‡-Dua-‡

269 33 1
                                    

Pagi-pagi sekali dapur sudah beraroma sedap karena masakan yang sedang dibuat oleh wanita cantik itu. Tangannya dengan telaten memadukan bumbu-bumbu masakan. Dengan apron yang tepasang ditubuhnya, wanita cantik itu terus mengolah bahan-bahan menjadi makanan yang akan diberikan kepada suaminya.

Punggung tangannya mulai mengelap keringat yang ada di pelipisnya. Masakan kini sudah siap. Piring-piring cantik itu kini sudah terisi makanan. Meskipun hanya memasak untuknya sendiri dan sang suami, wanita ini merasa harus melakukannya dengan maksimal.

"Pantas saja aku mencium bau makanan lezat. Ternyata isteriku sedang memasak."

Wanita itu tersenyum lebar setelah suaminya turun dengan pakaian lengkap. Dia lebih dulu melepas apronnya lalu mengahampiri sang suami yang sudah duduk di kursi.

"Maaf aku tidak membantumu bersiap, Jeno. Aku pikir kau berangkat pukul tujuh." Ucap Wanita itu setelah duduk di samping suaminya.

"Aku ada rapat mendadak." Jeno mengelus rambut Karina, wanita yang sudah menjadi istrinya. "Terima kasih untuk sarapannya. Padahal aku tau kau juga sibuk hari ini."

Karina mengangguk. "Banyak sekali pekerjaan yang harus aku lakukan. Kemarin juga aku lembur."

Jeno tidak mengatakan apapun. Dia menyudahi elusannya pada rambut isterinya.

"Kemarin kau pulang jam berapa?" Tanya Karina.

"Sekitar jam dua malam. Aku sengaja tidak membangunkanmu karena aku tau kau lelah."

"Maaf. Bukannya menyambutmu pulang kerja, aku malah tidur."

"Tidak masalah. Aku tau kau lelah."

Karina tersenyum. "Nanti malam kau lembur?" Tanyanya.

"Belum tau juga. Memangnya kenapa?"

"Aku merindukanmu."

Jeno tau maksud dari apa yang dikatakan Karina. Jeno tidak menjawab apa-apa. Dia hanya mencubit pipi Karina lalu mengecup bibir manis milik istrinya.

"Aku boleh sarapan sekarang?" Tanya Jeno dan Karina langsung mengangukkan kepala.

Di depan Jeno sudah ada Gyeran bbang, Gyeran mari, chamchi gimpap. Jeno memutuskan untuk mengambil semua makanan yang dibuat oleh Karina. Karina pun juga ikut sarapan bersama Jeno.

Mereka berdua sebenarnya tidak sering sarapan bersama seperti ini. Namun untuk hari ini, Karina sengaja bangun pagi dan membuat sarapan.

Meskipun sudah menikah, keduannya sama-sama sibuk. Apalagi Karina yang lebih sering pergi ke luar negeri karena perkerjaanya sebagai pegawai pemerintahan. Intensitas mereka untuk bertemupun tidak banyak. Waktu malam dan pagilah mereka bisa mengobrol seperti ini, itu pun hanya sebentar karena mereka sudah sama-sama lelah dan lebih ingin istirahat.

"Satu minggu lagi aku pergi ke Jeju dan menginap di sana selama tiga hari. Apa bolah aku pergi ke sana?" Tanya Karina saat dia dan Jeno menyelesaikan sarapan mereka.

"Boleh. Tapi kau harus tetap mengabariku."

"Tentu saja."

Jeno tidak mengatakan apapun lagi. Dia berdiri dari duduknya diikuti dengan Karina. Karina juga membenarkan dasi yang dipakai oleh Jeno.

"Semakin lama, waktu kita bertemu semakin berkurang." Ucap Karina setelah selesai merapikan pakaiannya.

Jeno menarik pinggang Karina lalu mengecup pipi kanan dan kirinya. "Tapi sekali kita bertemu, akan jadi istimewa."

Karina tersenyum tipis. "Aku mencintaimu, Jeno."

"Aku juga." Jeno mengecup bibir Karina. "Aku berangkat kerja dulu. Nanti aku akan mengabarimu lagi saat jam istirahat." Ucapnya lalu melepas rangkulannya pada pinggang Karina.

INTERDIT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang