Perputaran waktu terus terjadi. Hari ke hari, bahkan bulan ke bulan sudah berjalan sejak Jeno dan Jaemin menjadi teman. Jika Jaemin tidak salah menghitung, hari ini tepat tiga bulan sejak pertemuan mereka di bar terakhir kali. Jaemin merasa dia semakin dekat dengan Jeno.
Selain karena projek yang mereka kerjakan, Jeno juga sering mengajak Jaemin bertemu atau hanya sekedar bermain. Untuk urusan pekerjaan, mereka tetap profesional.
Tempat yang paling sering mereka kunjungi adalah Jizjax bar. Mereka berdua kini sering satu meja bersama. Saat bertemu, mereka lebih sering mengobrol tentang apa yang mereka alami pada hari itu dan tentang hal-hal random lainnya.
Tentunya pertemuan mereka juga pasti ada alkohol, rokok, atau vape. Untungnya keduanya memiliki tingkat toleransi alkohol yang tinggi. Mereka jadi tidak mudah mabuk dan hilang kendali.
Jeno adalah orang yang paling sering menghubungi Jaemin atau bahkan sekedar menelpon Jaemin. Yang selalu ditanyakan Jeno hanya seputar, apa kau ada waktu? Aku ingin mengobrol denganmu meskipun hanya lewat telepon.
Jaemin sebenarnya masuk dalam kategori orang yang risih saat mendapat penggilan telepon. Dia lebih suka berkirim pesan atau bertemu langsung. Sejak berteman dengan Jeno, ketegori Jaemin itu langsung hilang. Dia suka bertelponan dengan Jeno meskipun itu sudah larut malam.
Jaemin juga tidak menduga bahwa Jeno adalah benar-benar teman yang dermawan. Beberapa kali Jeno memberikannya hadiah, termasuk vape yang saat itu Jeno janjikan. Saat Jaemin ingin balas memberikan hadiah, Jeno malah mengatakan tidak ingin menerima hadiah. Karena Jeno memperlakukannya dengan baik, tentu Jaemin membalasnya dengan baik juga.
Jika dulu Jaemin sempat mengatakan bahwa Jeno bukan teman yang cocok untuknya, kini Jaemin menelah ludahnya sendiri. Nyatanya Jeno cocok, bahkan sangat cocok untuk berteman dengannya. Sepertinya hal itu juga berlaku untuk Jeno.
Saking seringnya Jaemin bertemu Jeno, Renjun dan Haechan sampai heran karena Jaemin bukan tipe orang yang mudah berteman dengan orang baru. Buktinya dulu Renjun dan Haechan baru dianggap teman oleh Jaemin setelah mereka lulus SMA, padahal mereka sudah menganggap Jaemin teman sajak awal SMP.
Saat di perkuliahan pun, Jaemin sama sekali tidak mendapatkan apa itu teman. Dia hanya sekedar bergaul biasa dan itu pun hanya dengan satu orang yaitu Hyunjin. Sampai saat ini pun, Jaemin tidak menganggap Hyunjin temannya. Dia menganggap Hyunjin hanya sekedar kenalannya di kampus. Tidak lebih.
Untungnya setelah lulus dari SMA, Jaemin masih berhubungan baik dengan Haechan dan Renjun hingga saat ini. Jika tidak, maka bisa dipastikan Jaemin sama sekali tidak memiliki teman hingga saat ini.
Yang membuat Renjun dan Haechan merasa aneh adalah, Jaemin seperti semakin terbuka pada mereka. Seolah Jaemin akan kembali seperti dulu, saat ibunya belum meninggal.
Renjun dan Haechan akan senang jika itu terjadi. Mereka akan berterima kasih pada Jeno jika Jeno berhasil mengembalikan sisi Jaemin yang hilang. Tapi entah kenapa mereka merasa aneh. Perubahan mendadak Jaemin malah membuat mereka berpikir Jaemin menyembunyikan sesuatu.
"Jadi pergi hari ini?" Tanya Haechan pada Jaemin. Malam ini mereka ada di kedai Renjun.
"Jadi." Jaemin menjawab sambil mengetik sesuatu di ponsel.
"Dia menjemputmu lagi?"
"Tentu saja. Kau kan tau aku datang ke sini menggunakan taxi."
"Jika aku bertanya sesuatu, apa boleh?"
"Boleh."
"Kau benar-benar berteman dengan Jeno?"
"Iya."
KAMU SEDANG MEMBACA
INTERDIT
FanfictionYang sudah menjadi milik orang lain tidak akan boleh direbut begitu saja. Namun bagi Na Jaemin, apa yang dia inginkan harus menjadi miliknya. Dendam, amarah, dan apa yang terjadi di masa lalu ternyata membuatnya sadar bahwa dia boleh bersikap egois...