Mencari Evig

137 24 0
                                    

POV VINDER.

Pintu rumahku diketuk, siapa datang malam-malam.

"Ada apa?" Tanyaku ketus saat melihat wajah Enzio dibalik pintu.

"Bisa kita bicara sebentar?"

Aku sudah memasang wajah malas,

"Aku mohon.."

Lagi-lagi memasang wajah memelas.

"Masuk."

Enzio mengikuti aku, kami bicara di ruang tengah.

"Katakan." Aku duduk di sofa, melipat tanganku di dada dan memandang Enzio tajam.

"Aku minta maaf untuk kejadian terakhir, aku butuh bantuanmu untuk menemukan pamanku lagi."

"Aku tidak mau."

"Vinder, aku mohon. Aku harus tahu apa maksud kata-kata pamanku."

Aku tidak menjawab.

"Tapi kali ini hanya kita berdua yang tahu."

"Hah kenapa? "

"Aku tidak percaya siappun di Lutador." Enzio duduk disebelahku.

"Termasuk team mu?" Apa iya dia juga tidak percaya pada teamnya.

"Aku ingin percaya mereka, makanya aku butuh bantuanmu untuk menemui pamanku lagi."

"Berjanjilah kamu tidak akan kehilangan akal sehatmu! seperti kemarin" Dengusku kesal.

"Iya." jawabnya yakin.

"Kita harus kemana?" Tanyaku pada Enzio.

"Selatan , perbatasan." Enzio menunjukan peta di ponselnya.

Saat kami sampai disana , kami harus mengadapi beberapa Diavol dan menggunakan cara yang sama seperti yang terakhir.

Enzio minta kami datang secara terbuka tanpa harus bersembunyi. Baiklah, aku menurutinya. Aku lihat tidak ada Diavol disana.

Kami ada di mulut sebuah gua.

"Paman!! Bicara padaku !! Mau kemana lagi kamu lari!!" Teriak Enzio.

Pamannya muncul bersama belasan Diavol. Ternyata aku salah.

"Jelaskan padaku ! apa maksudmu? Siapa penghinatnya?" Aku melihat Enzio berteriak dengan wajah memerah. Dia sedang menahan banyak emosi di dirinya.

"Ayahmu!! Ketua dewan!! Berusaha menyatukan Evig dan menjadi penguasa!"

Apa? Aku tidak salah dengar. Akan terjadi peperangan hebat karena perebuatan Evig.

"Jangan bohong!!!" Enzio tak ingin mempercayai kata-kata pamannya.

"Awalnya aku juga tidak percaya. kalau aku tidak mendengarnya sendiri"

"Ok! Ok! Kenapa kamu melakukan ini? Ini membahayakan semua orang?" Aku memotong pembicaraan mereka.

"Aku ingin mengembalikan ingatan mereka tentang Evig, karena kalian semua melupakannya. Evig jadi lebih berbahaya di tangan orang-orang jahat!"

"Kalau begitu, ayo Kembali!" Enzio membujuk pamannya.

"Tidak! Kembali untuk mati?"

"Paman !! " Enzio mengeluarkan pedangnya.

"Enzio, kamu yakin?" Aku bertanya, dia ingin melawan pamannya sendiri?

"Tidak ada jalan lain. Terlalu berbahaya jika Evig terus bersama pamanku. Kita Hanya perlu mendapatkan Evig."

"Baiklah, Kamu urus pamanmu. Aku urus Diavol"

EVIG (batu abadi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang