Hidup penuh dengan kekurangan. Sudah Nadhira alami sejak kecil. Berusaha menyambung hidup dengan bekerja keras. Kerja apapun, asalkan ia masih bisa makan. Itu yang selalu menguasai otaknya selama ini.
Sedari kecil ia dibesarkan dalam keluarga yang tidak utuh. Orang tuanya memutuskan untuk berpisah ketika ia menginjak bangku sekolah menengah pertama. Sejak saat itu ia sudah tak memiliki pandangan hidup untuk kedepan.
Hampir satu tahun setengah ini ia bekerja sebagai pengajar. Diminta untuk menjadi wali kelas pengganti saat itu. Hingga akhirnya ia menandatangani kontrak kerja. Sekaligus membuat Nadhira terikat salah satu lembaga pendidikan berbasis islamic school.
Entah apa yang membuat sekolah dasar ini menerima ia menjadi guru. Padahal dengan background sosial yang ia bawa. Tentu tidak akan ada yang mau menerimanya menjadi pengajar. Mungkin saja sekolah tidak ada pilihan lain.
Selama menjadi pengajar perubahan besar terjadi pada dirinya. Ia memutuskan berhijab setelah diterima untuk bekerja di sekolah. Sekolah basic islami ini mengharuskan gurunya berhijab. Tidak bisa mengelak Nadhira akhirnya melakukan hal tersebut pula.
Padahal selama ini Nadhira tidak pernah mengenakan hijab. Bahkan saat ia berada di sekolah menengah atas dulu. Ia lebih suka memamerkan rambut hitam miliknya. Ia juga lebih nyaman menggunakan rok pendek ketika keluar rumah.
Apalagi ketika Nadhira memutuskan untuk hidup sendiri tanpa orang tua. Memilih untuk tinggal di kost seorang diri. Bahkan membiayai dirinya sendiri. Karena orang tuanya yang memilih untuk hidup dengan orang baru. Hal tersebut yang Nadhira sering sekali dikira menjual diri selama sekolah dulu.
Walau kenyataannya tidak seperti itu. Nadhira lebih banyak diam. Tanpa ingin menyangkal semua tudingan yang ada. Ia berusaha untuk menjalani hidupnya dengan bekerja keras. Seperti menjadi SPG obat di apotek dua puluh empat jam. Hingga mengerjakan tugas-tugas milik temannya dengan upah tertentu.
Tidak heran kalau Nadhira sudah mahir melakukan apapun seorang diri. Walau ia masih suka iri dengan kehidupan orang lain. Ia juga suka paranoid dengan hal-hal yang berhubungan dengan keluarga ataupun komitmen.
“Dhiraaa…” panggil Bu Maya.
“Cepat keluar, nduk!” suruh ibu kost Nadhira ini padanya.
“Iya bu! Sebentar,” jawab Nadhira ikut jengkel.
Sudah pasti yang akan ditanyakan ibu kostnya adalah uang bulanan. Nadhira memang menunggak tidak membayar selama dua minggu ini. Gaji bulan ini ia gunakan untuk membayar ganti rugi pada wali murid yang komplain. Sisanya ia gunakan untuk pegangan selama sebulan kedepan.
“Engga usah ngumpet. Kapan kamu bayar uang kost?” tanya Bu Maya tanpa embel-embel.
“Aku engga ngumpet bu,” ucap Nadhira.
“Tadi di kamar aku masih ganti baju bu,” lanjut Nadhira yang ditunjukkan pada Bu Maya.
“Gimana?” tanya Bu Maya kembali.
“Kasih waktu seminggu lagi ya bu?” mohon Nadhira untuk melonggarkan masa pembayaran uang kost bulanan miliknya.
“Kamu tuh udah sering nunggak, Dhira!” jengkel Bu Maya pada Nadhira.
“Iya aku tau kok bu,” ucap Nadhira tanpa bersalah sedikit pun.
“Kalau udah engga mampu bayar, mending cari kost lain aja,” suruh Bu Maya.
“Jangan dong bu, seminggu lagi deh. Nanti segera aku lunasi pembayarannya,” tawar Nadhira dengan memohon.
“Yaudah. Tapi cuma seminggu ya!” jawab Bu Maya memutuskan memberi kelonggaran Nadhira dengan nada suara tegas.
Bersyukur ia masih diberi kelonggaran untuk membayar. Karena tidak ada kost yang lebih murah lagi di daerah sekitar sini. Kebanyakan kost di daerah ini harganya lebih mahal dari kost yang Nadhira tempati sekarang.
Walaupun kostnya bercampur dengan laki-laki. Tetapi Nadhira masih bisa bersyukur. Karena ia dapat tinggal di tempat yang aman. Ia juga masih bisa membayar uang kost bulanan selama ini dengan tertib. Walau kadang masih suka menunggak seperti ini.
Sepertinya, Nadhira harus bekerja lebih keras. Ia harus mencari pekerjaan lain untuk menambah penghasilan. Mungkin ia akan menjadi SPG lagi agar dapat membayar uang kost. Dengan resiko menjadi bahan gunjingan orang-orang kembali nantinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crush in Campus
أدب المراهقينNo. Urut : 061 Tema : Campus Universe #gmgwriters2022 #grassmedia Hidup bagaikan roda yang akan terus berputar. Waktu sejengkal pun tidak akan mampu menentukan putaran rodanya. Waktu hanya akan bertambah tanpa mampu berhenti dan menoleh sejenak. Wal...