Atreo bersusah payah melangkah menuju sisi lain ruang bawah tanah. Kruk yang menyelip di kedua ketiak tidak banyak membantu mempercepat langkah karena rasa nyeri sering masih menyambangi perut dan pahanya ketika ia bergerak, meski kini kepalanya tak lagi sering merasakan pening seperti beberapa hari lalu.
"Atreo, kurasa ini yang menjadi sumber masalahnya," ucap seorang pemuda yang Atreo tuju.
Pemuda yang Atreo lupa namanya itu dengan inisiatif berdiri dari posisi berjongkoknya, menunjukkan kejanggalan yang ia temukan. Salah satu tangan Atreo terulur, meraba bagian dalam benda yang disodorkan padanya, mengamati.
"Benar. Kamu bisa memperbaikinya? Bagian logam yang lebih halus ini tinggal digeser saja, dekatkan dengan tembaga yang ada di ujung. Kalau yang ini sudah beres, lanjut bongkar dengan hati-hati. Jika perkiraanku benar, karena masalah di sini kamu akan menemukan bagian yang hangus di inti," tutur Atreo.
Pemuda itu mengangguk. "Akan kucoba perbaiki."
Atreo menoleh saat pemuda lain memanggil namanya. Sekali lagi, dengan usaha yang bisa ia lakukan, Atreo melangkah mendekati pemuda yang memanggilnya barusan. Pemuda itu tampak kesulitan mengatasi alat besar yang membuatnya tidak dapat bergerak dan berpindah tempat sembarangan.
Beberapa hari ini, ruang bawah tanah rumah Atreo tidak lagi sepi. Tempat rahasia itu tidak lagi sunyi. Yang mengetahui keberadaan ruang bawah tanah pun tidak lagi hanya Atreo seorang diri. Ada sekitar tujuh pemuda yang masuk atas seijin Atreo, membantunya melakukan apapun sebanyak yang mereka bisa dalam kurun waktu yang tersisa.
"Selama tiga bulan terakhir, atmosfer menjadi semakin tipis. Cuaca masih cukup stabil, tetapi kalau dari apa yang kuamati, ada yang berubah. Aku yakin itu karena tidak ada yang menjaganya. Aku sungguh-sungguh, kalau kamu sampai mengorbankan diri keluar atmosfer, hal tersebut sama dengan menyerahkan kehidupan kota ini kepada takdir. Tidak ada yang mampu paham dan bisa menggantikanmu, Atreo."
Ucapan pengawas kota lima hari yang lalu terus terngiang dalam rongga kepala Atreo.
Di hari yang sama sejam setelah Atreo sadar, dengan bantuan kepala dan pengawas kota, Atreo mengumpulkan penduduk kota yang sekiranya bisa menjadi sumber daya yang ia butuhkan. Ia menawarkan pada para pemuda yang dulu pernah berkesempatan untuk sekolah cukup tinggi, terutama di bidang fisika, elektronika, dan antek-anteknya yang masih berhubungan dengan sains terapan untuk kembali belajar.
Atreo juga menawarkan pada para bapak dan ibu yang dulu sekiranya pernah bekerja di pemerintahan atau perusahaan untuk mengurus sistem dalam bidang fisika, elektronika, dan antek-anteknya yang masih berhubungan dengan sains terapan untuk memanggil kembali skill yang pernah mereka banggakan. Atau bahkan untuk orang awam, asal mereka memiliki antusias belajar tinggi dan siap serta mampu memahami apa yang akan Atreo jelaskan, mereka juga diterima dengan tangan terbuka.
Tanpa disangka, Atreo mengumpulkan lebih banyak orang dari yang ia kira. Ia pikir warga kota membencinya, tetapi tampaknya tidak begitu. Wajah orang-orang itu tampak tertarik dan senang ketika akhirnya mendengar Atreo berbicara pada mereka.
Maka, dimulai pada hari itu juga, Atreo membuka kembali perpustakaan milik Akra. Ia memulai pelajaran singkat tentang alat pembentuk kubah atmosfer. Gambar rancangan alat itu—yang untungnya ada versi cetaknya—kembali dibuka, dipelajari hingga bagian-bagian terkecilnya. Butuh waktu dua hari penuh hingga setidaknya cukup orang mampu memahami poin-poin penting yang dibutuhkan untuk dapat melanjutkan pekerjaan Atreo tanpa asistensinya di kemudian hari.
Di hari kedua juga, setelah pelajaran teori dirasa cukup, Atreo kemudian membuka ruang bawah tanahnya. Akra pernah menyimpan satu alat pembentuk atmosfer yang rusak. Para pemuda yang berhasil mendapat izin masuk ke ruang bawah tanah, Atreo minta untuk memperbaiki alat tersebut. Mereka berhasil mengidentifikasi kerusakan apa saja yang ada, dan itu cukup baik Atreo. Dengan empat kepala yang berbeda, mereka pasti akan berhasil memulihkan alat yang rusak itu ke depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Aku] Tentara Langit
FantasyLangit Acacio tidak terasa lengang tanpa kehadiran mereka. Bumi pun tidak merasa tersanjung atas kedatangan kembali mereka. Bahkan tidak banyak yang menyadari bagaimana mereka menghilang dan kembali selain yang memang peduli. Tapi satu hal yang sama...