"Pak Rizal," panggil Bu Meita - kepala sekolah Islamic Madya School.
Sekolah dasar yang selama ini menaungi Nadhira dan memberikan tempat untuknya untuk menapaki karir."Maaf melupakan bapak dan mendahulukan wali murid kami," ucap Bu Meita sambil menjabat tangan Rizal.
"Ada keperluan yang sangat mendesak bapak, hingga mendadak ke sekolah kami?" tanya Bu Meita.
Ia takut jika masalah pertengkaran tadi akan jadi masalah panjang. Apalagi Rizal adalah anak dari Prof. Hariyono yang sudah dikenal baik pihak yayasan sebagai pengawas sekolah ini.
"Saya mau mengambil tempat penelitian bu," jawab Rizal.
"Saya sedang tertarik ingin melakukan penelitian disini dengan beberapa mahasiswa," imbuh Rizal menjelaskan maksud kedatangannya.
"Bagaimana bu, apa masih ada tempat untuk saya?" pinta Rizal.
"Jelas ada bapak, silahkan jika ingin melakukan penelitian disini. Kami sungguh sangat senang kegiatan tersebut," ucap Bu Meita.
"Sesuai prosedur dari sekolah bapak, untuk surat penelitian, berkas dan yang lainnya bisa langsung di urus di bagian administrasi," lanjutnya.
"Baik akan segera saya urus. Sudah menjadi tanggung jawab saya," jawab Rizal.
"Saya sudah sangat hafal bagaimana sekolah ini melayani setiap orang yang berkaitan didalamnya," singgung Rizal dengan jelas.
"Saya sebagai kepala sekolah berharap, bapak Rizal bisa menahan diri untuk menyimpan kejadian tadi agar menjadi viral dan berlebihan di depan publik," pinta Bu Meita agar Rizal tidak membawa kejadian pertengkaran antara guru dan wali murid di sekolah ini dibawa ke ranah publik maupun ke pengawas sekolah.
Mengingat bahwa Rizal termasuk dari kalangan terpandang, menyandang profesi yang bagus, dari keluarga berpendidikan tinggi yang mengatur kehidupan beberapa sekolah dengan peraturan cukup ketat.
Bu Meita memilih untuk bernegosiasi agar nama sekolah tetap aman dan baik di mata khalayak umum. Jika reputasi semua orang didalamnya akan dipertaruhkan.
"Baik bu, tanpa anda minta secara langsung akan tetap saya lakukan."
"Tapi, apa saya boleh tau keadaan dari guru yang bersangkutan. Maksud saya Nadhira?" lanjut Rizal penasaran keadaan Nadhira.
Setelah kejadian tadi, sepertinya membuat terpukul Nadhira. Perempuan itu sempat pingsan bahkan saat masih berada dipelukan Rizal.
Setelah itu, Nadhira diminta rekan kerjanya yang lain untuk dibawa ke ruang kesehatan sekolah. Rizal tidak tau pasti bagaimana keadaannya sekarang.
"Miss Nadhira?" tanya Bu Meita dengan mengangkat kedua alisnya setengah penasaran.
"Iya," ucap Rizal.
"Oh... Miss Nadhira sempat siuman tadi, tapi sekarang sedang istirahat dulu," jawab Bu Meita.
"Apa bapak ada keperluan dengan Miss Nadhira?"
"Atau bapak mengenal Miss Nadhira?" tanya Bu Meita berturut-turut ingin tau lebih dalam.
"Saya mengenalnya, bolehkah saya melihat ke ruang kesehatan?" izin Rizal ke pihak sekolah lebih tepatnya kepala sekolah Bu Meita.
"Silahkan bapak akan saya antarkan," ucap Bu Meita mengizinkan dan mengatarkan langsung Rizal ke ruang kesehatan sekolah.
Bu Meita sebenarnya sangat penasaran. Ada hubungan apa antara Rizal dengan Nadhira. Tapi ia sadar diri untuk tidak bertanya lebih. Ia akan mencari tahu nanti setelah keadaan Nadhira sudah membaik.
Sekarang yang dilihat Rizal diruangan berbaut obat dan minyak terapi ini, keadaan sang mantan. Perempuan cantik dengan rambut tergerai indah walau sedang terbaring lemas di atas bangkar.
Wajahnya terlihat pucat. Ada bekas luka dan darah yang sudah mengering di ujung bibir Nadhira. Spontan saja Rizal bergerak mendekat setelah dipersilahkan masuk ke ruangan ini. Tangannya bergerak mengelus rambut Nadhira dengan hati-hati. Merasa tidak tega dengan keadaan Nadhira yang sekarang.
"Jam mengajarnya sudah selesai bu?" tanya Rizal yang diangguki kepala oleh Bu Meita.
Kepala sekolah Nadhira cukup kaget dengan pergerakan Rizal barusan. Hingga pertanyaan yang terlontar dari bibir laki-laki muda dihadapannya ini.
"Saya yang akan mengantar Nadhira pulang, jadi Bu Meita tidak perlu khawatir," ucapnya.
"Baik bapak, terimakasih atas bantuannya," jawab Bu Meita yang menyisahkan rasa penasaran teramat dengan hubungan yang dimiliki Nadhira dan Rizal yang sebenarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crush in Campus
Teen FictionNo. Urut : 061 Tema : Campus Universe #gmgwriters2022 #grassmedia Hidup bagaikan roda yang akan terus berputar. Waktu sejengkal pun tidak akan mampu menentukan putaran rodanya. Waktu hanya akan bertambah tanpa mampu berhenti dan menoleh sejenak. Wal...