‡-Delapan-‡

284 28 0
                                    

Jeno mencangklong tas miliknya dan berjalan diikuti Jaemin di belakangnya. Jam sembilam pagi ini mereka sudah sampai di Jeju. Saat ini mereka sedang berjalan menuju tempat penginapan.

"Masih jauh?" Tanya Jaemin.

"Itu, di depan." Jawab Jeno sambil menunjuk sebuah bagunan semi permanen yang berdiri agak di tengah laut.

Jeno sengaja memilih penginapan terapung karena dia ingin menikmati laut bersama Jaemin. Sementara itu Jaemin hanya mengikuti kemauan Jeno. Lagi pula semua ini keinginan Jeno. Tidak ada salahnya Jaemin menurutinya.

Jeno berbelok ke kamar yang sudah dia pesan. Setelah membuka pintu, Jeno mengajak Jaemin masuk. Begitu masuk, ada ruang tamu yang cukup luas. Setelah ruang tamu ada dapur kecil dan ternyata di dalam hanya ada satu kamar. Interior di dalam penginapan ini sebagian dipenuhi dengan kayu dan kain putih. Terasa sangat romatis dan cukup nyaman untuk ditinggali. Sepertinya tempat ini banyak digunakan untuk honeymoon.

"Kau menyewa kamar ini hanya untukmu saja?" Tanya Jaemin setelah meletakkan tasnya di atas sofa.

"Untuk kita berdua."

"Jadi, kita tidur satu ranjang berdua?" Tanya Jaemin karena hanya ada satu kasur di tempat itu.

"Tentu saja. Memangnya kenapa?"

"Tidak apa." Jaemin berjalan dan membuka pintu kaca yang terletak tidak jauh dari ranjang.

Jaemin berjalan keluar dan duduk di sebuah kursi. Tempat pilahan Jeno ternyata bagus. Dia kira akan menginap di hotel biasa. Tapi ternyata Jeno membawanya ketempat ini. Entah kenapa Jaemin malah merasa sedang berbulan madu dengan Jeno sekarang.

"Bagaimana tempatnya? Suka?" Tanya Jeno yang kini duduk di samping Jaemin.

"Suka. Seleramu ternyata tidak buruk."

"Jika seperti itu, kau bisa mengajakku berlibur bersamamu."

"Boleh. Tapi aku tidak sering berlibur."

"Kenapa?"

"Aku lebih suka menghabiskan liburan di rumah. Tidur atau menonton film."

"Kau anak rumahan ternyata."

Jaemin berdecih. "Anak rumahan mana yang sering bermain di bar?"

Jeno tertawa pelan. "Padahal kau populer dimana-mana. Sayang sekali kau jarang keluar untuk melihat dunia."

"Untuk apa? Isi dunia hanya itu-itu saja."

"Tidak. Kau saja yang terlalu monoton."

Jaemin tidak menjawab. Dia mengeluarkan rokok dari saku celananya. "Mau?" Tawar Jaemin dan Jeno mengambil satu batang.

Saat Jaemin akan menyulut api ke rokoknya yang sudah berada di mulutnya, Jeno tiba-tiba mendekatkan rokoknya hingga menempel dengan rokok Jaemin. Karena itu tatapan mereka langsung betemu.

Korek api milik Jaemin sampai padam karena Jaemin melepas jarinya dari tombol korek api. Jaemin terkerjut karena Jeno tiba-tiba mendekat. Wajah Jeno terlalu dekat dengannya dan entah kenapa dia merasa berdebar.

Jeno mengambil korek di tangan Jaemin lalu menyalakannya. Dia menyulut rokoknya dan milik Jaemin secara bersamaan. Setelah menyala, dia menjauh dari wajah Jaemin dan kembali duduk seperti semula.

Jeno mulai menikmati rokoknya tanpa menyadari bahwa Jaemin mulai sedikit gelisah. Jaemin tidak tau kenapa bisa seperti ini. Tapi apa yang dilakukan Jeno tadi cukup bisa membuat Jaemin gugup. Baru kali ini Jaemin merokok tapi dia merasa gelisah.

"Setelah ini kita akan makan siang. Kau mau pesan apa?" Tanya Jeno.

"Apa saja." Jawab Jaemin.

Jaemin masih berusaha menenangkan dirinya. Dia juga mengumpat dalam hati karena dia mudah gugup hanya karena hal sepele. Padahal sebelumnya dia sering bertatapan dengan Jeno, meskipun tidak sedekat tadi. Tapi entah kenapa rasanya malah berbeda untuk saat ini. Apalagi sejak membicarkan banyak hal dengan Jeno tentang perasaan mereka di bar, Jaemin jadi merasa semakin mudah berdebar hanya karena Jeno.

INTERDIT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang