebegitunya.
"nanti kalo kita punya anak, mau nya cewe atau cowo?" tanya Raga pada Ica yg sedang duduk di sampingnya sambil menyandarkan kepalanya di bahu Raga.
Ica diam sesaat lalu ia mengangkat kepalanya dan menatap Raga "hmm, Ica mau punya anak tapi Ica takut" bukannya menjawab, Ica malah mengatakan hal demikian.
Raga terkekeh singkat lalu menatap mata itu "takut kenapa? hmm?"
"takut gak bisa jadi ibu yang baik buat anak Ica" jawaban Ica membuat Raga memudarkan senyumnya, benar yang Ica bilang, harusnya ia lebih sadar diri kalau ia belum baik untuk mempunyai seorang anak, bukan Ica yang gak baik tapi dirinya lah.
Raga menyandarkan punggungnya di kepala kasur dengan mata terpejam "bener, aku juga takut gak bisa jadi ayah yang baik buat anak kita nanti, karna sekarang aku masih berantakan, jauh dari kata baik"
"harus berubah dong kak Raga" jawab Ica seraya menatap Raga.
Raga membuka matanya "kasihan ya Ca kamu, dapetnya malah suami yang kaya aku"
"kok kak Raga ngomongnya gitu? Ica salah ngomong ya tadi?"
"enggak, kamu gak salah ngomong, karna kenyataannya emang gitu, aku belum baik" ucap Raga seraya menata rambut Ica yang sedikit berantakan.
"tapi kan sekarang kak Raga lagi usaha jadi yang lebih baik lagi, harus tetep semangat dong" ucap Ica menyemangati Raga.
Raga tersenyum simpul lalu mengecup bibir Ica singkat, masih dengan posisi wajah yang saling berdekatan Raga mengusap pelan bibir pink itu.
Ica mengedipkan matanya saat Raga hanya diam di depan wajahnya, tiba-tiba Ica menutup matanya saat Raga mencium bibirnya. Jantungnya berdegup kencang, sebisa mungkin ia berusaha untuk tidak menghindar.
Setelahnya Raga mencubit hidung mungil itu membuat Ica membuka matanya dan memekik kesakitan "aaaa sakitttt ka Raga!'
Raga melepaskan tangannya dari hidung Ica dan dapat Raga lihat hidung istrinya itu sudah memerah. Ica menggosok hidungnya guna menghilangkan rasa sakit itu "ka Raga jahat, sakit tau hidungnya Ica" dumelnya sambil melihat Raga dengan wajah cemberutnya.
Raga terkekeh geli "lagian ngapain kamu tutup mata? Berharap aku cium gitu? hmm?"
Ica mengalihkan pandangannya ke samping "ihh pede banget jadi orang, siapa juga yang mau di cium sama ka Raga, mulut ka Raga bau rokok, Ica ga suka" aku Ica jujur, lagi lagi Raga hanya terkekeh singkat.
"eh btw, skripsi Ica udah di acc tau ka, Ica seneng deh" cerita Ica dengan wajah cerianya.
Raga tersenyum lalu mengelus rambut Ica singkat seraya mengatakan "you deserve it, i proud of you my little princess"
Ica tersenyum manis mendengar ucapan Raga "terus skripsi ka Raga gimana? Ada kemajuan?"
"alhamdulilah skripsi aku juga udah di acc, minggu depan sidang" jawab Raga.
Ica tersenyum lagi lalu berkata "you deserve it, i proud of you my big prince" ucap Ica meniru gaya bicara Raga membuat terkekeh kecil.
"bisa aja kamu balikinnya" timpal Raga.
"iyalah, sekarang Ica udah pinter" jawabnya sombong.
Ponsel Ica berdering, menandakan ada panggilan masuk, ia mengambil ponselnya lalu tersenyum senang "ayahh" ucapnya sedikit teriak karena saking senangnya, tak menunggu lama Ica segera mengangkatnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
MY NERD WIFE
Roman pour AdolescentsCLARISSA ADZELIA seorang gadis berumur 19 tahun, yg saat ini sedang kuliah jurusan farmasi. Gadis yg kerap di panggil dengan sebutan ICA itu sudah di tinggal oleh ibunya saat ia masih bayi. Di balik sifatnya yg terlihat polos, Ica banyak memendam se...