“Bagaimana sih miss?” protes salah satu wali murid.
“Anak saya kok bisa seperti ini. Kemarin bertengkar, hari ini dasinya hilang,” lanjutnya.
“Saya ini sekolahkan anak disini bayar miss. Bayarnya juga engga murah. Kenapa anak saya bisa berantem dengan teman-temannya?” protesnya kembali.
“Maaf bunda, saya selaku wali kelas minta maaf atas keteledoran ini,” ucap Nadhira.
Ia tidak ingin ikut tersulut dengan wali murid ini. Walau sudah jadi langganan para wali murid melakukan komplain akan setiap persoalan. Tetapi kali ini Nadhira sudah tidak dapat berpikir jernih. Jadi, ia lebih memilih mengalah dan meminta maaf saja.
Perkara sepele. Hilangnya dasi salah satu siswa. Tapi yang tidak terima orang tua dari siswa tersebut. Bahkan wali murid itu juga menyalahkan anak-anak yang lain. Belum tentu juga teman-teman anaknya yang berulah akan hilangnya dasi.
Tetapi Nadhira sudah memutuskan untuk memilih diam. Tidak ingin menyangkal perkara kali ini. Ia sudah lelah berhadapan dengan wali murid yang satu ini. Selalu ada saja masalah yang terjadi. Ada pula yang harus ia diurus hingga tuntas.
Sebenarnya tidak mungkin jika dasi itu hilang. Kalau pun hilang salah satu faktor kesalahan pasti ada di anak tersebut juga. Karena jika dasi itu masih terpasang dan terikat rapi di kerah baju hingga pulang sekolah. Tidak mungkin dasi yang dipakai akan hilang.
Sudah pasti dasi tersebut hilang karena dilepas oleh pemiliknya. Kemudian dibuat mainan bersama dengan teman yang lain. Nah, dari hipotesis yang Nadhira buat. Jelas sekali bahwa dasi itu hilang karena faktor dari sang pemilik sendiri.
Hanya hipotesis yang bisa ia pendam sendiri dalam otak. Saat ini tidak memungkinkan ia mengutarakan hal tersebut. Dihadapan wali murid tersebut yang sedang di puncak kemarahan. Terlebih banyak sekali wali murid lain yang menyaksikan komplain ini.
Lihatlah sekarang ini. Orang tua anak tersebut malah yang tidak terima. Masih saja memaki Nadhira dan menyalahkannya dihadapan banyak orang. Ini membuat Nadhira merasa jengkel dan tidak suka. Mengapa masalah seperti ini harus diumbar di hadapan umum. Padahal bisa diselesaikan dengan baik-baik secara kekeluargaan.
“Iya bunda, saya minta maaf.”
“Saya akan lebih mengawasi anak-anak dalam bermain, agar tidak terjadi hal seperti ini lagi,” dengan besar hati Nadhira yang meminta maaf.
“Nanti biar saya cari lagi dasinya, Bun.”
Walau hatinya mengatakan tidak ikhlas. Tapi sudah menjadi resiko yang ia jalani. Menyandang status seorang guru memang begini. Harus siap dipermalukan di depan umum. Bahkan dihadapan siswa dan orang tua siswa yang lain. Nadhira siap akan hal ini.
Kadang memang sangat melelahkan jika hal yang sepele. Bisa jadi viral dan tidak menyenangkan seperti ini. Pasrah itu yang bisa Nadhira lakukan di sisa-sisa tenaga sehabis mengajar dan melayani setiap komplain yang dilakukan wali murid.
Begini Nadhira menyelesaikan permasalahan dengan wali murid. Kunci penyelesaiannya hanya dengan meminta maaf dan menjadi pihak yang bersalah. Maka permasalahan akan cepat selesai. Sekaligus mengusir semua wali murid untuk pergi.
Bekerja menjadi guru tentu akan sering mendapat komplain yang lumayan menyita waktu. Nadhira paham betul akan keadaan tersebut. Ia juga sudah tau resiko apa yang harus ditanggungnya. Bahkan untuk setiap hari yang ia lalui.
Terlebih ia tidak hanya mengajar saja. Nadhira juga sedang menempuh pendidikan di jenjang strata dua. Jenjang yang lebih tinggi dari sebelumnya. Tetapi memiliki banyak tanggung jawab yang harus ia selesaikan dengan secepat mungkin. Seperti keinginan yang ia harapkan sendiri.
Nah, dari pada ia harus terus memikirkan permasalahan di sekolah. Nadhira kali ini memilih untuk segera bergegas ke kampus saja. Mengejar jam mata kuliahnya agar tidak terlambat. Karena akan jadi masalah besar lagi baginya. Jika, ia terlambat mengikuti perkuliahan di awal semester.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crush in Campus
Teen FictionNo. Urut : 061 Tema : Campus Universe #gmgwriters2022 #grassmedia Hidup bagaikan roda yang akan terus berputar. Waktu sejengkal pun tidak akan mampu menentukan putaran rodanya. Waktu hanya akan bertambah tanpa mampu berhenti dan menoleh sejenak. Wal...