12 ~> Kecewa

383 53 4
                                    

ROMA, ITALY

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ROMA, ITALY

AUTHOR POV

Seperti biasa dipukul 07.00 Arvins sudah berada di mansion Bailey untuk menjemput Caesar. Arvins memasuki mansion berjalan sampai diruang makan dan ditemukannya semua anggota Bailey yang sedang sarapan.

"Selamat pagi tuan." Sapa Arvins menundukkan kepala memberi hormat.

"Hmm." Jawab Caisar menyudahi sarapannya segera beranjak dari duduknya menghampiri Arvins. "Ayo berangkat!" Ajak Caesar dan Arvins segera mengekorinya. Tiba-tiba langkah Arvins dicegat oleh Theo.

"What happened? Apa semua baik-baik saja? Kenapa tiba-tiba kau pulang?" Tanya Theo.

"Hmm it's okey. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan." Jawab Arvins.

"Baiklah. Jika kau butuh bantuanku bilang saja padaku." Ujar Theo.

"Hmm." Jawab Arvins segera melanjutkan jalannya mengikuti Caesar. Dan Theo hanya memandangi punggung Arvins yang sedang berjalan keluar meninggalkan nya.

Arvins adalah tipikal orang yang selalu memendam perasaannya sendiri dan tak mau menyusahkan orang disekitarnya. Bahkan Theo sebagai sahabatnya pun tidak tau apa-apa tentang Arvins. Ya Arvins dan Theo adalah sahabat yang dipertemukan dibangku kuliah dijurusan yang sama, Akuntansi Bisnis. Dan ada satu personil lagi dalam persahabatan mereka yaitu Derryl, walaupun Derryl berada difakultas yang berbeda dengan mereka tapi mereka bisa akrab satu sama lain karna Derryl dan Arvins adalah teman dari sekolah menengah pertama.

Bahkan sampai sekarang Theo belum mengetahui bagaimana Arvins dan Serra bisa menjalin hubungan. Ingin rasanya ia mewawancarai sahabatnya itu tapi Theo belum menemukan waktu yang tepat karna kesibukan Arvins.

Theo membalikkan badannya dan melihat Armaan yang masih asik dengan sarapannya. "Armaan! Pinjamkan ponselmu." Ujar Theo yang sudah berdiri di samping Armaan mengulurkan tangannya di depan Armaan.

"Ck.." Decakan Armaan sambil menyerahkan ponselnya yang langsung diterima Theo. Setelah mendapatkannya Theo segera menjauh dari Armaan menuju kamarnya.

.

.

.

.

Saat ini Arvins tengah mengendarai mobilnya ditengah teriknya matahari dengan Armaan yang duduk disampingnya. Mereka baru saja dari rumah sakit untuk check up Armaan dan dokter sudah mengatakan bahwa Armaan sudah sembuh dan gips di kaki dan tangannya sudah bisa dilepas.

"Arvins apa kau sibuk?" Tanya Armaan tiba-tiba memecahkan keheningan di dalam mobil beberapa saat lalu.

"Memang ada apa?" Jawab Arvins menoleh ke arah Armaan.

"Bisakah kau mengantarku ke pantai."

Arvins terdiam sejenak memikirkan sesuatu sampai akhirnya dia menjawab. "Baiklah." Setuju Arvins.

U: Ti AmoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang