ROMA, ITALY
Aku berjalan menelusuri lorong yang gelap, tentu saja ini sudah hampir jam 9 malam. Aku memasuki ruangan dan menemukan seorang pria yang sedang meringkuk memeluk kedua lututnya di lantai dalam ruangan yang gelap.
"Armaan!" panggilku dan dia mendongak ke arahku dengan wajah pucat dan sembabnya.
Aku langsung menghampirinya dan berjongkok di depannya meraih kepalanya agar menempel di dadaku dan menepuk-nepuk punggungnya untuk memberi rasa nyaman untuknya.
Setelah beberapa menit dia menangis dipelukanku, aku mendudukkan diriku di sampingnya.
"Why? Why are you here?" tanyanya dengan suara paraunya.
"Menurutmu?"
"...."
"Siapa yang menghilang dan tidak bisa di hubungi dan membuat seseorang lembur untuk mencarinya?" ujarku.
"Aku hanya mengunjungi ibuku." Jawabnya.
"Apa kau merindukannya?" Tanyaku
"hmm."
"Maaf." Ucapku.
"Untuk?" tanyanya bingung
"Karna aku melupakan hari peringatan nyonya." Ucapku
"Aku tau kau sibuk." Ujarnya.
"Sì, untuk membereskan kekacauan yang disebabkan oleh seseorang." Ucapku. {Benar}
"Bagaimana keadaannya?"
"Memprihatinkan. Sebenarnya apa yang kau tusukkan ke dalam lubangnya sampai robek?"
"Apa kau ingin melihatnya"
"Kau memperkosanya?" Tanyaku
"Aku masih waras. Aku masih menyukai lubang wanita." Jawabnya yang membuatku langsung menoleh ke arahnya dan menatapnya nyalang.
"Jangan menatapku begitu! Kau itu pria pertama dan mungkin yang terakhir yang melakukannya denganku." Ucapnya dingin. "Tapi semalam kau luar biasa Arvins. Do you know how sexy you are?" Godanya menyeringai ke arahku.
"Armaan! Bisa untuk tidak membahasnya!" ucapku. "Mana sopan santunmu. Bagaimanapun juga umurku 10 tahun di atasmu. Aku tidak pernah mengajarimu untuk menggoda pria dewasa." Peringatku.
"Apa kau ingin pertanggung jawaban dariku Arvins?" Godanya.
"Bagaimana mungkin kau membahas hal sevulgar itu di depan abu ibumu" ucapku dengan penuh penekanan.
"mama tahun ini aku membawa calon istriku kemari. Tolong berikan restumu dan berkati kami" Ucapnya menghadap guji abu ibunya sambil melakukan wai untuk meminta berkat.
"ARMAANN!" bentakku.
"Sstt.... Jangan berteriak mia moglie! Bagaimana jika kita nanti di usir." Ujarnya.
{istriku}Aku langsung berdiri dan melangkahkan kakiku untuk keluar dari kolumbarium ini. Jika aku terus disini itu hanya akan menambah emosiku saja, dia benar-benar tau cara menurunkan mood seseorang. Dasar psikopat. Kenapa aku harus repot-repot datang kemari tadi.
"Hhhaahhaa..... Heii... Mengapa marah mia moglie?" Ujarnya.
_____________
Aku melangkahkan kakiku menuju kamarku. Dan melihat sosok yang sedang tidur ditempat tidurku membelakangiku. Aku segera menghampirinya dan memberikannya kecupan pada pelipisnya lalu beralih pada keningnya. Aku menarik selimut yang hanya menutupi kakinya untuk naik sampai dibawah dagunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
U: Ti Amo
RomanceSelama hampir 8 tahun Arvins mengabdikan dirinya bekerja menjadi Asisten pribadi Caesar Bailey, CEO Bailey Groups yang juga merupakan duda beranak satu. Karna profesinya, Arvins diharuskan mengurus semua masalah pribadi Caesar Bailey termasuk putran...