1031 words
"Sudah pulang?" pertanyaan Jaehyuk terdengar melompat-lompat memasuki telinga Asahi. Persis seperti ketika Yoon Jeonghan—sepupu Jaehyuk—menceritakan bagaimana suaminya melamarnya. Sungguh itu terlalu berlebihan bagi Asahi yang lebih menyukai nada bicara yang normal.
Hidup Asahi tidak pernah secerah ini sebelumnya. Tiap kali Jaehyuk berbicara maka seperti pria itu memuntahkan pelangi ataupun bunga-bunga segar yang cantik. Cukup menyeramkan jika dibayangkan memang, tapi percayalah, Jaehyuk adalah tipikal orang yang memiliki suara tawa yang akan membuatmu ikut tertawa. Dan itu adalah fakta yang menyebalkan—bagi Asahi.
"Kau jaga malam?" pertanyaan itu sesungguhnya adalah pertanyaan yang tak perlu Jaehyuk jawab. Asahi hanya bertanya sebagai jawaban dari pertanyaan Jaehyuk sebelumnya. Semacam respon yang sebenarnya kurang tepat.
"Iya," suara kecewa dari Jaehyuk terdengar tidak mengasyikan. "Maafkan aku, aku meninggalkanmu ketika kau baru pulang." Jaehyuk menarik Asahi dan memberikan ciuman singkat di bibir sang Hamada. Membuat pria dengan bau cat menyengat itu mengerjap beberapa kali sebelum memilih untuk melarikan pandangannya pada objek lain. Seperti piring kotor misalnya.
"Tak apa," suara Asahi lebih mirip seperti suara helaan nafas saja. Ia tidak lelah, ia hanya tidak mau merespon ungkapan maaf Jaehyuk. Karena sesungguhnya, jauh dalam lubuk hatinya, Asahi lah yang harus meminta maaf. Terlalu banyak yang ia sembunyikan dari kekasihnya itu.
Ah, kini Asahi sedikit ragu untuk menyebut Jaehyuk sebagai sebutan kekasih. Seolah dirinya tak berhak lagi—atau memang sebenarnya ia tak pernah berhak. Sebut Asahi tamak untuk kali ini, karena hanya itu yang bisa mendeskripsikan dirinya pada posisi ini.
"Aku harus pergi—" dan Asahi sadar bahwa kini Jaehyuk sudah berada di ambang pintu. "—maafkan kau. Sungguh aku meminta maaf padamu. Aku akan mengambil cuti setelah ini, kita bisa menghabiskan waktu bersama, sepuasnya."
Dan sebelum Asahi menyanggah ide buruk Jaehyuk, pria itu menutup pintu unitnya dengan perlahan. Tersenyum kelewat lebar hingga matanya menyipit dan membentuk garis dengan lengkungan ke bawah. Agaknya senyuman itu menjadi candu bagi Asahi sekaligus menjadi tanda bahwa hubungan mereka mungkin akan segera berakhir.
Satu tahun dan masih menghitung. Hitungan itu harus segera dihentikan. Sebelum ia menyakiti Jaehyuk lebih dalam. Tidak ada salahnya untuk berbicara jujur padanya, tentu dengan syarat. Syarat yang pertama, kau harus berbicara dengan Jaehyuk yang sudah cukup tidur dan cukup makan. Kedua, jangan pernah mencoba memutuskan kontak mata dengan Jaehyuk, sebenci apapun kau dengannya. Dan yang ketiga, bersiaplah menyakiti seorang yang paling berharga di hidupmu.
Yoon Jaehyuk adalah orang paling berharga bagi Asahi dalam waktu satu tahun kebelakang ini. Pria itu mengeluarkannya dari kubangan berbau busuk yang melumatnya hidup-hidup. Datang pada saat yang tepat sekaligus tidak tepat. Tepat karena pria itu menyelamatkan Asahi agar tidak terjerumus semakin dalam. Dan tidak tepat karena ada satu hal yang Asahi coba abaikan, namun gagal.
Kembali teringat ucapan sinis dari salah satu saudara Jaehyuk. Seorang perempuan dengan garis wajah yang terlalu tegas untuk seorang wanita berusia awal 20-an. Berdiri dengan menyangga bobot tubuhnya pada satu kaki dan melipat kedua tangannya di dada. Asahi lupa siapa namanya—atau mungkin saja ia tak pernah menanyakan nama perempuan itu. Kalimat panjang yang ia katakan tanpa jeda, seolah diucapkan dalam satu tarikan nafas,
"Kau tahu, kau aneh. Sangat aneh. Ini kali pertama aku bertemu dengan seseorang yang memakai sepatu basah—begitu pula dengan setengah dari celananya—ke pernikahan. Kurasa pakaianmu itu milik Jaehyuk, benar 'kan? Bersikaplah lebih terhormat jika kau benar-benar berniat bertahan dengan Jaehyuk."
Sungguh itu adalah kalimat dengan nada paling normal yang dikatakan oleh anggota keluarga Yoon itu. Mungkin salah satu dari keturunan Yoon yang memilih untuk menjadi pengacara dibandingkan menjadi dokter.
Asahi memang aneh, dan dia mengakuinya. Tidak ada bantahan dari semua perkataan tajam dan menyinggung harga dirinya itu. Semua yang perempuan itu katakan adalah kenyataan. Baju yang ia kenakan hari itu adalah salah satu dari pakaian tua Jaehyuk yang tak lagi muat dipakai oleh pria yang sudah menambah massa otot dan juga lemak. Ia datang ke acara pernikahan, menghilang, lalu kembali dengan setengah celananya basah dan sepatu yang akan berbunyi kecipak ketika ia melangkah.
Dan yang perlu di garis bawahi adalah, Asahi memang aneh.
***
"Dokter Yoon, panggilan darurat dari instalasi gawat darurat."
Tidak menunggu hitungan satu detik selesai, Jaehyuk yang semula duduk dan merenungkan sesuatu segera berdiri dan berjalan dengan langkah lebarnya mengikuti perawat yang tadi memanggilnya.
Perawat itu membutuhkan setidaknya tidur dua jam lagi untuk terlihat baik-baik saja, pikir Jaehyuk. Kantong mata yang hampir berkantong dan mata sayu yang nampak semakin sayu karena kantuk yang sepertinya tak tertuntaskan. Rambut yang digulung tinggi dengan beberapa anak rambut yang terlalu bandel untuk sekedar disisir, dan juga kaos kaki yang terlihat tidak serupa.
Nampaknya kini Jaehyuk memiliki ketelitian yang terlalu baik. Karena belakangan ia lebih sering menelisik pakaian dari para pasien atau perawat yang bekerja dengannya dibandingkan mendengarkan perkataan mereka. Seperti sekarang.
Barulah ketika ia sampai—di ruangan yang terlalu ramai untuk tempat yang salah seperti instalasi gawat darurat—ia tersadar bahwa sedari tadi perawat itu menjelaskan tentang keadaan pasien yang harus ia tangani. Ia seorang dokter, dan ia terlalu muda untuk meminta pekerjaan yang sejalur dengan spesialisasi yang ia ambil semasa kuliahnya. Jadi, mau tak mau terkadang ia harus dihadapkan dengan kondisi seperti ini.
Menolong para korban kecelakaan.
Seorang pria berusia pertengahan 20-an. Memakai kaos band lusuh dengan jeans yang sama lusuhnya. Jam tangan yang nampak terlalu mahal untuk ukuran pria berpakaian lusuh seperti ini dan juga sepatu yang kehilangan pasangannya.
Cukup! Kau harus fokus pada luka pasien dan bukannya pada pakaiannya.
Dan begitulah Jaehyuk merawat beberapa pasien lagi dengan berkali-kali harus membenturkan kepala dalam imajinasinya karena ia tak bisa berhenti menganalisa pakaian para korban ataupun keluarga korban.
Malam itu semakin menyesakkan ketika seseorang mengiriminya email berisikan hal yang sejujurnya ia tunggu, tapi timing dari pemberiannya benar-benar buruk. Kini Jaehyuk bahkan tidak bisa menelan air putih yang sudah masuk ke mulutnya. Memilih untuk memuntahkannya kembali dan menghela nafasnya berat.
Ia hanya menginginkan berdinas jaga malam tanpa harus memikirkan hal lain selain bersiaga di ruangannya. Menahan kantuk atau menahan rasa rindunya pada sang kekasih yang baru saja pulang ketika ia akan pergi. Perlu diingatkan bahwa dalam hubungan antara Asahi dan Jaehyuk, pria Yoon itulah yang memiliki peran aktif dalam semua afeksi manis dan juga hal-hal lain. Asahi hanyalah seorang yang akan merespon dan memberikan sesuatu yang setimpal dengan apa yang diberikan.
Mungkin prinsip hidup dari Hamada Asahi adalah given and taken. Dan Jaehyuk tidak bisa menyalahkannya.
Sampai kapanpun, sedalam apapun Asahi menyakitinya, sejauh apapun Asahi berbohong padanya, sesulit apapun untuk mencintainya—Jaehyuk tidak akan pernah bisa menyalahkan prianya itu.
***
Halo,
Chapter ke 7 dari seri cerita ini. FYI, cerita ini gak bakal panjang-panjang. Paling 10 atau 11, ya gak akan jauh dari situ lah.
Makasih banyak bagi kalian-kalian yang udah mau baca cerita ini. Makasih juga karena udah ninggalin jejak kalian disini hehehe.
Selamat membacaa. Love u.
![](https://img.wattpad.com/cover/320446486-288-k333559.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
are you listening? || jaesahi || TREASURE
Hayran KurguIni tentang buruknya seorang Hamada Asahi dan egoisnya sosok Yoon Jaehyuk. Tentang Asahi dengan beragam omong kosongnya dan juga Yoon Jaehyuk yang enggan mendengarkan. Tentang bagaimana si aneh Asahi membawa masuk Jaehyuk-si rasional-pada dunia yang...