Beberapa tahun kemudian
Tuuut ... tuuut ... tuuut
Klik
"Haloo, Jaac!"
"Hei, Akra." Jaac membalas sapaan keponakannya tanpa mengalihkan pandangan dari layar monitor, mengabaikan wajah Akra yang muncul di monitor lain.
"Sudah lihat beritanya, Jaac?"
Jaac mengangguk. "Mereka bertahan lebih lama dari yang kuduga," gumam Jaac.
"Tidak datang ke pemakaman mereka? Bukankah dulu kamu sempat mengutuk dan berkata akan menertawakan mereka di pemakaman?"
Jaac terkekeh. Netranya beralih ke android tipis di meja yang menunjukkan berita terkini. Laplace's Demon meledak saat akan diuji coba untuk pertama kalinya secara publik.
"Aku tidak bisa membuang-buang waktu untuk sekadar datang ke pemakaman. Mereka bahkan tidak layak untuk itu." Jaac melemaskan jemari dan menyandarkan tubuh ke punggung kursi.
"Hmm ... terserahmulah," Akra di seberang sana tampak menyerah pada personaliti pamannya.
Berapa banyak ilmuwan yang mati? 50?
Laplace's Demon butuh lebih banyak dari itu jika mereka benar-benar berniat menyelesaikannya.
Berapa lama? 12 tahun?
Laplace's Demon butuh lebih lama dari itu untuk benar-benar sempurna. Tidak. Laplace's Demon tidak akan pernah sempurna.
Namun, penelitian itu memang bertahan lebih lama dari yang Jaac duga. Ia pikir hanya 10 tahun mereka bisa bertahan. Formula Laplace's Demon sebenarnya sederhana. Hanya saja, pengaplikasiannya sangat rumit. Dibutuhkan ide dan kreatifitas di luar batas.
Bukannya Jaac meremehkan para professor tersebut. Hanya saja, mereka bahkan tidak pernah tahu formula dasar penyusunnya. Mereka mungkin tidak pernah punya ide bagaimana mereka harus mengarahkan penelitian ke tahap selanjutnya setiap kali satu tahap selesai.
"Jaac, apakah kamu tidak khawatir mereka akan mencoba menciptakan Laplace's Demon lagi?"
"Tidak akan. Semua data awal penciptaannya ada padaku."
Hari itu, dua belas tahun lalu, Jaac memutuskan hengkang dari universitas. Dia membereskan seluruh penelitiannya yang tersisa, data-data, dan mencopot sistem bluebird dari ruangan miliknya. Semua ia pindahkan ke rumah sederhana yang dibelinya di pinggir kota utama salah satu negara bagian, melanjutkan penelitian yang masih bisa ia lanjutkan. Teknologi yang bisa mendukung Jaac tidak sebanyak dan secanggih di universitas, tapi Jaac lebih dari mampu untuk bekerja sendiri.
"Jaac, apakah kamu pernah berpikir kamu akan bisa menyelesaikan Laplace's Demon itu?"
Pertanyaan Akra membuat Jaac terbungkam. Dua belas tahun lalu, Jaac sangat yakin ia bisa menyelesaikannya meski tidak yakin berapa lama waktu yang dibutuhkan. Sekarang, mengingatnya saja Jaac enggan. Semua data-data miliknya tentang penciptaan awal Laplace's Demon sudah ia kubur dalam-dalam di data memori bluebird. Dan, entah sudah berapa lama bluebird Jaac nonaktifkan meski ia adalah salah satu kecerdasan buatan Jaac yang sangat ia sayangi.
"Kamu tampaknya ada ketertarikan dengan Laplace's Demon, huh?" Jaac meraih wadah permen dan memasukkan permen ke mulut, meluruskan kedua kakinya ke atas meja.
"Well, aku cukup penasaran. Aku tahu aku pernah melihatnya dulu, tapi aku hanya ingat samar-samar."
"Ya. Dan dulu kau bilang namanya akan lebih cocok jika disebut Jaac's Demon atau Jaacaria's Demon." Jaac terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Aku] Tentara Langit
FantasyLangit Acacio tidak terasa lengang tanpa kehadiran mereka. Bumi pun tidak merasa tersanjung atas kedatangan kembali mereka. Bahkan tidak banyak yang menyadari bagaimana mereka menghilang dan kembali selain yang memang peduli. Tapi satu hal yang sama...