Delapan

3.1K 316 22
                                    

Kecewa itu ada. Namun, nyata tak ada manusia yang sempurna. Jika maaf itu mau kaudapatkan, maka buktikan dengan tindakan.
Rasi Tsabita
🍄🍄🍄

“Tiga hari.” Irsya bergumam pedih menatap pintu kamar Rasi yang tertutup rapat.

Kejadian menyakitkan tersebut telah terlalui. Namun, Irsya yakin bekasnya masih ada. Rasi terlihat lebih murung dan menutup diri.

Irsya sangat ingin memperbaiki semuanya. Akan tetapi, segala akses ditutup rapat oleh Rasi. Wanita itu banyak diam, tak menampakkan senyuman, dan Irsya sungguh merasa tersiksa.

Di sisi lain, Rasi terdiam di sudut kamar. Ia menekuk lutut dan menyembunyikan wajah di dalamnya. Rasa sakit masih menjalari hati. Mimpi buruk semakin sering menghinggapi.

Marah pada Irsya? Mana mungkin bisa? Rasi hanya marah pada diri sendiri. Kenapa ia selemah ini? Kenapa kala tangan jahanam menyentuh daerah terlarang, ia tak berteriak dan tenggorokannya tercekat? Beruntung, nasib baik masih menghinggapi.

Para bapak-bapak yang meronda memergoki Rasi. Pelaku berhasil kabur dan Rasi diantarkan pulang. Ia tak tidur semalaman karena ketakutan menguat. Bahkan, mulai ada bayang lelaki itu datang, mendobrak pintu, dan kembali melakukan hal laknat padanya. Rasi tak bisa membayangkan hingga merintih sembari menahan tangis.

Menjadi cantik adalah impian. Namun, bagi Rasi tidak. Ia dibully karena menurut teman-temannya seperti orang Korea bukan khas gadis Jawa. Ia mendapatkan pelecehan karena selalu kata cantik keluar dari mulut pelakunya. Ya Tuhan, Rasi kadang bertanya kenapa ia harus menjadi wanita?

Semerbak sesak membelenggu. Rasi kembali memilih menggigit bibir dan memeluk erat lutut sebagai pelampiasan. Bunuh diri adalah dosa, itu masih menjadi pegangannya. Rasi sudah pernah mencoba karena merasa frustrasi dan kemudian gagal saat pikirannya sadar. Memendam masalah sendiri bukan berarti mandiri. Rasi ingin berbagi cerita, tetapi tak tahu pada siapa.

“Ra?” Irsya memanggil di depan pintu.

Panggilan kesekian dan Rasi abaikan. Tak kuat ia bersikap begini pada Irsya. Nyata, semalam, ia ingin menangis di dada bidang lelaki berstatus sebagai suami sahnya dan mengadu segala kenangan lama. Namun, Rasi tahu diri. Ia masih merasa kotor dan perceraian adalah opsi terbaik versinya.

“Ra, please buka!” Hening. Irsya menghentikan ketukan di depan pintu.

Senyumnya terpampang. Bukan senyum kebahagiaan. Senyum miris karena didera kebingungan. Jika sudah begini, sesal tiada arti, menyalahkan diri sendiri sudah Irsya lakukan berulang kali.

Tangan kanannya yang diperban karena pecahan kaca tak cukup. Irsya kembali meluapkan emosi dengan olah raga tiada henti tanpa makan. Padahal Irsya sendiri tahu menyiksa diri tak berguna dan tak memecahkan segala perkara.

Jam menunjukkan pukul sembilan malam. Irsya ingin mengajak Rasi tidur bersama selayaknya pasangan pengantin lainnya. Akan tetapi, usaha tersebut sia-sia. Rasi benar-benar mengabaikannya.

Di sofa tak jauh dari kamar Rasi, Irsya merebahkan badan. Suara hujan serta dingin yang mulai merebak merangseknya untuk mencari kehangatan selimut. Kantuk yang menjadi adalah alasan Irsya untuk tetap bertahan dan tidur meski kedinginan.

Pukul dua belas malam, Rasi ingin meminum obat CTM untuk memberikan efek kantuk. Insomnia adalah gangguan yang kerap menyerang. Walhasil, pening serta tensi darah rendah menjadi riwayat Rasi beberapa tahun terakhir.

Madu Perkawinan (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang