‡-Sepuluh-‡

291 28 2
                                    

Sore ini Jeno dan Jaemin sedang berada di kasur kecil yang ada di bagian belakang penginapan mereka. Mereka sedang menikmati makanan setelah tadi sempat berjalan-jalan di sekitar pantai dan bermain bananaboat.

Awalnya tadi Jeno mengajak Jaemin makan di restoran. Tapi Jaemin menolak karena restoran itu terlalu ramai. Akhirnya mereka membungkus makanan dan memakannya di penginapan.

"Mau coba? Ini enak." Jaemin menawarkan cumi pedas manis pada Jeno.

Jeno mengangukkan kepala dan karena itu, Jaemin menyuapkan cumi itu pada Jeno.

"Enak?" Tanya Jaemin dan Jeno mengangukkan kepala.

Mereka berdua kembali melanjutkan makanan. Tidak ada lagi yang membicara karena mereka sama-sama sedang menikmati makanan masing-masing.

Setelah beberapa saat, makanan mereka sudah habis. Jaemin mengemasi semua sampah bekas makanan sementara Jeno menyiapkan minum untuknya dan Jaemin.

Jaemin berdiri lalu berjalan untuk membuang sampah makanan ke luar. Saat dia kembali ke dalam setelah membuang sampah, dia berhenti di dalam kamar karena ponselnya berbunyi. Dia memilih mengangkat telepon itu di ruang tamu dengan suara agak berbisik.

"Ada apa?"

"Karina masih saja membahas Jeno. Dia selalu mengatakan tetap ingin bersama Jeno padahal aku sudah menghasutnya. Kau juga harusnya bergerak cepat. Segera temui Karina agar dia mengenalmu dan buat dia mencurigaimu dan akhirnya bertengkar dengan Jeno."

"Ck! Aku sudah mengatakan kita urus semua masing-masing. Kenapa kau tetap tidak mau mengerti?"

"Aku mengerti. Tapi aku tidak bisa menunggu lama lagi. Aku sangat ingin Jeno dan Karina segera bercerai dan kita melakukan rencana selanjutnya."

"Lakukan saja sesuai rencanamu, dan aku juga akan melakukan sesuai dengan rencanaku. Dia sudah mengatakannya padaku tentang perceraian itu."

"Kau tidak berusaha membohongiku, kan?

"Aku berkata jujur. Terus hasut dia dan kau percayalah padaku."

"Baiklah, lakukan secepatnya."

"Iya, aku mengerti."

Jaemin mematikan panggilan teleponnya. Setelah itu Jaemin kembali berjalan ke belakang penginapan. Tadi saat sampai di kamar, dia lebih dulu melempar ponselnya ke atas kasur.

Saat sampai di belakang penginapan, Jeno menepuk pahanya sambil melihat Jaemin. Jaemin yang paham maksud Jeno lalu duduk diantara kaki Jeno yang terbuka.

Jeno memberikan satu gelas air putih dan Jaemin menerimanya. Setelah meminum air itu, dia mengembalikan gelasnya pada Jeno.

"Hari ini kita habiskan waktu di sini saja." Ucap Jaemin.

"Kenapa? Tidak ingin jalan-jalan?"

"Besok kita sudah tidak di sini dan akan langsung bekerja. Tidak akan ada banyak waktu untuk berdua saja denganmu seperti ini."

"Baiklah. Kau ingin aku belikan alkohol?"

"Tidak perlu. Tapi jika kau ingin minum, belilah."

Jeno tidak menjawab. Dia nengecup bibir dan leher Jaemin secara bergantian. Sementara itu Jaemin hanya diam dan tidak mengatakan apa-apa. Dia melihat langit mulai agak kehilangan cahaya. Sebentar lagi akan tenggelam ditandai dengan sanja yang mulai datang.

Jaemin selalu ingat bahwa kabar kematian ibunya dia dengar saat sore, tepat saat matahari akan terbenam. Sejak saat itu setiap melihat senja, Jaemin akan jadi emosional.

INTERDIT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang