Hidup bagaikan roda yang akan terus berputar. Waktu sejengkal pun tidak akan mampu menentukan putaran rodanya. Waktu hanya akan bertambah tanpa mampu berhenti dan menoleh sejenak. Walau penikmatnya, mungkin sedang kelelahan dan sangat butuh istirahat. Terkadang mereka bekerja sama dengan semesta pula. Hanya sekedar ingin mengingatkan atau menghancurkan orang-orang yang menjalani kehidupan. Tanpa mau berpihak kepada siapa, serta bagaimana seseorang akan terbawa arus perjalanan dari takdirnya.
*****
“Kenapa tidak dijawab! Apa kamu ini bisu?”“Kalau tidak berniat menjadi mahasiswa, lebih baik kamu mengundurkan diri saja. Karena masih banyak mahasiswa lain yang lebih kompeten daripada kamu!”
“Jadi… SILAHKAN KELUAR DARI KELAS SAYA!!”
Kalimat terakhir yang berhasil tertangkap indera pendengaran Nadhira berhasil menyayat hatinya. Ia merasa malu, takut, sedih, bahkan kecewa secara bersamaan. Hatinya terasa sakit dan bola matanya ikut memanas. Sebelum ia luruh terjatuh di depan kelas. Nadhira memutuskan untuk angkat kaki lebih cepat meninggalkan orang-orang dihadapannya dengan raut wajah yang berbeda-beda.
*****
“Masih berapa?” tanya seseorang dengan suara bariton cukup ketara.“Masih ada 4 mas,” ucap Nadhira dengan posisi masih menunduk, karena sedang mencari handphone di sling bag miliknya.
“Jadinya mau ambil berapa mas?” tanya Nadhira memastikan dagangannya laku.
“Ambil semua, tapi kamu ikut aku malam ini.”
Terkejut bukan main. Orang yang sedang mengeluarkan uang dari dalam saku dompetnya adalah Rizal. Sang mantan yang sekarang menjadi dosen Nadhira di kampus. Sosok inilah yang membeli semua sisa rokok dagangan miliknya.
*****
“Jangan bergerak,”“AKU SUDAH BILANG, JANGAN BERGERAK!!”
Suara bentakan dari Rizal yang cukup keras mampu mengusik pendengaran Nadhira. Beberapa kali laki-laki dihadapan Nadhira ini juga sempat menghela nafas berat. Nadhira begitu kaget saat ia harus berhadapan dengan Rizal kembali saat ini.
Nadhira ceroboh. Itulah kata yang ia ucapkan sendiri dalam hatinya berulang kali. Ia memang tidak sengaja menjatuhkan gelas yang ada di meja kesekretariatan. Namun, sungguh sial karena Nadhira juga harus berurusan dengan sang mantan.
Hari ini ia sedang ada janji temu dengan Prof. Hariyono untuk membahas project penelitiannya. Tadi Nadhira sedang asik bermain ponsel untuk mengusir jenuh karena menunggu cukup lama. Entah siapa yang menaruh gelas di atas meja. Hingga ia tanpa sengaja menyenggol gelas tersebut.
“Ceroboh,”
“Lain kali jangan menginjaknya, tapi menghindarinya,” ucap Rizal yang entah mengisyaratkan tentang apa. Apa memang murni karena kejadian yang terjadi sekarang atau sedang menyindirnya terang-terangan.
*****
Potongan kejadian dari beberapa hari belakangan ini begitu mengusik Nadhira. Kenapa ia harus sering bersinggungan dengan Rizal kembali.Namun, mau disangkal sedemikian pun takdir telah membawanya kembali bertemu dengan Rizal - sang mantan. Nadhira tidak tahu akan bagaimana arus dari perjalanan takdir membawanya kali ini. Apakah ia akan berhasil lari seperti dahulu. Mungkin juga ia akan tertelan ikut tenggelam kedalam arus itu. Menikmati hari-hari seperti saat masih bersamanya. Atau saja takdir memilih berpihak padanya nanti. Tapi sungguh ia sudah tak ingin berharap apapun lagi. Takut kehilangan dan terluka untuk kesekian kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crush in Campus
Novela JuvenilNo. Urut : 061 Tema : Campus Universe #gmgwriters2022 #grassmedia Hidup bagaikan roda yang akan terus berputar. Waktu sejengkal pun tidak akan mampu menentukan putaran rodanya. Waktu hanya akan bertambah tanpa mampu berhenti dan menoleh sejenak. Wal...