Jangan Sentuh Dadaku!

160 24 0
                                    

POV VINDER

Setelah mendapatkan Evig dari Liza, kami kembali ke Lutador.

"Masih ada 3 lagi.." celetuk Forza.

Ya, mereka tidak tahu ada satu yang sudah disimpan Enzio. Dan ini tidak harus dicari sekarang juga kan ? Aku ingin pulang. Tidur.

"Bolehkah aku beristirahat? Teman-teman kalian harus sedikit bersantai. Perang akan selalu ada. Percayalah padaku yang sudah 935th hidup" Aku memasang wajah memohon.

"Pulang dan istirahatlah" Jawab Enzio.

Bagus, aku suka pemimpin seperti Enzio.

Suka? Maksudku suka sebagai anggota team nya.

"Bye..bye semua." Aku segera pergi sebelum Enzio berubah pikiran.




Aku memilih berjalan seperti yang lain. Ini hanya alasan agar aku bisa melihat patung Jeff.

"Apa kamu juga seperti mereka? Menyukaiku yang seperti ini?" Gumamku saat aku bisa melihat patung Jeff walau dari jauh.

Aku menyusuri jalan di Lutador. Ini masih musim hujan, udara lembab. Dingin. Jalanan masih basah karena gerimis yang berlangsung hampir seharian. Lutador saat malam, walau masih bisa dilewati ini terlalu gelap. Mereka tidak memasang pencahayaan yang cukup.

Aku masih memikirkan kata-kata Azaya dan Liza.

"Azaya bilang aku jatuh cinta, Liza juga.. memangnya sangat terlihat jelas?" Aku bicara sendiri.

"Apa iya aku jatuh cinta? terlihat darimana? "

Aku masih terus bicara sendiri.

"Azaya tahu karena dia penyihir seperti aku, kalau Liza?"

"Kenapa disini gelap sekali?"

"Entonooofoss" muncul cahaya kecil-kecil seperti kunang-kunang berterbangan disekitarku. Mereka cantik, cahaya kecil dalam jumlah banyak mengitariku.

"Jadi kamu benar-benar sedang jatuh cinta?"

"Arggghhh!! " Aku berteriak karena ada yang bicara tapi bukan mulutku.

Aku mencari sumber suara, ternyata Enzio.

"Penyihir bisa kaget?" Ejek Enzio.

"Hei! kenapa kamu disini? Jantungku hampir lepas." Aku memegang dadaku.

"Kamu punya jantung?" Enzio berjalan mendekat.

"Punya, kenapa kamu disini?" Aku menarik telapak tangan ku dari dadaku.

"Aku tidak percaya." Enzio meletakan tangannya di dadaku.

Seketika jantungku berdetak tidak beraturan. Aku bisa melihat wajahnya diantara sihir cahaya yang berterbangan disekitar kami. Kenapa semakin dekat, semakin aku menyadari dia berbeda dengan Jeff. Pikiranku kosong, tapi aku merasakan aliran energi melalui telapak tangannya ke dadaku. Tiba-tiba aku tersadar dari hipnotis situasi ini, aku pukul tangannya.

"Hei!!" Aku cemberut, beraninya dia.

Ini orang yang sama yang bilang membenci kaum Intuneric? Kenapa dia manis sekali sekarang?

"Aduh.." teriaknya pelan.

"Kamu kenapa disini?" tanyaku lagi. Enzio mengusap tangannya yang aku pukul.

"Hanya jalan-jalan"

"Hah? kenapa jalan-jalan di tempat gelap. "

"Ini ada cahaya." Enzio menunjuk sihir cahayaku yang masih berterbangan.

EVIG (batu abadi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang