BAB 4 - GOSIP

17 4 0
                                    

“Mbak …?” panggil Meisya.

“Kenapa Mei?” tanya Nadhira, setelah perempuan berparas mungil ini duduk dihadapannya.

“Mbak Dhira engga apa-apa kan?” tanya Meisya padanya.

“Emang aku kenapa Mei?” tanya balik Nadhira.

“Ish… Kok malah balik tanya sih!” jengkel Meisya yang ditanggapi oleh Nadhira dengan kekehan kecil.

Nadhira memang sengaja menggoda Meisya. Teman satu perkuliahan dengan Nadhira di kampus. Mereka akrab sejak awal masuk kuliah di tingkat strata dua. Walau mereka punya jarak usia yang berbeda.

“Aku engga sanggup lihat Mbak Dhira kemarin.”

“Terus habis selesai jam kuliah. Aku cariin mbak udah engga ada di kampus,” lanjut Meisya.

“Aku udah balik kemarin Mei,” ucap Nadhira terang-terangan.

“Rasanya aku capek aja kemarin. Karena diusir ya mending pulang aja kan?” imbuh Nadhira sambil menyisipkan keluhannya.

“Pantes engga ada,” jawab Meisya.

“Gimana kuliah kemarin?” tanya Nadhira penasaran.

Sebenarnya ia sudah sangat penasaran sejak kemarin. Ingin menanyakan banyak hal tentang yang terjadi di dalam kelas pada Meisya. Tapi ia urungkan karena persoalan uang bulanan kost yang permasalahkan ibu kost Nadhira.

Sekarang kesempatan untuknya bertanya. Mumpung Meisya berada dihadapannya. Sebelum jam kuliah yang sebentar lagi akan di mulai. Ia akan bertanya bagaimana bisa sang mantan mengajar di kelasnya kemarin siang.

“Gimana apanya sih mbak?” Meisya tidak paham akan yang ditanyakan Nadhira, ia malah balik bertanya.

“Kuliah kemarin loh. Setelah aku diusir dari kelas Mei,” tanya Nadhira menjelaskan pada Meisya.

“Oh ya gitu mbak, biasa aja sih!” jawab Meisya sambil mengangkat bahu acuh.

“Yang ada malah tugasnya dari Pak Rizal tuh banyak banget mbak, aku males banget mau ngerjainnya,” imbuh Meisya.

Padahal ini bukan jawaban yang diinginkan Nadhira. Walau informasi yang barusan ia terima juga penting. Tapi bukan ini yang Nadhira harapkan.

“Kenapa bisa Pak Rizal yang menggantikan Prof. Hari?” tanya Nadhira kembali sangat penasaran.

“Prof. Hari ada kegiatan seminar kalau engga salah mbak,” ucap Meisya sambil berpindah tempat duduk ke samping Nadhira. Mengingat mata kuliah penelitian atau lebih dikenal mahasiswa dengan sebutan study banding akan dimulai.

“Terus?” tanya Nadhira lagi karena masih sangat penasaran.

“Jadi, selama ada perkuliahannya Prof. Hari akan digantikan sama Pak Rizal. Begitulah ceritanya mbak,” jelas Meisya.

“Sampai kapan itu?” tanya Nadhira.

“Aku engga tahu mbak.”

“Yang jelas lumayan lama, karena kegiatan Prof. Hari padat banget. Kemarin aja seminar, bisa aja besok penelitian di luar kota mbak,” lanjutnya.

“Aku sih engga masalah mbak mau diganti dosen siapa aja. Toh, Pak Rizal juga ganteng bisa buat bahan refresh di kelas,” ucap Meisya sambil tertawa geli yang ditanggapi dengan dengusan tidak terima Nadhira.

“Tapi mbak tugas yang diberi Pak Rizal engga tanggung-tanggung banyaknya, kayaknya bakal engga sanggup aku,” ucap Meisya kembali.

“Tunggu. Dari penjelasan kamu, ada yang bikin aku masih penasaran Mei,” kata Nadhira.

“Apa sih mbak?” tanya Meisya.

“Kenapa yang dipilih untuk gantiin Prof. Hari itu harus Pak Rizal. Kalau dilihat dari track record Prof. Hari beliau pasti akan pilih yang sesuai dengannya. Prof. Hari itu dosen yanf perfect di segala bidang kan?” ucap Nadhira memastikan.

“Dari yang aku dengar, kalau Pak Rizal itu mahasiswa emas kesayangan Prof. Hari,” kata Meisya.

“Aku dengar dari yang lain gitu mbak, mungkin aja sih!” imbuh Meisya dan Nadhira hanya bisa menganggukkan kepala tanda setuju aka napa yang diucapkan temannya ini.

Nadhira sudah tahu bisik-bisik akan hal tersebut. Sejak mereka pacaran dulu Rizal merupakan salah satu mahasiswa yang berprestasi. Ia juga sering diunggulkan oleh dosen-dosen yang mengajarnya.

Tapi setahu Nadhira Prof. Hariyono juga bukanlah sosk dosen yang mudah ditaklukkan. Semasa ia kuliah di tingkat strata satu. Nadhira selalu kesulitan ketika mengikuti kelas dari Prof. Hariyono.

Crush in CampusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang