Sebelas

3.1K 324 43
                                    

Dunia terlalu menakutkan jika dipandang dengan mata. Aku memilih buta ... dan berharap mereka tak lagi melakukan diri ini semena-mena. Nyata, luka itu bertambah kala kejadian terulang dengan orang berbeda. Hidup memang tak tenang, tetapi mati bisa jadi tak tenang juga. Aku harus apa biar bahagia, Sya?
Rasi Tsabita
🌺🌺🌺

Rasi merasakan tangan besar melingkar di pinggangnya. Tentu rasa terkejut membuatnya terduduk di kasur. Namun urung, kala jemarinya tak sengaja menyentuh cincin di jemari lelaki yang awalnya dikira orang lain. Ternyata Irsya, Rasi lega, tetapi pikirannya berkelana. Harusnya sore nanti Irsya baru pulang. Lantas, kenapa bisa lelaki itu sudah sampai Jakarta pagi ini?

“Aku pulang semalam.” Irsya berkata dan Rasi masih dengan keterkejutannya.

Selepas melihat rekaman CCTV, Irsya tak bisa tenang mengerjakan dokumen. Nekat, pukul sepuluh malam, dengan pening di kepala, dan amarah membara, pekerjaan Irsya usai. Lelaki itu langsung memesan tiket pulang ke Jakarta.

Hana terkejut bukan main saat bosnya memilih pulang malam ini. Irsya berpamitan dan berpesan agar sekretarisnya pulang besok pagi. Tanpa penjelasan rinci, Irsya memilih pulang tanpa tundaan.

Pukul satu malam, menggunakan kunci cadangan, Irsya masuk ke rumah. Memang, ia sengaja memasang CCTV di kamarnya, kamar Rasi, dan beberapa sudut rumah.

Insting lelaki itu tak enak dan menyuruh Rasi tidur di kamarnya agar mudah diawasi karena CCTV di kamarnya tertempel jelas berbeda dengan di kamar Rasi. Dugaannya tak meleset. Cincin batu akik yang terjatuh memberikan petunjuk bagi Irsya.

Berhati-hati, Irsya akan menjaga Rasi. Ia tak perlu mengungkapkan janji. Karena rasa itu murni timbul dari hati. Demi apa pun kemarahan melingkupi. Namun, sebelum pelaku terbongkar, Irsya harus tetap waspada dan mengontrol emosi.

“Aku pulang tadi malem. Pekerjaannya udah selesai.” Irsya berkata pelan, belum mengungkapkan kejujuran.

Rasi mengangguk kaku. Suasana bertambah canggung kala Irsya melingkari pinggangnya kuat. Rasi kembali terjatuh di kasur dan badannya didekap erat.

“Ra ... kalau ada apa-apa cerita.” Irsya berkata membuat Rasi menggigit bibirnya.

“Mau sarapan?” Irsya bertanya kala melihat gelagat Rasi yang tak nyaman.

Pening masih mendera kepala. Sekarang, panas menjalari badan. Memilih mangkir dari kantor memang pilihan benar. Semalaman suntuk, kantuk tak hinggap. Irsya setia membuka mata dan menatap istrinya.

Rasa curiga mulai bersarang. Irsya menerka, apa yang membuat Rasi diincar? Sudah lamakah kejadian itu terulang? Irsya tak bisa membayangkan lagi. Tanya demi tanya menghampiri. Irsya seakan berada di jurang penyesalan teramat dalam karena terlambat peduli pada sang istri.

“Kamu mau sarapan?” Rasi ganti bertanya membuat pikiran Irsya terbuyarkan.

“Iya. Aku masakin?” tanya Irsya menawarkan.

“Aku aja. Tolong ... awasi aku, ya.” Irsya mengiyakan.

Mereka berdua cuci muka dan langsung menuju ke dapur. Nasi goreng adalah menu pilihan kala di kulkas tak ada bahan mananan lain. Irsya mengawasi Rasi sembari membantu memotong sayuran.

Bekerja sama sebagai tim membuat nasi goreng home made tersebut memakan waktu cepat. Irsya dan Rasi makan dalam keheningan. Usai sarapan tandas, sebuah tanya muncul mengusir acara diam-diamnya mereka.

Madu Perkawinan (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang