Malam ini Jaemin duduk di meja kerjanya. Dalam remang-remang kamarnya, Jaemin mencari satu persatu informasi yang dia butuhkan.
Sebenarnya dokter mangatakan padanya untuk tidak banyak menggerakkan tangannya, terutama dibagian jari. Saat dirawat juga Jaemin memaksa pulang padahal sebenarnya dia masih perlu mendapat perawatan.
Renjun dan Haechan akhirnya tau tentang keadaan Jaemin setelah Jaemin tidak pulang sampai malam. Awalnya mereka mengira Jaemin ada urusan mendadak di kantor hingga harus pergi tanpa pamit. Tapi saat Haechan bertanya pada Sungchan, barulah saat itu mereka tau keadaan sebenarnya.
Kedua teman Jaemin itu sempat menawarkan diri untuk menemani Jaemin sampai Jaemin membaik. Tapi Jaemin menolak dengan alasan dia masih bisa melakukan semua sendiri. Jaemin merasa dia masih bisa bernapas dengan baik. Karena itu dia masih bisa menjaga dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain.
Sudah hampir dua jam Jaemin berkutat dengan leptopnya. Setelah pernikahan Siwon dan Krystal tiga hari yang lalu, Jaemin merasa harus mengetahui banyak hal. Banyak informasi yang sudah Jaemin kumpulkan. Tinggal sedikit lagi dia akan berhasil mendapat semuanya.
Mengabaikan rasa sakit di tangannya, Jaemin terus menggerakkan jarinya di papan keyboard. Dia terus mencari informasi penting dari segala informasi yang dia inginkan.
Jarum jam terus berputar, begitupun dengan dengan jari Jaemin yang terus bergerak. Namun semua waktu seolah berhenti setelah mata Jaemin melihat sebuah paragraf singkat yang juga menjadi informasi penting untuknya.
Mulut Jaemin bergerak guna membaca paragraf itu sekali lagi untuk memastikan dia tidak salah baca. Jaemin menarik napas dalam, lalu menghembuskan napasnya dengan pelan. Mencoba menetralkan emosinya karena dia tidak bisa mudah terpancing amarah di awal.
Jaemin mulai mempercayai pepatah yang mengatakan bahwa dunia ini sempit.
Tangan Jaemin beralih mengambil ponsel miliknya. Dia langsung menghubungi Sungchan dan untungnya, Sungchan langsung mengangkat telepon itu.
"Apa ada yang bisa saya bantu, tuan?"
"Tolong kirimkan email pada D'Msyn bahwa aku menyetujui undangan mereka."
Sungchan sempat diam beberapa saat.
"Baik, tuan. Akan saya laksanakan."
"Lakukan hari ini juga."
"Tapi ini sudah malam, tuan. Email yang saya kirim mungkin tidak akan terbaca."
"Kirimkan saja sekarang. Jika mereka tidak membaca atau merespon, aku akan menghubungi atasanya langsung."
"Baik, tuan. Akan saya kirimkan malam ini."
"Bagus. Terima kasih. Maaf aku menganggu istirahatmu."
Jaemin menutup teleponnya. Dia berganti menghubungi seseorang untuk membantunya melakukan sesuatu.
"Hallo? Dengan siapa ini?"
"Na Jaemin."
"Na Jaemin? Ada apa?"
"Bagaimana kabarmu?"
"Baik. Ada apa menelpon malam-malam?"
"Maaf sebelumnya. Aku menelpon karena aku ingin mengajakmu bertemu. Apa kau ada waktu?"
"Aku akan carikan waktu luangku untukmu. Tapi, memangnya ada apa tiba-tiba ingin bertemu denganku?"
"Ada sesuatu penting harus aku katakan padamu. Aku tidak nyaman jika membicarakannya lewat telepon."
KAMU SEDANG MEMBACA
INTERDIT
FanficYang sudah menjadi milik orang lain tidak akan boleh direbut begitu saja. Namun bagi Na Jaemin, apa yang dia inginkan harus menjadi miliknya. Dendam, amarah, dan apa yang terjadi di masa lalu ternyata membuatnya sadar bahwa dia boleh bersikap egois...