BAB 2 - BERTEMU

29 4 0
                                    


Berlari kecil menyusuri koridor lantai satu. Kemudian menaiki tangga dan melewati beberapa kelas. Hingga Nadhira bisa sampai di kelas paling ujung di sebelah kanan. Kelas untuk mahasiswa pendidikan yang menempuh S2. Kelas yang berada di lantai dua gedung microteaching. Bangunan yang dipenuhi dengan interior berwarna hijau dan putih.

Benar saja. Karena adanya komplain dari wali murid yang cukup menyita waktunya. Nadhira sekarang mau tak mau harus berkejaran dengan waktu. Berharap ia tidak terlambat masuk kelas. Jika pun terlambat sudah pasti ia tidak akan diizinkan masuk. Ia juga akan tertinggal materi di awal perkuliahan.

Hari ini ia ada jam perkuliahan dengan Prof. Hariyono. Mata kuliah manajemen pendidikan yang terkenal dengan materi kompleks bahkan susah untuk dipahami kalangan mahasiswa pendidikan. Prof. Hari merupakan salah satu dosen yang mengampu perkuliahan di fakultas pendidikan. Beliau sosok dosen yang ramah tetapi tegas. Jadi, ingatkan Nadhira jangan sampai ia terlambat untuk masuk kelas.

"Assalamualaikum, maaf?" ucap Nadhira setelah mengetuk pintu kelas.

Baru saja ia berharap tidak terlambat. Ternyata ia sudah terlambat sepuluh menit dari jadwal perkuliahan dimulai. Entah akan bagaimana nasibnya setelah ini.

"Kamu terlambat? Mahasiswa jurusan pendidikan?"

Terkejut bukan main. Sosok yang barusan bertanya dengan nada sinis ini masih ia ingat jelas di benaknya. Laki-laki yang ada dihadapan Nadhira dan teman-temannya sekarang merupakan mantan pacarnya dulu.

Siapa yang bisa menyangka. Jika Nadhira akan bertemu dengan laki-laki ini dengan kondisi yang seperti ini. Kenapa juga Rizal - sang mantan, berada di dalam kelas Nadhira. Padahal yang harusnya mengajar mata kuliah hari ini adalah Prof. Hariyono.

Nadhira tidak mungkin salah melihat jadwal kuliah. Ia juga tidak salah melihat nama dosen yang mengampu mata kuliah manajemen pendidikan. Jelas yang tertera nama dari Prof. Hariyono. Tapi keanyataan yang ada memperlihatkan Nadhira. Kalau Rizal yang berdiri di depan kelas dihadapan para mahasiswa.

"Kenapa tidak dijawab! Apa kamu ini bisu?"

"Kalau tidak berniat menjadi mahasiswa, lebih baik kamu mengundurkan diri saja. Karena masih banyak mahasiswa lain yang lebih kompeten daripada kamu!"

"Jadi... SILAHKAN KELUAR DARI KELAS SAYA!!"

Kalimat terakhir yang berhasil tertangkap indera pendengaran Nadhira berhasil menyayat hatinya. Ia merasa malu, takut, sedih, bahkan kecewa secara bersamaan. Hatinya terasa sakit dan bola matanya ikut memanas.

Sebelum ia luruh terjatuh di depan kelas. Nadhira lebih dulu memutuskan untuk angkat kaki lebih cepat meninggalkan orang-orang yang berada dihadapannya dengan raut wajah yang berbeda-beda.

Nadhira tak menyangka pertemuannya kembali dengan sang mantan menjadi takdir paling menakutkan baginya. Ia bahkan sudah memutuskan semua kontak yang berhubungan dengan laki-laki tersebut.

Namun, mau disangkal sedemikian pun takdir telah membawanya kembali bertemu. Nadhira tidak tahu akan bagaimana arus dari perjalanan takdir membawanya kali ini. Apakah ia akan berhasil lari seperti dahulu.

Tidak menyangka pula di awal perkuliahan ia sudah mendapat sanksi dengan tidak dapat mengikuti perkuliahan. Hilang sudah jatah jam mata perkuliahan miliknya. Ia terlambat dan juga dibentak dosen dihadapan yang lain. Lengkap sudah hari ini baginya.

Siapa yang dapat menduga jika yang menggantikan Prof. Hariyono adalah sosok laki-laki yang begitu ia kenal dulu. Sekarang Rizal telah menjelma menjadi dosen. Ia mampu menggantikan Prof. Hariyono. Bahkan juga mampu membentaknya di hadapan banyak orang, karena suatu kesalahan yang bagi laki-laki itu sangat fatal.

Sudahlah, Nadhira merasa capek akan semua yang ia lalui hari ini. Ia ingin pulang saja dan menjernihkan pikirannya dari semua hal yang telah menimpa. Berharap semua akan berlalu dengan sendirinya. Karena, hari esok akan dimulai kembali.



Crush in CampusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang