Siang ini suasana kamar Jaemin yang ada di rumah barunya menjadi agak ricuh. Jaemin dan Jeno sedang bertanding menggunakan PS 4 yang Jeno beli bersamaan dengan dia membeli rumah ini.
Mereka baru pulang dari Jeju jam 12 malam dan Jeno sudah mengatakan pada Karina bahwa dia tidak pulang. Jeno tidak tau kapan dia akan pulang, tapi untuk hari ini, dia akan menemani Jaemin di sini.
Sejak bermain dengan Jaemin, Jeno tidak pernah mendapatkan kemenangan. Berbeda dengan Jeno, Jaemin selalu memenangkan pertandingan. Karena yang kalah harus menerima hukuman sentil dahi, dahi Jeno jadi agak memerah karena berkali-kali terkena sentilan Jaemin.
Mereka sudah bermain sejak jam 10 pagi dan saat ini sudah jam 2 siang, tapi diantara mereka sama sekali tidak ada yang mau berhenti. Jiwa kompetitif Jeno seolah terbakar karena dia tidak pernah mendapat kemenangan. Sementara Jaemin menyukai ekspresi Jeno yang kesal karena selalu kalah.
Jeno kali ini lebih serius dalam permainannya. Dia harus menang setidaknya satu kali. Padahal dulu dia adalah pemain yang handal. Tapi entah kenapa saat ini dia selalu kalah.
Jeno menatap layar dengan semakin serius. Keinginannya untuk menang benar-benar tinggi. Dengan konsentrasi yang penuh, Jeno menekan tombol tendang lalu berhasil menjatuhkan Jaemin. Karena nyawa Jaemin hampir habis, Jeno langsung memberikan ulti pada karekter Jaemin. Sampai akhirnya,
"Yes! Woah! Aku menang!" Teriak Jeno dengan senangnya. Akhirnya dia memenangkan pertandingan ini.
Sementara itu Jaemin mengerucutkan bibirnya. Padahal dia sudah optimis akan menang tapi pada akhirnya Jeno yang menang.
"Akhirnya kau bisa merasakan rasanya disentil dahi." Jeno mendekat ke arah Jaemin. "Kemari, saatnya yang menang menyentil dahi yang kalah."
Jaemin hanya bisa pasrah. Jaemin menghadap Jeno sedangkan Jeno sudah bersiap menyentil dahi Jaemin. Jaemin memejamkan mata karena dia yakin Jeno tidak akan melakukannya dengan pelan.
Ctakhh!
"Akhh!" Teriak Jaemin setelah Jeno menyentil dahinya.
Jeno tersenyum puas sementara Jaemin menundukk dan memegang dahinya dengan dua tangannya. Jaemin sampai terjatuh ke lantai karena sakitnya sentilan Jeno.
Jeno awalnya hanya tertawa. Dia puas karena akhirnya dia bisa menang dan Jaemin terkena hukuman. Namun setelah beberapa saat, Jeno berhenti tertawa karena Jaemin masih memejamkan mata dan tidak bergerak.
"Jaemin?" Jeno membuka tangan Jaemin yang menutupi wajahnya.
Jaemin tidak merespon apa-apa dan itu membuat Jeno panik. Jeno mulai menggoyangkan tubuh Jaemin.
"Jaemin?" Jeno menepuk pipi Jaemin namun Jaemin tetap tidak merespon.
Jeno yang panik lalu mengecek napas Jaemin. Perasaan Jeno agak tenang setelah tau Jaemin masih bernapas. Jika seperti ini tanda Jaemin sedang pingsang.
Jeno menggendong Jaemin untuk dia pindahkan ke atas kasur dan menidurkan Jaemin di atas kasur. Baru saja Jeno melepas tangannya dari tubuh Jaemin, Jaemin malah tertawa puas dengan matanya yang mulai terbuka.
Jeno akhirnya bisa bernapas lega setelah tau Jaemin hanya mengerjainya. Namun dia juga merasa kesal karena bercanda Jaemin yang membuatnya khawatir.
Jeno ingin marah pada Jaemin, tapi dia urung melakukannya setelah melihat Jaemin tertawa dengan puasnya. Senyum Jeno muncul setelah melihat Jaemin tampak bahagia dengan lantunan tawa yang dikeluarkannya.
Jeno merasa Jaemin sudah lebih baik dari kemarin dan tadi pagi. Meskipun dia tidak suka dengan cara Jaemin bercanda, setidaknya Jeno merasa tenang karena Jaemin sudah bisa kembali tertawa puas seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
INTERDIT
FanficYang sudah menjadi milik orang lain tidak akan boleh direbut begitu saja. Namun bagi Na Jaemin, apa yang dia inginkan harus menjadi miliknya. Dendam, amarah, dan apa yang terjadi di masa lalu ternyata membuatnya sadar bahwa dia boleh bersikap egois...