Kaori 0.1

37 16 1
                                    

November 1945.

Berarti baru tiga bulan berlalu sejak kejadian itu, insiden pengkhianatan . Padahal, Kaori yakin enam bulan telah ia lewati di akademi.

Gadis itu menghela napas, menatap cangkir teh yang isinya tak lagi panas. Istri sang pemilik rumah baru saja meninggalkan Kaori setelah bercerita banyak, membantu mengejarkan ketertinggalan informasi selama Kaori hilang kesadaran. Punggungnya terasa tebal karena suntikan anestesi untuk menghilangkan rasa nyeri. Sementara bahunya terasa berat oleh perasaan yang campur aduk dan isi kepala yang carut marut.

Negara ini telah mengikrarkan proklamasi, tetapi belum merdeka. Pribumi masih memperjuangkan kemerdekaan mereka, dan Laksamana pemilik rumah ini ada di barisan tersebut, meski tidak berada di garda depan untuk berjuang menggunakan senjata. Alasannya, terlalu banyak. Tentu bukan hanya berdasar kemanusiaan, karena Laksamana tidak akan sampai di posisinya saat ini dengan terlalu banyak kemanusiaan. Laksamana adalah satu dari mereka yang memiliki maksud-maksud dan tujuan tertentu, tidak akan melakukan sesuatu yang merugikan dan merepotkan dirinya sendiri secara cuma-cuma.

Ayah Kaori tanpa kabar, ibunya sudah dikremasikan. Dan dia sendiri ditemukan dalam keadaan mengenaskan tak jauh dari halaman rumah Laksamana. Istri sang pemilik rumah mengatakan bagaimana Kaori berlumuran darah dengan tubuh yang nyaris dingin dan detak jantung yang terlalu lemah. Ditemukan pada hampir tengah malam ketika ajudan mereka akan menutup gerbang kediaman.

"Ke mana Kaori-chan pergi selama ini?"

Pertanyaan Oba-san masih terngiang di kepala Kaori.

"Kami mengirim orang untuk ngunjungi rumahmu saat mendengar kabar pengeboman di Nagasaki, tapi malah ditemukan mayat prajurit kepercayaan Matsuhiko-san, jasad Sachi-san di kamarnya, dan satu wanita pribumi tua."

Kaori hanya bisa mengangguk pelan.

"Saya melihatnya sebelum melarikan diri," bisiknya sedih.

Oba-san terkesiap sejenak, tidak menduga Kaori mengetahui kondisi jasad ibunya yang mengenaskan.

"Kami mengremasikan Sachi-san dengan sebaik-baiknya. Wanita pribumi itu diurus oleh keluarganya. Kami mencarimu ke mana-mana, tapi tidak mendapatkan hasil. Kami pikir kamu ditahan."

Tidak disebutkan bagaimana jasad Yash diperlakukan. Di satu sisi, Kaori bersyukur Oba-san tidak mengatakannya. Namun, di sisi lain, Kaori ikut sedih jika berpikir bahwa tidak ada orang yang meratapi kematian Yash. Dia adalah pengkhianat bagi keluarga Kaori, pengkhianat bagi rekan-rekannya karena membiarkan Kaori hidup, dan orang asing di negara yang penuh konflik ini.

"Otoo-sama pergi hari itu, berkata bahwa akan kembali ke tanah air untuk urusan yang tidak beliau bagi pada saya. Tidak lama setelahnya, beberapa tentara masuk dan berusaha membunuh kami. Setelah mengusir teman-temannya, Yash menembak dirinya sendiri dan melepaskan saya." Kaori memutuskan bercerita apa adanya.

Tidak ada gunanya menutup-nutupi sesuatu, karena Laksamana pasti akan mengejar jawaban memuaskan jika menemukan kejanggalan fakta. Apa yang ia sampaikan pada Oba-san, akan terdengar juga oleh Laksamana.

"Kenapa dia melakukan itu?"

Kaori menggeleng. Ia sendiri juga tidak tahu. Kaori tidak pernah sekali pun bisa memahami Yash bahkan hingga kematiannya.

"Lalu, ke mana kamu pergi, Kaori-chan? Tidak ada jejak sama sekali untuk mencarimu?"

Untuk pertanyaan ini, justru akan menimbulkan pertanyaan jika Kaori jawab apa adanya. Karena Kaori tidak akan bisa membuktikan ucapannya, membuktikan bahwa Acacio Academy ada.

"Seseorang datang pada saya dan membantu saya melarikan diri. Berpakaian serba hitam, saya tidak tahu siapa. Juga tidak pernah melihatnya lagi setelah hari itu."

Karena itu, Kaori memutuskan untuk menjawab berdasarkan kenyataan yang disesuaikan dengan jawaban yang terdengar masuk akal.

"Sejujurnya, saya tidak ingat jelas apa yang terjadi selama tiga bulan terakhir. Seperti, terlalu banyak hal untuk diingat hingga kepala saya pening. Saya hanya ingat bahwa saya terus berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Saya bahkan tidak ingat bagaimana saya tiba di area rumah Laksamana."

Oba-san tampaknya memutuskan untuk puas atas jawaban itu. Ia kemudian tersenyum tipis, lalu mengusap puncak kepala Kaori.

"Kamu telah mengalami banyak hal. Pasti berat atas fakta bahwa ibumu telah tiada dan kamu tahu bagaimana kondisi terakhirnya, melihat orang membunuh dirinya sendiri, kemudian bersembunyi dalam pelarian. Dokter memang mengakatan bahwa tidak aneh jika kamu kebingungan, karena terlalu banyak otot di tubuhmu yang mengalami tekanan. Kamu sudah menahan banyak stress. Beristirahatlah sampai kamu merasa lebih baik."

Setelahnya, Oba-san lebih banyak bercerita bahkan tentang hal-hal yang tidak Kaori pahami. Seperti tentang penculikan dan pembuatan teks proklamasi serta pengikrarannya, hal-hal tentang perjuangan pribumi. Sejujurnya, Kaori tidak dapat fokus mendengar cerita sehingga hanya mengangguk-angguk saja. Yang ia tahu, negara ini juga telah banyak sekali berjuang, seperti halnya Kaori. Negara ini berhak untuk merdeka dan bahagia, seperti halnya Kaori.

Karena itu, Kaori berpikir untuk pergi ke rumahnya segera setelah ia membaik sebelum memutuskan sesuatu. Sebuah keputusan penting pertama yang ia ambil sendiri dalam hidupnya.

°†°†°†°

Writer's Note:
Masih sangat freesh baru selesai diketik. Mohon maklum ya kalau terasa cukup mentahh 😅

[Aku] Tentara LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang