Egois (18+)

278 30 6
                                    

POV Vinder.

Apakah benar semua yang terjadi adalah ulah ayah? Aku tidak ingin bertemu dengannya. Tapi Aku harus mencari dia, untuk menanyakan sendiri.

Hari ini Enzio menikah, aku mendapat satu undangan dari Reina.

"Reina tidak mau mendengarku, aku sudah bilang tidak akan datang"

Aku menaruh undangan diatas meja Bar. Ya aku memilih untuk pergi ke Bar Liza. Aku akan melanjutkan Bar ini, keadaannya sekarang sangat berantakan. Aku akan memperbaikinya lebih dulu. Lebih baik aku menggunakan sihir, semua akan jauh lebih mudah. Karena aku hanya sendiri.

Aku menyingkirkan gelas-gelas yang pecah. Melihat pecahan kaca berserakan dilantai, Ingatanku Kembali ke tiga hari yang lalu.

"Enzio.. " Aku mencengkeram bajunya kuat.

"Kamu ingin aku berhenti?" Tanya Enzio menarik diri dari ciuman yang membuat bibirku kebas.

Aku menggeleng. Aku sudah tidak waras.

Aku tidak pernah melakukan ini setelah kepergian Jeff. Tidak ada yang bisa membuat aku menginginkan sesuatu yang bergairah seperti ini.

Tapi Enzio, hanya dengan melihat dia saja aku ingin melakukannya. Aku sudah menahan diriku sampai hari ini. Dan hari ini, 3hari sebelum dia menikah aku memilih untuk membebaskan diriku.

Tidak masuk akal, memang.

Aku menahan tangannya saat akan membuka kancing kemejaku. Dia Langsung turun membuka kancing celana panjangku. Dan aku melakukan hal yang sama untuknya.

Kami menikmati setiap aliran gairah. Enzio membaringkanku diatas sofa, aku hanya menggunakan kemeja putih ditubuhku. Sedangkan aku melihat tubuh Enzio yang indah, saat dia melepas kaos hitamnya. Sekarang dia tidak menggunakan apapun. Aku bisa melihat seluruh bagian tubuhnya.

Aku benar-benar menikmati pemandangan dari tempatku berbaring. Enzio perlahan membuka kakiku.

Dia membuat kedua pahaku sepenuhnya berpisah.

Aku melihat dengan detail dan menikmati setiap tindakannya.

Dan saat miliknya didorong masuk. Aku menggigit bibirku, tanganku meremas sofa.

"Aaaghh.." Aku merasakan sakit tapi pada saat bersamaan seperti sebuah aliran energi mengalir ke seluruh tubuhku.

Wajah Enzio mendekat ke wajahku.

"Ssstt" Dia menciumku.

Aku hanya perlu mengikuti ritme yang Enzio buat. Tanganku mencengkram kuat punggungnya.

"Vinder.. Aghh.." Enzio melepas ciumannya dan menempelkan dahinya yang berkeringat tepat di dahiku. Aku bisa melihat jelas ekspresi wajahnya, dia menikmati ini seperti halnya aku.

"ughh.. I love you" Kalimat itu meluncur kuat dari bibir Enzio. Mendengar itu, keinginanku memilikinya Semakin besar. Aku mencium bibir Enzio.

Ritme yang dia buat semakin cepat. Aku menyukainya. Aku suka semuanya.

"Aggh.. Ughh..arghh" Suara desahanku sudah semakin keras.

"Kamu semakin cantik.." Enzio masih sempat memujiku. Aku tidak bisa membayangkan Bagaimana rupaku saat ini. Enzio menatap wajahku dengan senyum kecil, jarinya menyentuh hidung dan bibirku, dan dibawah sana dia masih terus mendorong dengan ritme yang konstan. Dia bisa melakukan semua dalam Waktu bersamaan, juga masih sempat merayuku.

Enzio mendorong ibu jariny masuk ke mulutku. Darimana dia belajar hal-hal sensual seperti ini? Tapi lagi-lagi aku menyukainya.

Aku mengulum dan menjilat jari Enzio yang ada di dalam mulutku. Wajahnya semakin terlihat bergairah.

EVIG (batu abadi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang