Roma, Italy
Theo pov
Aku tidak membenci hujan tidak pula mengharapkannya karna hanya mendung yang selalu menghampiriku. Akan lebih baik jika setelah mendung datanglah hujan lalu menghasilkan pelangi yang sangat indah. Eh tapi bukankah pelangi hanya datang sesaat. Tidak tidak akan lebih baik mendung saja yang datang jadi apabila dia pergi tidak akan menyakitiku bukan. Ah cinta ini membunuhku.
"Theo!" Panggilan Armaan yang menyadarkaku dari lamunan.
"Hmm." Jawabku.
"Sampai kapan kita harus menunggu." Gerutu Armaan karna saat ini kita sedang berada disebuah kafe dengan pemandangan diluar sana yang sedang tidak mendukung karna sedang hujan lebat.
"Sabar saja! Lagipula salahmu mengganggu cuti seseorang."
"Hanya nomernya yang ku ingat."
"Apa kau begitu mencintainya sampai hanya dia yang ada diotakmu?" Tanyaku menyeringai menggoda Armaan.
"Ck.. itu karna dia yang selalu menerorku dengan teleponnya setiap saat, bahkan aku tidak percaya aku mengingatnya sekarang." Jelas Armaan.
"Ah.. Arvins I'm proud of you. Kau bahkan bisa bertahan selama 8 tahun dengan kekonyolannya." Ucapku.
"Itu dia!" Seru Armaan melihat sesosok pria keluar dari mobil dengan memegang payungnya. Ya That's Arvins.
"Siapa perempuan itu?" Tanyaku melihat Arvins yang merangkul wanita dibawah payungnya.
" She is a Serra. Arvin's fiancé " Jawab Armaan yang terdengar malas.
"Hah.." Aku terkaget dengan jawaban Armaan jadi selama 5 tahun ini apa saja yang ku lewatkan.
Aku melihat Arvins yang berdiri di depan pintu masuk merapikan rambut panjang wanitanya dan mengusap tetesan air hujan yang menempal pada wajah wanitanya. He's a romantic man.
"Apa kalian menunggu lama?" Tanya Arvins yang baru saja masuk kafe.
"Hmm" jawab Armaan.
Oh Shit! Pemandangan apa yang kulihat ini apakah Armaan sedang jealous? Seriously. Oh Damn it aku benar-benar tidak bisa menahan tawaku rasanya aku ingin tertawa terbahak bahak melihat pemandangan ini. Tidak pernah sekalipun aku melihat raut wajah ini pada Armaan dia terlihat sangat lucu sekarang.
"Hai Armaan! How are you?" Tanya wanita cantik yang berdiri di samping Arvins ini. Oh ya ampun bukankah mereka sangat romantis karna sejak di depan kafe sampai masuk mereka tetap bergandengan tangan.
"Is good." Jawab Armaan yang tidak memandang lawan bicaranya sepertinya hatinya sudah terbakar. Oh shit memikirkannya membuatku ingin tertawa lagi.
"Hai..." Sapaku ramah pada pacar Arvins, apa mereka melupakanku.
"Oh iya sayang, ini tuan muda Natta dia sepupu Tuan muda Armaan dari Thailand." Ucap Arvins memperkenalkanku pada pacarnya. "Dan Tuan Natta ini Serra, tunangan saya." Sambung Arvins memperkenalkanku pada Serra.
"Hello nice to meet you Mr. Natta." Ucap Serra mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan denganku.
"Nice to meet you too Serra. Tidak usah formal padaku panggil aku Theo saja!" Ucapku membalas jabatan tangan Sera.
"Ah baik Theo." Jawab Serra, oh dia sangat cantik saat tersenyum.
"Apa yang terjadi pada kalian?" Tanya Arvins pada kami.
...............................
Flashback
"Theo bisakah kau membantuku?" Tanya Arvins padaku.

KAMU SEDANG MEMBACA
U: Ti Amo
RomanceSelama hampir 8 tahun Arvins mengabdikan dirinya bekerja menjadi Asisten pribadi Caesar Bailey, CEO Bailey Groups yang juga merupakan duda beranak satu. Karna profesinya, Arvins diharuskan mengurus semua masalah pribadi Caesar Bailey termasuk putran...