05 ~> Trauma

609 78 1
                                    

AUTHOR POV



Di pagi yang cerah ini Arvins masih menyibukkan dirinya dengan berkas-berkas yang bertumpuk di hadapannya. Sesekali dirinya menyeruput kopi di depannya untuk tetap mempertahakan kesadarannya. Karna dia sangat lelah dan mengantuk.

"Laila!" Panggil Arvins kepada sekretaris bawahnya.

" Sì signore?" Ucap perempuan cantik berambut pirang itu.
{iya tuan}

"Antarkan ini kepada direktur pemasaan dan keuangan! Oh ya hubungi manager Colonna Resort and Restaurant untuk segera datang kemari 30 menit lagi." Perintah Arvins.

"Baik tuan" Jawab Laila






_______________

"Brruukkk....." Suara lemparan tumpukam kertas diatas meja kaca di ruang meeting yang langsung menghentikan semua kegiatan setiap anggota rapat.

"Saya hanya membutuhkan penjelasan dari ini tuan Basile bukan ocehan tidak jelas seperti itu." Ujar Arvins.

"....."

"Apa yang terjadi sampai saham Colonna Resort and Restaurant ini mengalami penurunan drastis hanya dalam waktu 3 bulan." ucap arvins.

"Kami sedang berusaha tuan untuk mengatasinya."

"Selama 3 bulan ini aku hanya diam. Bukankah ini sudah menjadi kesempatan yang sangat lama." Ucap Arvins. "Bagaimana kabar keluargamu?" Ucap Arvins dengan seringainya.

"Tu.. an mereka tidak bersalah, ak..ku berjanji akan segera mengatasinya" Ucapnya tuan basile dengan terbata-bata.

"Heii... Aku hanya menanyakan kabar mereka kenapa kau gugup begitu?" Ucap Arvins dengan menatapnya nyalang.

"...."

Tok tok tok

Bunyi ketukan pintu dari luar ruangan meeting.

"Masuk!"Perintah Arvins.

"Maa..aff tuan Arvins." Ucap Laila yang baru saja masuk ruangan.

"Ada apa?" Ucap Arvins dingin karna telah mengganggu meeting mereka.

"Ada telepon penting untuk anda tuan" Ucap Laila menyerahkan handphone Arvins.

"Ciao?" Arvins melangkahkan kakinya keluar ruangan untuk mengangkat teleponnya.

.

.

.

"Aku akan memberimu waktu 1 bulan untuk memperbaikinya. Jika tetap kabar penurunan dan bukan kenaikan yang aku terima. Kau tau sendiri akibatnya." Ucap Arvins dengan penuh penekanan.

Arvins Langsung melangkahkan kakinya keluar dari ruang rapat dengan tergesa-gesa. Dia memasuki mobilnya dan melajukannya melebihi batas normal. Melewati mobil-mobil yang ada di depannya. Dengan wajahnya yang terlihat begitu khawatir dan pucat.

Sesampainya di depan pintu masuk dia langsung keluar dari mobil dengan tergesa-gesa melemparkan kunci mobilnya kepada penjaga untuk membantu memakirkannya. Arvins segera berlari masuk menuju tempat resepsionis untuk menanyakan keberadaan ruangan yang akan dia tuju.

.

.

.

Srekkk....

Arvins membuka pintu ruangan dan melihat seseorang yang berbaring di atas ranjang dengan infus di tangan sebelah kirinya, tangan kanan nya yang di gif, kaki kanannya yang diperban sampai lutut dan banyaknya luka lebam dan membiru disekujur tubuhnya.

U: Ti AmoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang