‡-Satu-‡

601 40 0
                                    

Suasana di ruang makan keluarga Na menjadi sepi setelah mereka mulai makan bersama. Hari ini ada pertemuan khusus setelah kedatang anggota keluarga baru. Dua minggu yang lalu Yuta menikah dengan gadis Jepang. Setelah bulan madu ke Paris, mereka berdua baru bisa makan bersama bersama keluarga hari ini.

"Dimana kalian akan tinggal setelah ini?" Tanya Siwon, kepala keluarga Na.

Yuta lebih dulu meletakkan gelas di tangannya. "Kami akan tinggal di apartemen yang ada di Gangnam, ayah."

"Kau membeli baru?"

Yuta mengangukkan kepala. "Aku sengaja membeli baru karena aku butuh tempat tinggal yang lebih luas."

"Jadi, kau menjual apartemen.mu yang lama?"

"Tidak. Rencananya aku ingin memberikannya pada Jaemin."

Jaemin yang disebut namanya tidak merespon apa-apa. Dia malah sibuk mengunyah puding.

"Bagaimana, Jaemin?" Tanya Siwon.

"Aku tidak butuh barang bekas."

Siwon tau bahwa Jaemin akan seperti ini. Tatapannya bergati pada Yuta dan Yuta hanya menjawab dengan senyuman. Yuta sama sekali tidak sakit hati dengan apa yang dikatakan Jaemin. Dia tau seperti apa sifat Jaemin.

"Bagaimana kabar perusahaan, Jaemin?" Tanya Yuta.

"Tidak sebaik perusahaanmu." Jaemin menoleh ke arah Yuta. "Dan juga, bukankah seharusnya kau lebih dulu menanyakan tentang kabarku?"

Yuta terdiam. Dia tidak menyangka perubahan Jaemin sejauh ini. Padahal dia hanya tidak bertemu dengan Jaemin selama dua minggu tapi dia merasa Jaemin semakin berubah.

"Kakak ipar, selamat datang. Semoga kau betah." Setelah mengatakan itu pada Sana, Jaemin berdiri dari duduknya. "Aku harap tidak ada tambahan orang yang pura-pura baik padaku."

Jaemin pergi dari keluarga Na dan lagi-lagi dengan keadaan mood yang berantakan. Dia selalu merasa rumah keluarga Na terlalu sesak untuknya. Atmosfer di sana sangat tidak cocok hingga dia menjadi tidak betah.

Motor milik Jaemin sudah berjalan keluar dari rumah keluarga Na. Awalnya tadi dia tidak ingin datang untuk makan malam. Tapi karena dia mendapat bujukan dari Haechan, dia jadi datang ke sana.

Jaemin kira perkataan Haechan benar tentang dia yang akan bisa menerima kelurga Na lagi jika dia terus berinteraksi dengan mereka. Ternyata Jaemin malah semakin membenci mereka.

Tarikan gas pada mobil Jaemin semakin kencang. Mana peduli Jaemin dengan udara malam ini. Lagipula dia tidak akan masuk angin hanya karena terkena udara dingin.

Setir motor Jaemin berbelok ke arah sebuah kedai kopi yang ada menjadi langganannya. Sesudah motornya terparkir, Jaemin masuk ke dalam kedai itu.

Jaemin duduk di paling pojok, spot favoritnya di kedai ini. Tangannya mulai mengambil rokok di saku jaketnya. Dia membuka jedela kecil di dekatnya lalu mulai menyalakan rokok miliknya.

Dengan duduk bersandar, Jaemin menikmati setiap hisapan dari satu lintingan rokok di tangannya. Pandanganya menatap jalanan dengan tatapan kosong.

Tidak lama berselang, ada sebuah kopi di meja Jaemin dan seorang baristalah yang mengantar kopi itu.

"Aku kira kau sudah lupa kedai ini."

Jaemin menolehkan kepala setelah mendengar berista itu berbicara padanya.

"Aku tidak mampir hanya selama tiga minggu. Apa kau kehilangan pelanggan karena itu?" Tanya Jaemin.

Barista itu menghedikkan bahu. "Meskipun aku memilikimu sebagai pelanggan, aku tidak pernah untung. Setiap datang ke sini, kau hanya memesan satu kopi. Kecuali jika kau memesan banyak menu, maka aku akan senang saat kau datang ke sini."

INTERDIT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang