‡-Lima Belas-‡

283 42 3
                                    

Jaemin menghisap vape di tangannya. Pandanganya menatap lurus ke arah luar jendela. Dari sini dia hanya bisa melihat bangun-bangunan tinggi dan juga langit yang lumayan cerah.

Hari ini Jaemin tidak banyak perkerjaan. Hanya saja nanti sore dia akan meninjau projek pembangunan secara langsung. Untuk pagi ini, Jaemin bisa menikmati waktunya sambil beristirahat.

Nanti malam juga Jaemin akan menghadiri acara pertemuan keluarga Na dan keluarga Krystal. Jaemin tetap akan datang meskipun tidak bersama Jeno. Lagipula Jeno juga tidak tau jika pertemuan keluarga itu akan diadakan hari ini.

Sejak acara pesta wali kota, Jaemin semakin membatasi komunikasinya dengan Jeno. Jaemin mengatakan pada petugas keamanan untuk memberi tau padanya langsung jika Jeno datang ke kantor. Dengan itu, Jaemin bisa menghindari Jeno saat Jeno datang ke kantor.

"Maaf aku terlambat."

Jaemin berbalik badan dan menatap orang yang kini berdiri di tidak jauh darinya. Jaemin menghisap vapenya lalu menyebulkan asapnya ke udara. "Apa hal penting yang ingin kau katakan?" Tanyanya.

"Tentang sperma yang aku minta kemarin, aku sudah mendapatkan hasilnya." Ucapnya lalu memberikan sebuah map ke pada Jaemin.

Tentu Jaemin menerimanya dan langsung membukanya. Ternyata map itu berisi file dari rumah sakit. Setelah beberapa saat, Jaemin dibuat terkejut dengan apa yang dibacanya. Sungguh selama ini dia melewatkan hal ini.

"Ini semua valid?" Tanya Jaemin.

"Tentu. Hampir saja kita melewatkan ini."

"Wah, sungguh..." Jaemin sudah tidak bisa mengatakan apapun lagi. Sangat-sangat terkejut dengan fakta yang baru saja dia dapatkan.

"Aku curiga karena selama ini dia tidak pernah berniat memilikinya."

"Jika bukan suaminya, lalu siapa? Dengan kau?"

"Hei, tidak. Aku tidak sesering itu dengannya. Aku curiga dengan orang lain. Kau sudah pernah aku ceritakan tentang ini."

"Benar-benar gila. Aku sama sekali tidak menyangka dia akan sampai seperti ini. Untungnya kita tidak melewatkannya."

"Aku justru sudah menduga dia akan melakukan ini. Dari awal pun, dia tidak serius dengan suaminya."

"Sia-sia sekali air mata ku saat itu. Ah, brengsek sekali orang gila itu." Ucap Jaemin lalu membuang map beserta isinya itu ke atas meja.

"Jadi kau sempat menangis karena dia?"

"Tentu saja. Aku tulus, tidak seperti isterinya."

Pria itu tertawa pelan. Benar memang bahwa Jaemin memiliki perasaan yang tulus dibalik semua ini.

"Untuk selanjutnya, apa yang kau rencanakan?" Tanya Jaemin.

Pria berbadan tinggi dengan rambut gondrongnya itu terdiam beberapa saat sebelum akhirnya menjawab. "Aku akan tetap melaksanakan tugasnya menjadi mata-mata untuk suamninya dan kau. Hanya saja aku tidak akan menghasut dia lagi untuk menjauhi suaminya."

Jaemin mengangguk paham. "Jika kau tidak berusaha menghasut wanita itu untuk menjauhi suaminya, lalu apa yang akan kau lakukan?"

"Tidak ada. Aku hanya akan melihat apa yang terjadi kedepannya, termasuk membantumu juga."

"Kalau begitu, aku akan tetap pada rencanaku. Menjauhi dia agar dia semakin mengejarku. Aku akan membongkar semuanya."

"Hari ini?"

"Tentu. Aku sudah mengatakan padamu tentang ini. Untuk yang baru saja kau katakan itu, aku akan menyimpannya dan kita bicarakan lagi. Aku hanya akan membongkar apa yang sudah aku katakan padamu."

INTERDIT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang