Cinta Datang (18+)

304 30 6
                                    

"Enzio, kamu mau kemana?"

"Bukan urusanmu!" Enzio masih terus berjalan tanpa menoleh kearah aku. Kenapa suaranya terdengar tidak ramah.

"Enzio, stop!"

Akhirnya dia berhenti, tapi hanya sesaat.

Dia berjalan lagi.

"Enzio!" Teriak ku.

"Apa? Berhenti mengikutiku!" Dia balas berteriak.

"Aku mau bicara sebentar" Suaraku berubah menjadi memohon.

"Tidak ada yang perlu dibicarakan!"

"Aku minta maaf.. Ok.. Aku salah padamu." lanjutku.

"Aku akan pergi! Aku tidak akan mengganggu mu!"

"Enzio.. Bisa tidak kamu berhenti dulu.."

"Tidak."

Aku sudah kehabisan kata-kata. Tidak ada jalan lain, harus pakai sihir.
Dalam satu kedipan mata aku sudah berdiri di depan Enzio, dan aku dorong dia, dan kami berpindah ke bawah salah satu pohon besar didekat sana.

Aku dorong dia sampai membentur pohon, dan menguncinya dengan satu tanganku di dadanya. Wajah kami tepat berhadapan, sangat dekat. Sampai aku bisa mendengar suara nafasnya. Mata Enzio menghindari tatapan mataku.

"Aku minta maaf" kataku lagi.

"Lepaskan!!" Enzio berusaha mendorongku sekuat tenaga, tapi aku jauh lebih kuat.

Wajahnya memerah, dia bukan malu tapi sedang marah. Maafkan aku sedikit bersikap kasar, tapi aku tidak punya jalan lain.

Aku meraih dagu Enzio, dan dia berusaha melawan dengan terus menggerakan kepalanya. Lagi-lagi dia lupa, kalau aku jauh lebih kuat darinya.

Aku mencium bibir Enzio, pendaratan yang cukup kasar, karena di terus bergerak.

Diawal bibirku harus lebih kasar untuk bisa mengendalikan bibir Enzio yang melawan. Saat perlawanannya mereda, kupindahkan perlahan tanganku yang awalnya menjaga dagunya turun menncengkram lembut leher Enzio. Bibirku mulai merasakan penerimaan, sama sekali sudah tidak ada perlawanan. Dia mulai membalas ciumanku. Bibirnya mulai memberi celah untuk lidahku bisa masuk ke rongga mulutnya. Tanganku yang awalnya ku gunakan mengunci tubuh Enzio sudah beralih peran. Sekarang tangan itu bertengger kuat di pinggang Enzio. Dan aku bisa merasakan kedua tangan Enzio mencengkeram kuat pinggangku, dia menarik tubuhku kuat hingga membentur tubuhnya.

Ciuman ini sangat manis. Aku melihat wajah Enzio yang menikmati setiap gerakan bibir kami. Matanya tertutup, nafasnya terengah.

Tanpa aku sadari dia membalik keadaan. Sekarang aku yang didorong sampai membentur batang pohon besar itu.

Dan aku lengah,

"Auughhh!!!" Teriakku.

Ciuman kami dipaksa berhenti karena Enzio menghantam kuat perutku.

"Hukkk!!! Hukkk!!!" Sampai aku batuk-batuk.

"Jangan main-main denganku!" Ucap Enzio sebelum mendorong kuat tubuhku sampai terhempas dan menghantam pohon.

Dia berbalik dan melangkah pergi. Apa dia ingin meninggalkan aku begitu saja saat aku sedang kesakitan? Mana dia bisa?

Aku jatuh terduduk.

"Enz Aaughh.. Sakit" Sambil memegangi perutku. Aku membuat suara semenderita mungkin, dan selemah mungkin.

Aku bersandar ke pohon, tak bergerak. Aku mengatupkan kedua mataku tapi tidak sempurna, sehingga aku masih bisa melihat siluet Enzio.

Dia yang awalnya sudah berjalan cukup jauh, membalik badan dan melihatku. Lalu dia berlari ke arahku. Melihat itu aku mengatupkan sempurna mataku.

"Vinder!" Suaranya mulai terdengar jelas.

"Vinder.. vinder.." Sekarang tidak hanya suaranya yang jelas tapi aku merasakan tangannya memegang lembut kedua pipiku.

"Vinder.. Jangan becanda.."

Aku ingin sedikit lebih lama mengerjai dia.

"Vinder.. maaf..maaf.." Sekarang keadaan berbalik.

Aku membuka perlahan mataku.

"Kamu sudah tidak marah?" tanyaku pelan, hampir seperti bisikan.

Terlihat wajah lega Enzio.

"Jangan membuatku takut." Setelah mengucapkan itu, dia mencium bibirku dengan lembut.

Enzio, bukan hanya kamu yang bisa menipu dan membalik keadaan. Itu salah satu keahlianku. Ternyata setelah 500th , kemampuan itu masih ada.

Dan satu lagi, Kamu tidak cukup kuat untuk bisa membunuhku. Kamu harus menerima kenyataan itu.






Aku tersenyum kecil saat ciuman manis kami masih terus berlangsung dalam waktu yang cukup lama.

"Vin.. Jangan menggigit bibirmu.." bisik Enzio.

Hanya cara itu yang aku tahu untuk meredam desahanku. Tanganku yang mencengkeram kuat punggung Enzio tidak membantu banyak.

Dia menghentikan gerakan dibawah sana,

"Jangan gigit bibirmu." dia mengulangi kalimatnya.

"kenapa berhenti?" tanyaku cemberut.

"kamu nggak mau dengar, Jangan gigit bibirmu."

"Aku berisik.. "

Tiba-tiba dia bergerak,

"Arghhh.. agh.." Aku malu, saat suara desahanku keluar.

"Awas, kalau kamu gigit bibirmu aku akan berhenti." Ancam Enzio.

"Argghh..ah..."

Waktu bercinta kami dipenuhi dengan desahanku. Aku sendiri merasa itu berisik, tapi Enzio Semakin bersemangat saat mendengarnya.

"Kenapa kamu tidak mau melepas kemejamu?" Tanya Enzio Ketika aku masih dalam pelukannya.

"Ada bekas luka.." aku sembunyikan wajahku didadanya.

"Memangnya kenapa?"

"Aku belum siap menunjukannya padamu." Jawabku

"Apa yang membuatmu takut?"

Aku menggeleng.

"Kamu akan tetap cantik dimataku." Lanjut Enzio, mempererat pelukannya.

Apakah akan tetap seperti itu? Apakah kamu akan baik-baik saja, jika ada nama Jeff tertulis jelas didadaku. Tepat di dekat jantungku. Tatoo ini akan terlihat ada disana selamanya karena benar-benar tidak bisa disamarkan bahkan dengan sihir.

Hari ini aku berangkat ke Lutador bersama Enzio. Kami bertemu Forza dan Arthur di loby.

"Enzio.. kamu kemana saja ?" Wajah Forza gugup.

"Ada apa?" Enzio melihat ke ponselnya yang mati karena kehabisan baterai.

"Enzio, cepat ke ruang pertemuan." Lanjut Arthur

Enzio melihat ke arahku. Dengan tidak aku duga, tangannya mengusap kepalaku.

"Kamu tunggu di ruang meeting"

"iya.." jawabku gugup.

Forza dan Arthur sama kagetnya denganku.

Enzio pergi bersama Arthur.

"Forza.. ada apa?"

"Mmmm.."

"Ada apa? "

"Aku tidak ingin merusak kesenangan kalian."

"Forza.. apa?"

"Yang terakhir aku dengar, mereka akan mengganti ketua Lutador"

"Hah?"

Apa iya hanya karena batalnya pernikahan kemarin, efeknya akan sejauh ini untuk Enzio.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 08, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EVIG (batu abadi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang