BAB 23 - PERKUMPULAN

6 0 0
                                    

Pukul sembilan malam. Setelah makan malam bersama. Kali ini giliran Rizal yang mengumpulkan lima belas mahasiswa. Sepertinya ia akan membahas banyak hal penting.
Di hari pertama mereka jadi satu tim. Keadaan masih terlihat aman. Tidak tahu untuk satu bulan ke depan. Jadi mungkin Rizal akan berbicara lebih terkait apa saja yang akan dilakukan nanti.
Apalagi mulai besok mereka sudah harus melaksanakan kegiatan. Baik itu kegiatan individu maupun kelompok. Target penelitian harus selesai tepat waktu sesuai ketentuan dari Prof. Hariyono.
Rizal sebagai penanggung jawab lima belas mahasiswa ayahnya ini. Tidak hanya mendampingi tapi juga mengarahkan mereka. Penelitian yang mereka ambil juga tidak mudah. Apalagi kondisi desa yang terkenal dengan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat setempat.
Edukasi menjadi target utama mereka. Menarik masyarakat agar berkontribusi dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan mahasiswa. Tujuan utamanya ingin membawa masyarakat ke ranah pendidikan yang lebih baik dan lebih tinggi dari sekedar tingkat sekolah dasar saja.
Rizal berusaha mengingatkan tujuan awal mahasiswa melakukan penelitian. Agar hasil yang mereka dapatkan juga sesuai harapan. Tidak mengarah ke hal-hal yang tidak berkaitan.
"Bagaimana?" tanya Rizal.
"Sudah siap pak untuk kegiatan besok," jawab Bagas - selaku ketua tim.
"Diusahakan besok semua ikut berperan."
"Saya harap semua berpartisipasi dalam kegiatan mumpung masih awal," lanjut Rizal.
"Baik pak," jawab beberapa mahasiswa laki-laki dengan antusias, mungkin karena kegiatan masih awal.
"Tugas untuk besok sudah dibagi pak. Jadi semua punya jodesk masing-masing," ucap Bagas kembali.
"Selama satu bulan ini saya minta kalian harus saling bekerjasama," nasehat Rizal.
"Saya tidak meminta kalian membuat panelitian yang berkesan. Tapi, saya minta kalian dapat menyelesaikan penelitian ini hingga tuntas. Itu baru yang akan saya katakan berkesan nantinya," peringat Rizal kepada mahasiswanya.
Beberapa dari mereka menganggukkan kepala tanda mengerti. Ada yang sesekali mengutarakan pendapat juga. Tetapi Nadhira hanya memikirkan caranya tidak terjebak dengan orang-orang.
Pikirannya juga kosong sejak awal Rizal membahas banyak hal. Bahkan ketika Bagas membahas kegiatan satu bulan ke depan yang harus mereka lewati.

Crush in CampusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang