7.

158 36 22
                                    

Akhir pekan tiba. Sohyun libur kerja, kini ia berada dirumah orang tuannya. Bukannya merasa senang, Sohyun malah terlihat tidak senang seperti tidak semangat hidup. Hari masih pagi biasanya banyak orang melakukan aktivitas diakhir pekan melakukan kegiatan seperti berolahraga atau berbelanja ke mall, tapi tidak dengan Sohyun wanita berambut hitam pekat itu malah berdiam diri dirumah.

Ia menjatuhkan kepalanya pada meja makan. Tatapannya kosong begitu pula tubuhnya yang terlihat lemas, seperti orang tidak bersemangat.

"Wahh.. Lihatlah orang yang paling sibuk dirumah. Akhirnya mau menampakan dirinya juga." Ujar Tuan Kim yang terdengar menyindir.

Sohyun yang mendengar suara sang ayah lalu menegakkan tubuhnya. Ia tau ucapan ayahnya itu mengarah padanya, memang benar ia jarang ada dirumah apalagi makan bersama dengan kedua orang tuanya. Tapi salahkan pekerjaan yang mengharuskan ia berangkat lebih awal dan pulang paling akhir.

"Ayah tidak bisakah tidak menggodaku seperti itu."keluh Sohyun lirih.

" Tapi ayah benarkan? Putri ayah yang super sibuk ini akhirnya mau makan bersama lagi."balas Tuan Kim.

"Bukannya aku tidak mau makan bersama lagi. Hanya saja pekerjaan ku yang mengharuskan Sohyun datang pagi-pagi." Balas Sohyun tak mau kalah.

"Kau ini kan bukan pegawai keberhasilan yang mengharuskan datang pagi-pagi buta."

"Iya tapi ayah tahu kan aku ke kantor naik bus. Dan perjalanannya cukup jauh, maka dari itu Sohyun harus berangkat pagi-pagi."

"Itu salahmu sendiri masih naik bus. Ayah kan sudah bilang naik mobil saja."

"Ayolah ayah. Ayah pasti tahu alasan ku tidak naik mobil."

"Sohyun. Dengarkan ayah kau tidak sakit, kau hanya trauma jika kau ingin sembuh kau harus lawan trauma mu itu."saran Tuan Kim.

" Tapi tetap saja aku tidak bisa."elak Sohyun.

"Kau bukan tidak bisa, tapi tidak mau."

"Ayah tidak tahu bagaimana rasanya jika trauma itu datang."

"Ayah kan dokter tentu saja ayah tahu. Makannya ayah menyuruhmu untuk naik mobil, agar kau bisa sembuh dari trauma mu itu." Saran Tuan Kim.

"Tapi tetap saja ayah.. "

"Ada apa ini pagi-pagi sudah ribut." Ucap Nyonya Kim yang baru datang seraya membawa membawa makanan untuk sarapan pagi.

"Ibu lihat ayah dia terus memaksaku." Adu Sohyun seraya mengerucutkan bibirnya.

"Yeobeo berhentilah memaksanya." Ucap Nyonya Kim pada Tuan Kim.

"Aku tidak memaksanya. Aku hanya memberi saran padanya, agar ia mau naik mobil pribadi kembali."balas Tuan Kim.

"Kau tahu kan Sohyun seperti itu karena traumanya." Ujar Nyonya Kim Sohyun pun menganggukkan kepalanya menyetujui ucapan Nyonya Kim yang membelanya.

"Tapi ini sudah 5 tahun. Mau sampai kapan Sohyun seperti ini? ia harus sembuh. Bagaimana jika nanti suaminya ingin mengajaknya jalan-jalan? Tidak mungkin kan mereka menaiki kendaraan yang berbeda. " Jelas Tuan Kim membuat Nyonya Kim maupun Kim Sohyun terdiam.

Nyonya Kim melihat Sohyun terdiam. Mungkin karena ucapan sang suaminya yang menyindir sang putri, sebagai seorang istri dan ibu ia bingung dengan keadaan. Ia menyayangi putri nya Satu-satu nya itu, maka dari itu ia tidak pernah memaksa putri nya untuk naik mobil yang sudah disediakan oleh sang suami. Tapi apa yang dikatakan sang suaminya itu pun ada benarnya, sudah lama Sohyun mengalami trauma itu kecelakaan sang putri membuat Sohyun mengalami trauma pada kendaraan terutama mobil. Sebagai seorang ibu ia begitu kasian pada sang putri yang harus mengalami hal seperti itu, tapi tidak ada yang banyak Nyonya Kim selain mendukung sang putri menaiki bus tiap hari selama itu menjadi hal terbaik selama Sohyun tidak mengalami trauma itu kembali.

Sekretaris KimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang