BAB 13 - PERTENGKARAN

8 1 0
                                    

Terdengar teriakan dari beberapa orang. Ada jeritan dari ibu-ibu, hingga tagisan anak kecil. Aneh menurut batin Rizal. Di sebuah sekolah elit terdengar suara seperti ini. Suara bising dari beberapa orang yang cukup mengusik pendengarannya.

Ketika ia coba mendekat. Beberapa orang sudah berkumpul memutar. Kebanyakan dari mereka para orang tua yang menyekolahkan anaknya disini. Lebih banyak dari kalangan kaum hawa yaitu para ibu.

Entah apa yang sedang diperdebatkan. Hingga ucapan-ucapan mereka sangat tidak pantas terdengar masuk ke telinga. Penasaran dengan kejadian yang ada didepan matanya. Rizal pun mendekat ingin melihat lebih jelas.

“SAYA TIDAK SUKA MISS!” teriak salah satu di forum tersebut.

“Kenapa anak saya harus dimarahi dalam kelas. HAH?” teriak ibu itu kembali.

“SAYA BAYAR DISINI!” terus saja wali murid ini berteriak memprotes wali kelas dari anaknya.

Rizal cukup kaget dengan ucapan dari ibu tersebut. Kata-kata seperti itu bisa terucap dengan lantang. Padahal sangat tidak pantas untuk diucapkan oleh seseorang.

“Saya tahu itu bunda. Anda disini membayar!” balas guru yang sedang di protes.

“Tapi bukan dengan semaunya anda dapat melakukan hal ini,” ucapnya kembali.

Cukup berani. Rizal membatin dalam hatinya. Terkadang menjadi seorang pengajar, kita juga perlu membalas beberapa ucapan yang tidak berbobot.

“Anak saya tertekan, bahkan mentalnya rusak di kelas miss. Harusnya miss bisa membenahi itu!” protesnya.

“Silahkan bunda jika mau pindahkan ananda ke kelas lain,” jawab ibu guru tersebut.

Tidak habis pikir Rizal dengan perdebatan ini. Ia juga cukup kagum dengan keberanian dari guru tersebut. Menjawab komplain wali murid dengan tegas. Hingga menantang balik.

“Miss kamu memang keterlaluan!”

“Jelas saya, TIDAK SUKA DENGAN MISS!”

“AARGHH…” teriaknya karena tersulut emosi.

Tanpa dapat dicegah siapapun. Wali murid itu memukul kepala dan wajah guru dari anaknya. Hingga dua kali pukulan telak di bagian kepala. Wajahnya juga terkena sasaran yang menimbulkan bekas sayatan dari kuku.

Tidak hanya memukul. Aksi ibu yang komplain tadi masih dilanjutkan. Ia menarik paksa hijab yang dikenakan ibu guru hingga terlepas. Rambutnya juga ikut tertarik cukup kuat. Rizal yang melihat ikut ngilu melihat aksi pertengkaran tersebut.

Beberapa wali murid lain tidak ada yang berkenan memisah kejadian itu. Ada yang malah mengompori dengan kata-kata tajam dan mendukung sesama wali murid. Banyak juga yang memilih diam tidak ingin ikut terseret masalah ini sepertinya.

Para orang tua yang menjemput sang anak untuk pulang. Malah mendapat tontonan gratis. Tak hanya disaksikan orang tua tetapi juga anak-anak mereka. Banyak anak yang ketakutan, ada yang menangis melihat kejadian itu pula.

Hingga akhirnya beberapa guru dan seorang satpam sekolah berlari. Mereka berniat ingin memisah pertengkaran yang sedang terjadi. Cukup susah memisahkan keduanya. Apalagi ibu tersebut begitu marah.

Rizal memutuskan ikut mendekat. Ketika yang ia lihat di depan mata adalah Nadhira. Guru yang sedang ada masalah ini Nadhira ternyata. Tampilannya sudah tidak karuan. Hijab yang ia kenakan terlepas hingga jatuh di bawah lantai.

Dengan cepat Rizal menghalau tangan ibu itu. Walau terlambat karena rambut Nadhira sudah tertarik lebih dulu. Nadhira tidak bisa membalas ia kalah cepat. Ia ikut terhuyung beserta badannya ke depan. Untung Rizal tidak terlambat untuk menangkap tubuh Nadhira.

Segera Rizal memegang tangan ibu tersebut, dicengkram kuat oleh Rizal. Berharap ia kesakitan dengan apa yang dilakukan Rizal dan mau melepaskan tangannya dari rambut Nadhira. Cukup dramatis memang sang ibu yang sudah merasa kesakitan saja masih bisa menarik rambut Nadhira lagi.

“Cukup bunda,” ucap seorang perempuan dengan pembawaan begitu tenang untuk menyudahi pertengkaran ini. Perempuan yang terlihat anggun ini merupakan kepala sekolah disini. Rizal juga sudah mengenal dengan baik.

“Kita selesaikan di ruangan saya bunda,” ucap kepala sekolah meredam emosi beberapa orang yang ada di tempat kejadian agar tidak tersulut kembali.

Monggo bun,” imbuhnya.

Ibu tersebut memilih meninggalkan Nadhira. Ia ikut dengan ibu kepala sekolah diarahkan untuk masuk ruangan. Mereka akan membahas dan menyelesaikan masalah ini.

“Aku buat miss keluar dari sekolah ini!” ucapnya memperingati Nadhira untuk bersiap keluar sekolah.

Rizal yang mendengar hal tersebut sampai memejamkan mata. Ia tidak tega melihat Nadhira mendapat hal-hal seperti ini. Ia malah mendekap Nadhira dengan erat. Hingga Nadhira tidak sanggup lagi menopang kakinya dan terjatuh di lantai.

Rizal masih dengan sigap menahan tubuh Nadhira. Tidak sampai pingsan, tapi rasa nyeri cukup membuat kepalanya sakit. Rizal berusaha mendekap Nadhira kembali masuk ke pelukan dirinya.

Ia berusaha mengelus rambut Nadhira. Mengusap punggung Nadhira juga. Apapun Rizal lakukan untuk menenangkan sang mantan. Melihat Nadhira dengan keadaan sangat berantakan cukup menyentil batin terdalam milik Rizal.

Malah yang didapatkan Rizal adalah tangisan Nadhira. Bahkan perempuan cantik yang sedang berada dalam dekapannya ini sampai sesenggukan. Tidak karuan keadaan Nadhira sekarang. Begitu mengenaskan dan tidak untuk dijadikan bahan gunjingan tidak jelas.

“Look at me! Everyting it’s ok,” pinta Rizal.

“Percaya sama aku,” imbunya.

Crush in CampusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang