10. Boss [HEESEUNG]

1.3K 99 16
                                    

31 Desember menjadi hari terakhir sebelum pergantian tahun. Mayoritas penduduk bumi pasti menikmati waktu bersama orang-orang terkasih, saling merangkai harapan untuk tahun yang baru. Tapi mayoritas bukan berarti semua. Ada yang tidak ingin merayakan dan ada pula yang tidak sempat meski sebenarnya ingin.

Salah satunya Seareen. Menjadi sekretaris dari Head of Finance Department di salah satu bank swasta membuatnya terjebak di kantor hingga larut malam. Akhir tahun menjadi waktu sibuk di mana mereka harus membuat laporan tahunan. Kali ini departemen tersebut sedikit molor dalam menyusun laporan dikarenakan satu dan lain hal, membuat beberapa staf harus kerja lembur di malam tahun baru.

"Nih, Kak." Salah satu staf Divisi Akuntansi menyerahkan tumpukan berkas yang Seareen minta.

"Makasih, Jiheon." Seareen mengambil alih berkas itu.

"Cuci muka, deh. Kak Seareen mirip orang teler."

"Iya, lagi mabuk laporan. Lihat kertas sama layar laptop rasanya mau muntah."

"Kerjaan Bos masih banyak, ya?"

"Buanyak. Nih, nambah lagi." Mata Seareen mengarah pada kertas-kertas di tangannya.

"Semangat! Demi uang lembur!"

Seareen tertawa menanggapi Jiheon yang mengepalkan kedua tangan sambil tersenyum lebar sampai matanya sipit. Uang memang selalu menggoda.

"Kamu sendiri udah selesai belum?" tanya Seareen.

"Dikit lagi."

"Terus nanti pulang sama siapa? Kalau bisa jangan sendiri."

"Nebeng Kak Yunjin sama Jungwon. Lagian jalanan pasti masih rame."

"Oke. Hati-hati kalau nanti pulang."

Selanjutnya Seareen pergi dari sana untuk kembali ke ruangan atasannya. Di dalam ruangan tersebut, seorang laki-laki dengan setelan jas lengkap tengah duduk di kursi kebesaran. Di atas meja terdapat papan yang bertuliskan nama beserta jabatannya.

Lee Heeseung
Head of Finance Department

"Bos, ini berkasnya." Seareen meletakkannya di meja Heeseung. Di antara para petinggi bank tersebut, hanya Heeseung yang tidak mau dipanggil bapak atau tuan. Simple, alasannya karena dia yang paling muda dan hanya dia yang belum menikah. Usianya pun belum genap kepala tiga, tapi karena kemampuannya, Heeseung berhasil meraih posisinya sekarang.

"Thank you." Heeseung hanya melirik sekilas. Wajahnya yang terlihat lelah sama sekali tidak mengurangi fokusnya pada layar komputer.

Seareen kembali duduk di sofa untuk melanjutkan pekerjaannya. Berbeda dengan Heeseung, kali ini ada yang sedikit mengganggu fokus Seareen. Kaki wanita itu mulai sakit karena menggunakan heels terlalu lama.

Tanpa sadar Seareen mengaduh pelan saat memijit pergelangan kakinya dan ternyata Heeseung mendengar ringisan itu.

"Seareen, gak apa-apa kalau mau lepas sepatu." Agar Seareen tidak terlalu sungkan, Heeseung lebih dahulu melepas jas dan menggulung lengan kemejanya hingga siku.

"Beneran, ya? Boleh saya nyeker? Lagi gak bawa sandal, loh." Mereka memang cukup santai dalam perbincangan sehari-hari karena Heeseung juga sangat humble pada stafnya. Hanya saja Seareen tetap tidak enak hati jika berpenampilan tidak rapi saat bekerja.

"Iya, kan saya yang nyuruh."

Seareen tampak lega setelah melepas sepatunya. Dia mengambil pulpen dan mencepol asal rambutnya dengan benda itu. "Gak apa-apa, 'kan, Bos?"

"Suka-suka kamu, deh." Heeseung hanya tertawa kecil karena Seareen baru meminta izin setelah melakukannya.



Tok.. tok.. tok..



EN- UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang