Dua Puluh

2.9K 245 23
                                    

Cinta yang sebenarnya itu memuliakan, bukan merendahkan.
Rasi Tsabita

🌳🌳🌳

Bau petrikor menyerang penciuman. Hujan lebat datang kala malam pekat menyelimuti bumi. Namun, di malam itu pula, Rasi merasa tak tenang. Irsya kembali ke kantor polisi usai dikabari perkembangan kasus. Dada Rasi berdebar kala tahu bahwa penyergapan ke lokasi akan dilakukan dini hari nanti; secepatnya. Ia terus berdoa dalam hening agar sang suami baik-baik saja.

Di lain sisi, Irsya tahu pasti tempat persembunyian yang dimaksud para Polri. Dekat hutan belantara yang agak jauh dari pemukiman kota. Dengan menggunakan mobil yang tak mencerminkan lambang polisi dan pakaian keamanan lengkap, mereka berangkat.

Rumah tua yang terawat menjadi tujuan utama. Sebelumnya, mereka, Irsya, Kenan, dan AKBP Jalu telah mengatur siasat sesuai medan perang. Pun tanah lumpur yang mereka lewati serta senjata telah dipersiapkan, dipikirkan secara matang-matang.

Irsya mengikuti AKBP Jalu bersama beberapa ipda menyusuri hutan. Kenan dan lima iptu mengepung jalan keluar hutan sebagai antisipasi terduga melarikan diri.

Angin malam berembus menampar badan. Irsya dan tim khusus bergerak menuju rumah tersebut. Tanpa penerangan lampu, mereka memanfaatkan sinar rembulan yang terang.

Hujan sudah mereda dan mendung tak lagi bergelantung. Sesuai siasat, mereka mengepung dan Irsya menjaga jarak agak jauh dari para polisi yang tengah bertugas.

AKBP Jalu membuka pintu selepas semua anak buahnya pada posisi benar. Dobrakan pintu disusul dengan dirinya yang mengacungkan pistol glock. Namun, tak ada pergerakan berarti. Hanya bunyi burung gagak terdengar memekakakkan telinga. Seperti tak ada tanda adanya terduga, tetapi lelaki itu tetap waspada.

Sembari mengendap-ngendap dan disusul beberapa ipda, AKBP Jalu memeriksa segala ruangan. Tiga kamar kosong. Ia hanya menemukan kartu sim yang patah dan ponsel bekas yang terbanting di dinding. Selain itu, foto korban yang dirobek ia kantongi sebagai bukti.

Mereka menggeledah rumah kosong tersebut dan menemukan beberapa petunjuk. Penyisiran bermaksud mencari jejak terduga yang akan menjadi tersangka pun dilakukan segera. Hutan luas dengan tanaman jati menjulang membuat pencarian agak runyam.

Ditambah medan lumpur yang menyusahkan pergerakan. Namun, semangat AKBP Jalu serta anak buahnya tak gentar. Mereka terus mencari dan mencari, meski waktu mulai beranjak dini hari.

Di lain sisi suara berisik terdengar. Seperti pecahan kaca. Rasi mengerjap dari tidurnya. Ia lupa dan tiba-tiba terbawa kantuk hingga menutup mata di meja dekat kasurnya. Hanya sebentar dan kantuknya hilang karena suara tadi.

Suara itu pula membuat Rasi terdiam dengan jantung berdebar. Sesegera mungkin, ia meraba ponsel dan memberi pesan berupa kode pada Irsya juga Kenan sebagai tanda ada yang tak beres.

Rudi tak bisa tidur dan hanya memejam. Dikarenakan pikiran lelaki itu melanglang buana atas teka-teki terduga yang segera diungkap oleh pihak berwajib, menurut sang menantu. Ia tahu, jendelanya pecah dan seseorang berpakaian hitam-hitam masuk ke dalamnya lewat matanya yang menyipit. Pura-pura tertidur, Rudi membaca pergerakan lelaki itu. Meski tak melihat, feeling-nya mengatakan bahwa penjahat itu hendak menancapkan belati.

Gerakan tak terduga kala si pria berbaju hitam mengacungkan tangan, Rudi melakukan pengelakkan. Lelaki paruh baya itu menggeser tubuh hingga belati tertancap di kasurnya.

“Kurang ajar,” umpat suara yang Rudi kenal.

Rudi terjatuh dilantai usai berguling cepat. Ia bangkit lantas membawa guling sebagai perisai diri. Meski sudah berumur, ia pernah mempelajari cara berkelahi waktu mudanya. Ilmu itu tak lagi menganggur karena bisa diterapkan saat genting seperti ini.

Madu Perkawinan (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang