Dua Puluh Tujuh

3.4K 269 14
                                    

Cinta bisa salah dan harus dipatahkan jika kamu mencintai suami orang lantas berniat merebutnya seperti perempuan rendahan.
Madu Perkawinan
🪴🪴🪴

Sandra menatap pantulan wajahnya di cermin. Tak ada cela, lantas kenapa Irsya terlalu dingin untuk didekati selama enam bulan kebersamaan mereka? Kenapa pula lelaki itu hanya iba padanya? Tak mendapat jawaban, Sandra melempar kaca rias dengan botol toner berbahan kaca. Suara barang pecah belah membuat Lastri, mama Sandra, datang tergopoh-gopoh penuh tanya.

Mereka resmi pindah rumah dari Bogor sebulan lalu. Sebuah perumahan di Jakarta Timur, sekarang mereka tempati. Bukan tanpa alasan, Sandra melakukan semua karena berencana memisahkan Irsya dari Rasi yang kemarin tak sengaja ia temui di rumah sakit.

Dengan sisa kelicikan, Sandra ingin mengadu domba dan berpura-pura hamil anak Irsya. Wajah Rasi kala itu sangat terkejut. Dan Sandra sudah menduga bahwa Irsya belum membeberkan segala rahasia mereka. Ia merasa berada di atas awan sekarang.

“Kamu kenapa, San?” tanya Lastri membuat Sandra tertawa.

“Sandra akan rujuk dengan Mas Irsya, Ma.” Optimis, wanita itu berkata.

Hening merayap. Tak Lastri temui didikannya di wajah sang putri. Sejak awal, Lastri memang tak suka atas pernikahan Sandra dengan Irsya. Menurutnya, Irsya terlihat tertekan tak memiliki rasa pada Sandra. Dugaan itu diperkuat dengan perceraian mereka empat bulan yang lalu.

“San?” Lastri memanggil nama anaknya dan Sandra tersenyum.

“Sandra akan jadi satu-satunya istri Mas Irsya—”

Plak!

Satu tamparan mendarat penuh amarah. Untuk pertama kalinya, Lastri merasakan perih atas kejujuran dibalut pernyataan dari sang putri. Selama ini, ia hanya mengabaikan firasat buruk tentang omongan tetangga di Bogor. Namun, malam ini, kemarahan Lastri menggelegak.

“Kenapa Mama tampar Sandra?” tanya Sandra tak terima.

“Mama enggak pernah ngajarin kamu seperti ini, San! Kalimat kamu bisa mama cerna dengan baik. Mama sudah tua tetapi bukan berarti tak mengerti apa maksudnya. Jadi benar? Kamu menjadi istri kedua Irsya?”

Hening. Sandra tersenyum melepas usapan di pipinya. Bekas kemerahan karena tamparan maut masih ada di sana.

“Iya, Ma. Kenapa? Sandra gak mau kayak mama. Sandra pengin punya tempat bersandar—”

“Dan mama enggak pernah ngelarang kamu menikah dengan lelaki ... kecuali suami orang. Kamu mau membalas rasa sakit masa kecilmu tanpa ayah dengan menjadi perusak rumah tangga orang lain? Lalu, apa bedanya kamu sama rival mama, San?” Lastri bertanya panjang kali lebar.

Dada Sandra naik turun menahan amarah. Ia menatap sang mama dengan tatapan tajam. Teriakannya menggema mengusir heningnya malam.

“Sandra capek, Ma! Juna gak guna! Harapan Sandra cuman Irsya—”

“Irsya adalah belahan hati wanita lain. Sekuat apa pun kamu merebutnya, jika Tuhan berkata tidak, maka tidak. Sadar, San!” Lastri berteriak lepas.

Wanita paruh baya itu melepaskan penat amarah karena sang putri. Demi apa pun ia tak ingin Sandra mengikuti jejak wanita murahan yang merebut suaminya. Rantai perselingkuhan akan terus bergulir jika ini dibiarkan. Maka, sudah cukup, Lastri merasa sedih sendirian. Sakitnya dikhianati itu butuh waktu lama untuk disembuhkan. Lastri tak ingin wanita lain merasakannya meski harus memarahi Sandra.

“Tapi Sandra maunya Irsya? Gimana, dong?” tanya Sandra membuat Lastri kecewa.

Anggukan Lastri dengan senyum dingin membuat Sandra tak mengerti. Mamanya selalu bersikap hangat dan mendukung apa keinginannya. Lantas, kenapa untuk kali ini ia dicegah? Bukankah semua orang berhak memiliki rasa cinta dan mencintai?

Madu Perkawinan (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang