Roma, Italy
Kata yang bercetak miring adalah percakapan Armaan Theo dalam bahasa Thailand.
AUTHOR POV
Sudah seminggu Arvins di rawat di rumah sakit, hari ini dokter sudah memperbolehkannya pulang. Walaupun gips pada tangan dan kakinya belum di lepas.
"Aku tidak mau duduk di situ" interupsi Armaan setelah melihat Arvins yang mendorong kursi roda masuk ruangan.
"Lalu apa anda bisa jalan sendiri dengan kondisi kaki anda?" Jawab Arvins yang melihat gips pada kaki Armaan.
"Ada kau yang bisa membantuku berjalan kan?" Jawab Armaan.
"Akan lebih mudah untuk saya mendorong kursi roda daripada memapah anda." Ucap kesal Arvins.
"Ck..." Decakan kesal Theo yang dari tadi hanya diam melihat tingkah keduanya. "Apa kalian hanya akan berdebat sampai besok." Sambung Theo.
"Baiklah saya akan memapah anda saja." Ucap Arvins yang mengalah dengan tingkah kekanakan Armaan. Arvins berjalan menghampiri Armaan, membawa tangan Armaan pada pundaknya meletakkan tangannya pada pinggang Armaan untuk membantunya berdiri. "Perlu saya gendong sekalian tuan muda?" Bisik Arvins tepat didepan telinga Armaan yang langsung membuatnya merinding disekujur tubuhnya.
"Kau melukai harga diriku sebagai yang mendominasimu Arvins." Balas Armaan berbisik pada Arvins membuat mata Arvins yang membola sempurna.
"Ck... Apa aku disini hanya untuk diperlihatkan adegan vulgar kalian?" Ucap Theo yang melihat posisi Armaan dan Arvins seperti sedang berpelukan sambil saling menggoda satu sama lain.
"Apa ingin melanjutkannya Arvins." Goda Armaan dengan seringainya.
"Apa dia masih bisa berdiri melihat kondisi anda ini." Balas Arvins yang matanya tertuju pada junior Armaan.
"Heii... Jangan meremehkannya! Ingin dikunjunginya sekarang?" Ucap Amaan menggoda Arvins.
"Haisss.... Damn!" Seru Theo yang kesal mendengar percakapan mereka berdua. Berjalan keluar dari ruangan dengan memegang gagang koper ditangannya.
.
.
.
"Phi?" Panggil Armaan pada Theo yang duduk di sofa kamar memejamkan matanya. Meraka sudah sampai di mansion Bailey dan sekarang mereka berada dikamar Armaan.
"Hmm" jawab Theo dengan deheham saja.
"You okey?" Tanya Armaan.
"Okey." Jawab Theo singkat
"Tapi semenjak phi datang aku hanya melihat wajah surammu saja." Jelas Armaan. "Setidak inginnya phi datang ke negara ini lagi?" Sambung Arvins bertanya pada Theo.
"....."
" Bukankah phi merindukan teman-teman lama phi?" Tanya Armaan kembali.
"Urus saja kesehatanmu agar phi bisa segera pulang." Jawab Theo dingin yang masih mempertahankan matanya terpejam.
"Haiss.... Aku serius Theo" Ucap Armaan yang sudah emosi pada Theo.
"Aku Phi mu jika kau lupa." Peringat Theo.
Arvins yang semenjak tadi berada di situ hanya fokus merapikan pakaian Armaan. Mau bagaimana lagi dia tidak mungkin ikut mencampuri urusan tuannya kan melihat wajah Armaan yang sudah sangat serius itu pasti mereka sedang membicarakan hal yang serius juga. Apalagi mereka yang berbicara menggunakan bahasa Thailand yang membuat Arvins tidak mengetahui arah pembicaraan mereka karna Arvins tidak mengerti bahasa Thailand.
![](https://img.wattpad.com/cover/318979420-288-k878214.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
U: Ti Amo
Roman d'amourSelama hampir 8 tahun Arvins mengabdikan dirinya bekerja menjadi Asisten pribadi Caesar Bailey, CEO Bailey Groups yang juga merupakan duda beranak satu. Karna profesinya, Arvins diharuskan mengurus semua masalah pribadi Caesar Bailey termasuk putran...