Ingatan Berharga

154 25 0
                                    

POV VINDER

Enzio berbeda, sangat berbeda dengan Jeff.

Jeff sama sekali tidak memberiku ruang di sisinya. Aku hanya ingin jadi bayangannya, tapi itupun tidak diijinkan.

Alasan Jeff terdengar sangat mulia, dia tidak ingin aku semakin tersakiti. Kenyataannya adalah aku sudah tersakiti. Apa aku akan semakin sakit jika aku berada di sekitarnya? Iya. Tapi sakit itu lebih bisa aku tanggung daripada sakit karena jauh darinya. Ingat aku immortal dan dia tidak, pada akhirnya aku yang akan ditinggalkan. Jadi waktu yang kami lewati bersama sangat penting bagiku. Aku bisa mati lebih dulu, jika ada yang berhasil membunuhku. Tapi Jeff tetap tidak mengijinkan itu terjadi.

Aku juga tahu, Enzio belum menyerah. Dia seperti sedang menungguku berubah pikiran. Jika aku mau bersamanya. Apa yang akan terjadi padanya? Dia akan menghadapi banyak kesulitan. Kesulitan yang tak terbayangkan. Kehilangan karir di Lutador,belum lagi ayahnya.Mungkin dia akan dibunuh ayahnya.

Hari ini aku mendapat telepon dari Forza. Aku diminta datang ke Lutador.

"Hei, Vinder.." Arthur menyapaku di lobby.

"Hallo Arthur.. Bagaimana pagi mu?"

"Bagaimana menurutmu?" Arthur memperlihatkan setelan Jas hitam yang dia pakai.

"Bagus.." Aku lihat selera kami mirip.

"Tapi tidak bisa dibandingkan dengan jas mu."

"hmm.. kamu mau aku beri sedikit sentuhan ajaibku?" Aku menawarkan.

"Boleh?"

"Tentu..siapkan dirimu.." Aku tersenyum.

Seperti biasa dengan satu jentikan jari.

Potongan Jasnya berubah, lebih sesuai dengan bentuk tubuh Arthur. Ada garis abu-abu mengkilat mengelilingi di setiap sisi. Dia sekarang mirip denganku. Tapi lebih terlihat berwibawa.

"Hmm.. Satu lagi.." Kataku.

"Kamu akan sangat tampan, dan membuat semua mata melihat ke arahmu." lanjutku.

"Apa itu?"

Aku membuka kancing kemejanya hingga dadanya sedikit terlihat. Ketika aku membuka kancing kedua.

"Cari kamar, Jangan disini." Suara Enzio sinis.

"Ahhhh.. Enzio, Lihat kan.. Arthur dia sangat tampan pagi ini.." Aku masih melanjutkan membuka kancing kedua.

"Hmm.."

"Vinder, Apa aku tampan?" tanya Arthur.

Kemana wibawanya pergi? Kenapa dia jadi se imut ini.

Aku mengangguk.

"Kamu sedang jatuh cinta?" tanyaku.

"Apa terlihat begitu?" Arthur tanya balik.

Aku mengangguk dengan senyum mengembang.

"Kalian cukup! Kita kesini untuk bekerja bukan ngobrol!" Enzio berjalan melewati aku dan Arthur.

"Maafkan, bosku sedang banyak tekanan pekerjaan. Baiklah Arthur.." Aku belum selesai bicara.

"Vinder! Ayo cepat!" Enzio ternyata menungguku.

"Iya sebentar.. Arthur semoga berhasil dengan cintamu.. Semangat!!" Aku menepuk Pundak Arthur.

Wajah Arthur penuh dengan senyuman.

Kami berkumpul di ruang meeting. Saat kami masih berlima, belum ada orang lain yang masuk.

" Kita akan lebih sibuk, karena kita akan tetap mencari Evig diam-diam . Tapi kita harus tetap mengerjakan tugas kita disini." Enzio berdiri dari kursinya.

EVIG (batu abadi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang