5b. Invisible [JUNGWON]

821 70 16
                                    

Setelah dari ruang musik, Seareen langsung bersiap untuk pulang sore itu juga. Hanya perlu dua jam untuk menuju rumahnya menggunakan kereta bawah tanah. Saat ini dia sudah berada di dalam kereta bersama penumpang lainnya. Saat seorang laki-laki dari SMA lain ingin duduk di sebelahnya, buru-buru Seareen melarang.

"Maaf, kursi ini buat temanku," ucapnya berusaha sopan sambil sedikit membungkuk. Beruntungnya laki-laki itu tidak ambil pusing dan langsung duduk di kursi lain.

"Makasih," bisik Jungwon. Seareen hanya tersenyum dan mengangguk samar. Sejak tadi Jungwon-lah yang duduk di sana. Ini ketiga kalinya Jungwon ikut Seareen pulang ke rumah. Tidak perlu khawatir, kakak perempuan dan orang tuanya tidak seperti Seareen. Banyak yang bilang kelebihan itu turun-temurun, tapi sejauh ini hanya kakek, tante, kakak sepupu, dan Seareen yang memilikinya. Semoga tidak ada lagi karena jika bisa memilih, sebenarnya Seareen tidak ingin menjadi istimewa.

Perjalanan yang panjang membuat Seareen tertidur. Sementara itu Jungwon terus memperhatikannya, sesekali dia tertawa karena bibir Seareen sedikit maju saat tidur. Jungwon mendongak ketika laki-laki SMA tadi mendekat lagi dan duduk di sebelah kiri Seareen. Jungwon mendelik saat tangan laki-laki itu perlahan mendekati paha Seareen.

"Jaga tanganmu!"

Laki-laki itu tersentak saat mendengar bisikan. Dia melihat sekitar, tapi orang-orang sibuk dengan dunia masing-masing. Dia mencoba 'tak acuh dan kembali melakukan niatnya.

"Kubilang, jaga tanganmu!"

Kali ini laki-laki itu sampai terperanjat dan bangkit. Orang-orang menatapnya aneh saat dia buru-buru pindah ke sudut lain gerbong. Bagaimana tidak takut? Jungwon memperlihatkan wajahnya tepat di depan mata laki-laki itu.

Jungwon menyeringai. Orang lain hanya melihat Seareen tertidur dengan kepala miring ke kanan, tapi sebenarnya dia bersandar di bahu Jungwon sementara tangan laki-laki itu mengusap pipinya dengan halus.

-

-

-

Matahari baru saja tenggelam saat mereka tiba di kota tempat Seareen tinggal. Sekarang mereka sedang berjalan menuju rumah gadis itu. Jungwon hanya tersenyum menampilkan lesung pipinya sepanjang Seareen menjelaskan rencana liburan akhir pekan, dia sudah punya daftar tempat-tempat yang akan ditunjukkan pada Jungwon.

"Kamu pasti suka, deh. Sunset di sana bagus, pokoknya besok aku kasih liat. Sekarang kita udah sampai, ayo masuk!" cerocosnya begitu membuka pagar rumah.

Jungwon terpaku di luar pagar. Sesuatu seakan menahannya untuk masuk. Seareen yang sudah di dalam sampai berbalik lagi.

"Jungwon, ayo!"

"Kamu masuk dulu, aku mau jalan-jalan di sekitar komplek."

"Okay!"

Begitu Seareen masuk, raut Jungwon berubah bingung. Tubuhnya terasa sakit dan panas setiap memaksa masuk. Dia perhatikan rumah Seareen, pasti ada sesuatu yang membuatnya tidak bisa mendekat. Tidak lama setelah itu, keluar seorang wanita setengah baya. Dia berdiri di teras sambil menatap ke arah Jungwon.

Wanita itu bisa melihatnya, apa mungkin dia tante yang pernah diceritakan Seareen pada Jungwon? Dengan mata terpejam wanita itu menggenggam kalung salibnya. Entah apa yang dia lakukan, tapi kemudian tubuh Jungwon terasa sakit dan terbakar.

Perlahan seragam Jungwon berubah lusuh, bercak merah terlihat di kemeja putihnya. Darah mengalir dari belakang kepala Jungwon. Wajah manis Jungwon mulai dipenuhi luka-luka goresan. Puncaknya, luka terbuka yang cukup besar muncul memanjang dari mata kiri hingga leher Jungwon. Rupa ini yang Jungwon sembunyikan setiap kali Seareen bertanya mengenai wujud aslinya.

EN- UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang