Kesepakatan yang dibuat adalah, tidak boleh ada yang bertanya tentang yang terjadi di lautan apapun yang terjadi. Dan jika misi ini berhasil, Aezer akan memegang posisi Kapten hingga Aalisha berumur dua puluh lima. Sembilan tahun lagi hingga posisi itu dapat disematkan kepada Aalisha.
Kemudian, begini garis besar rencana gadis itu.
Mereka memanfaatkan jumlah penduduk desa, ketakutan, dan kemarahan mereka untuk mendesak para perompak penjajah menuju dermaga. Teman-teman perompak di bawah komando Aezer menciptakan banyak jebakan sebagai pendukungnya. Dari mulut ke mulut, dari telinga ke telinga, rencana itu disebarluaskan berikut dengan kalimat-kalimat motivasi pembangun semangat juang.
Para penjahat itu pasti tidak akan menduganya terutama ketika selama masa persiapan, desa benar-benar hening total bagaikan tidak ada kehidupan. Atau mungkin, mereka menyadarinya karena ini adalah hukum lautan, di mana air menyurut sebelum tsunami menghantam. Namun, alkohol yang beberapa hari itu habis-habisan diserahkan pada mereka mungkin membuat mereka tak peduli karena terlanjur mabuk dengan kesadaran yang melayang tinggi.
Kapal perompak milik Aalisha adalah kapal tua dengan perlengkapan sederhana. Mereka jarang berperang dengan perompak lain, jarang pula bentrok dengan kapal militer, biasanya hanya menjarah kapal dagang yang melintas di daerah kekuasaan. Sangat kalah dibanding dengan kapal perompak penjajah itu yang dilengkapi dengan berbagai persenjataan berat yang masih aktif digunakan.
Kerena itu, pada hari pembalasan, kelompok yang bertugas akan merebut kembali keduanya. Mengantisipasi para perompak penjajah itu menyerang desa dengan meriam setelah kabur ke kapal dan berlayar ke lepas pantai, Aalisha dan Terra mengambil alih dan berlayar terlebih dahulu sehingga para perompak itu tidak memiliki pilihan lain kecuali menaiki kapal tua yang ada jika tidak ingin menjadi bulan-bulanan pisau daging penduduk desa.
Sisanya, serahkan kepada Aalisha.
Gadis itu melepas perban yang membungkus kedua telapak tangannya sejak persiapan dini hari ini. Tudung jubah Aalisha terbuka oleh angin yang kemudian mengibarkan rambut keritingnya. Air bergejolak menerpa kapal membuat Terra erat memegang roda kemudi dan berusaha menahan gerakan kapal dari ombang-ambing lautan sedemikian rupa. Sesuatu di telapak tangan Aalisha berpendar lembut, dan alam seolah mengenalinya.
Malam itu, saat Aalisha berbincang dengan Airin di mulut gua, ia menyadari energi spiritual dalam dirinya masih tersisa. Gejolak aneh ombak malam itu seolah merespon energi Aalisha yang memang memiliki dasar elemen air. Ia tidak pernah terpikir akan menggunakannya di lautan karena sebelum ini, sebagai murid Tentara Langit dulu, Aalisha memang tidak pernah mendapatkan misi di lautan.
Awalnya, Aalisha pikir ini layak dicoba. Ia mencoba mengumpulkan energi spiritualnya. Aneh, semakin ia dekat dengat laut, semakin banyak yang ia rasakan. Karena itu, semakin dekat dengan hari yang direncanakan, Aalisha semakin yakin ini bukan lagi layak untuk dicoba, tetapi pasti akan berhasil dalam sekali percobaan.
Lambang di tangannya adalah lingkaran magis yang ia gambar menggunakan patahan stalagtit dan kapur. Angin dan air yang ribut ketika lingkaran itu terkekspos dari balutan perban membuat Aalisha semakin yakin ini akan bekerja. Ia tidak akan mempersulit diri dengan berpikir kenapa hal ini bisa terjadi. Yang pasti, Aalisha akan memanfaatkannya sebaik mungkin.
Merapal mantra, gadis merentangkan kedua tangannya ke arah kapal yang sepertinya telah menyadari keberadaan kapal yang Aalisha tumpangi di antara kabut. Gerimis semakin deras, angin semakin ribut, dan air semakin bergejolak seiring dengan terciptanya pusara air di bawah kapal tua itu. Energi yang luar biasa mengalir dalam tubuh Aalisha, di luar tubuhnya, dan di seluruh udara di sekitarnya. Gadis itu mengembuskan napas pelan menahan semua benturan energi tersebut, tetap fokus pada pusara yang semakin besar menelan kapal di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Aku] Tentara Langit
FantasyLangit Acacio tidak terasa lengang tanpa kehadiran mereka. Bumi pun tidak merasa tersanjung atas kedatangan kembali mereka. Bahkan tidak banyak yang menyadari bagaimana mereka menghilang dan kembali selain yang memang peduli. Tapi satu hal yang sama...